Kabupaten Indragiri Hilir terletak di bagian selatan Provinsi Riau dengan luas wilayah 11.605,97 km2. Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas perairan umum 888,97 km2 serta memiliki garis pantai sepanjang 339,5 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu
  • Sebelah Timur berbatasan denagan Provinsi Kepulauan Riau

Peta Administrasi Kabupaten Indragiri Hilir
Sumber : RPIJM Kabupaten Indragiri Hilir (2015-2021)

Sebagian besar dari luas wilayah atau 93,31% daerah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), daerah hutan payau (mangrove) dan terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil dengan luas lebih kurang 1.082.953,06 hektar dengan rata-rata ketinggian lebih kurang 0-3 meter dari permukaan laut. Sedangkan sebagian kecilnya 6,69% berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6-35 meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang, yang berbatasan dengan Provinsi Jambi. Dengan ketinggian tersebut, daerah ini umumnya dipengaruhi oleh pasang surut.  Bila diperhatikan fisiografinya, Kabupaten Indragiri Hilir terbagi atas beberapa sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau.

Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir

Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (km2) Persentase Jarak ke Ibukota
(1) (2) (3) (4) (5)
Keritang Kotabaru Reteh 543.45 4,68 53,8
Kemuning Selensen 525.48 4,53 85,0
Reteh Pulau Kijang 407.75 3,51 41,7
Sungai Batang Benteng 145.99 1,26 37,4
Enok Enok 880.86 7,59 21,4
Tanah Merah Kuala Enok 721.56 6,22 34,0
Kuala Indragiri Sapat 511.63 4,41 17,5
Concong Concong Luar 160.29 1,38 54,3
Tembilahan Tembilahan Hilir 197.37 1,7 0,9
Tembilahan Hulu Tembilahan Hulu 180.62 1,56 2,6
Tempuling Sungai Salak 691.19 5,96 29,7
Kempas Harapan Tani 364.49 3,14 45,3
Batang Tuaka Sungai Piring 1,050.25 9.05 15,4
Gaung Anak Serka Teluk Pinang 612.75 5,28 26,8
Gaung Kuala Lahang 1,021.74 8,8 34,0
Mandah Khairah Mandah 1,479.24 12,75 49,6
Kateman Tagaraja 561.09 4,83 83,9
Pelangiran Pelangiran 531.22 4,58 60,0
Teluk Belengkong Saka Rotan 499 4,3 90,0
Pulau Burung Pulau Burung 520 4,48 92,0
Indragiri Hilir Tembilahan 11.605,97 100.00 293,0

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

Gambar 1 Jarak Antar Kecamatan terhadap Ibukota Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2021
Sumber: BPS dalam Angka, 2022 (Diolah)

Pulau-pulau yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir pada umumnya telah ditinggali penduduk dan sebagian digunakan penduduk untuk perkebunan kelapa, persawahan pasang surut, kebun sagu dan lain sebagainya. Gugusan pulau tersebut meliputi: Pulau Kateman, Pulau Burung, Pulau Pisang, Pulau Bakong, Pulau Air Tawar, Pulau Pucung, Pulau Ruku, Pulau Mas, Pulau Nyiur dan pulau-pulau kecil lainnya. Disamping gugusan pulau tersebut maka terdapat pula selat-selat/terusan kecil seperti: Selat/Terusan Kempas, Selat/Terusan Batang. Selat/Terusan Concong. Selat/Terusan Perawang, Selat/Terusan Patah Parang, Selat/Terusan Sungai Kerang, dan Selat/Terusan Tekulai. Selain selat/terusan alam terdapat pula terusan buatan antara lain: Terusan Beringin, Terusan Igal, dan lain-lain. Selain itu, di daerah ini juga terdapat danau dan tanjung yakni Danau Gaung, Danau Danai dan Danau Kateman, sedangkan tanjung yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir adalah Tanjung Datuk dan Tanjung Bakung.

 

Kondisi Fisik

Kondisi fisik Kabupaten Indragiri Hilir memiliki karakteristik sebagai berikut.

  1. Topografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau (mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 meter di atas permukaan laut. Daerah yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya 6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 – 35 meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).

Gambar 2 Peta Topografi di Kabupaten Indragiri Hilir
Sumber: RPIJM, 2015-2021

 

Secara topografi, diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah di Kabupaten Indragiri Hilir didominasi oleh kelas kemiringan 0 – 2 % dengan luas 1.298.763 Ha (94.97 %). Sementara itu, kemiringan 3 – 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %), kemiringan 16 – 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha (2.76 %). Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan dengan kemiringan 0 – 8 %.

 

  1. Geologi dan Morfologi

Berdasarkan sejarah geologi, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dengan bentuk morfologi datar. Morfologi tersebut merupakan jalur dari sungai menader yang membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan hutan dataran rendah. Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gaya-gaya tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang.

Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen muda akhirnya membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara. Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar energi fosil karena berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil- fosil.

Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah, struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat mempengaruhi sistem sungai, baik sungai besar maupun kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran keanekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia.

Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan awal proses pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman es berakhir, air laut kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi sedimen di daerah rawa dan sepanjang pantai wilayah Kabupaten Indragiri Hilir tetap berlangsung terus.

Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir Kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk,1991) terdiri dari jenis alluvium, endapan pantai (Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter. Tanah dan batuan yang tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan pasir. Gambut terletak di atas lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan pada lumpur dan lempung. Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke arah pantai semakin dalam. Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan pantai (Qac) yang disusun oleh pasir,  lanau,  lempung,  lumpur,  kerikil  dan kerakal, sisa tumbuhan setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di dataran pantai terdiri dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair, sangat lunak, sangat plastik, memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10% dan nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm²).

 

 

  1. Klimatologi

Kabupaten Indragiri Hilir memiliki rata-rata curah hujan tertinggi pada tahun 2021 terjadi pada bulan April 2021 sebesar 291,33 mm dan terendah pada bulan Februari  2021 yaitu  22,1 mm. Sedangkan rata-rata hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember 2021  sebanyak 14 hari dan terendah pada bulan Februari 2021 sebanyak 4 hari.

 

  1. Kawasan Bencana

Berdasarkan data BPS bencana alam yang tercatat diantaranya banjir dan tanah longsor. Sedangkan berdasarkan dokumen Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2021, Kabupaten Indragiri Hilir menjadi kabupaten yang menduduki peringkat pertama yang sering terdapat kejadian bencana di Provinsi Riau selama tahun 2021. Untuk besaran indeks risiko bencana, Kabupaten Indragiri Hilir memiliki skor 168.40 (Tinggi) dimana indeks tersebut merupakan hasil perhitungan yang bersifat multi ancaman bencana.

  • Indeks Risiko Bencana Banjir 2021: 36.00 (Tinggi)
  • Indeks Risiko Bencana Gempa Bumi 2021: 10.80 (Sedang)
  • Indeks Risiko Bencana Kebakaran Hutan 2021: 36.00 (Tinggi)
  • Indeks Risiko Bencana Tanah Longsor 2021: 12.00 (Sedang)
  • Indeks Risiko Bencana Gelombang Ekstrim dan Abrasi 2021: 24.00 (Tinggi)
  • Indeks Risiko Bencana Kekeringan 2021: 36.00 (Tinggi)
  • Indeks Risiko Bencana Cuaca Ekstrim 2021: 13.60 (Tinggi)

 

Demografi

  1. Jumlah Penduduk

Penduduk Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2021 berdasarkan hasil proyeksi penduduk interim 2020-2023 sebanyak 658.025 jiwa yang terdiri atas 340.914 jiwa penduduk laki-laki dan 317.111 jiwa penduduk perempuan. Sementara itu, besaran angka rasio jenis kelamin tahun 2021 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 107,5. Kepadatan penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2021 mencapai 48,65 jiwa/km2 dimana angka terbesar terletak di Kecamatan Tembilahan sebesar 463,55 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Kuala Indragiri sebesar 18,05 jiwa/km2. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2021 sebesar 0,36%.

  1. Jumlah Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga per kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2021 adalah sebanyak 191.119 KK dengan jumlah penduduk keseluruhan 703.734 jiwa. Dengan data tersebut KK terbanyak terdapat di Kecamatan Keritang dengan jumlah 17.406 KK.

 

Tabel 2 Jumlah Rumah Tangga per Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

Kecamatan Jumlah KK
Keritang 17.406
Kemuning 10.862
Reteh 10.842
Sungai Batang 2.806
Enok 9.471
Tanah Merah 7.172
Kuala Indragiri 4.920
Concong 3.514
Tembilahan 21.075
Tebilahan Hulu 12.619
Tempulung 8.816
Kempas 10.273
Batang Tuaka 7.534
Gaung Anak Serka 6.038
Gaung 12.139
Mandah 11.752
Kateman 12.059
Pelangiran 11.112
Teluk Blengkong 4.528
Pulau Burung 6.181
Total 191.119

     Sumber : Dinas PUPR Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

  1. Piramida Penduduk

Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir didominasi penduduk oleh penduduk yang berusia produktif (penduduk berusia 15-64 tahun) yaitu 69,39%. Jika dilihat dari piramida penduduk yang ada pada gambar dibawah, piramida tersebut tergolong piramida ekspansif (muda). Artinya sebagian besar penduduk berusia muda, sedangkan penduduk usia lanjutnya sedikit.

Gambar 3 Piramida Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir 2020
Sumber : BPS dalam Angka, 2021

 

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasar Kelompok Umur 2020

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan
0-4 28484 26982
5-9 29434 28071
10-14 30142 28688
15-19 29361 27760
20-24 30502 28619
25-29 28751 26372
30-34 28077 26149
35-39 26284 24950
40-44 25513 24218
45-49 22627 20993
50-54 18586 17072
55-59 14562 12994
60-64 11199 9847
65-69 8446 6790
70-74 4385 3416
75+ 3246 2389

Sumber :  BPS dalam Angka, 2021

  1. Proyeksi Penduduk

Berdasarkan proyeksi penduduk yang terlah dilakukan pada tahun 2041 penduduk Kabupaten Indragiri Hilir meningkat dari 654.909 (2020) menjadi 683.147 jiwa. Proyeksi tersebut dihitung dengan menggunakan rumus geometri. Proyeksi tersebut menggunakan data jumlah penduduk dari tahun 2020 hingga 2021. Jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2020 adalah 654.909 dan laju pertumbuhan penduduk 2010-2020 adalah -0,10%. (2020-2021 = 0,36%) Sehingga didapatkan hasil proyeksi seperti pada tabel berikut:

Tabel 4 Proyeksi Penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir

Tahun Jumlah Penduduk
2010 662.305
2015 703.734
2020 654.909
2021 658.025
2025 672.309
2030 675.677
2035 679.062
2041 683.147

Sumber : BPS dalam Angka, 2022 (Diolah)

  1. Kemiskinan

Gambaran kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir selama 2014-2021 dapat dilihat  pada grafik di bawah. Garis kemiskinan penduduk memiliki tren yang terus meningkat. Sementara itu, jumlah penduduk miskin mengalami perkembangan yang fluktuatif hingga tahun 2021 mencapai 518.283 jiwa.

Gambar 4 Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir
Sumber : BPS Kabupaten dalam Angka, 2021 (Diolah)

Perkembangan secara fluktuatif juga terlihat pada indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan yang pada tahun 2021 mencapai angka 0,21 untuk keparahan kemiskinan dan 0,9 untuk kedalaman kemiskinan (lebih rendah dari Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi Riau 2021 sebesar 1,06) dan untuk keparahan kemiskinan lebih rendah dari Provinsi Riau 2021 sebesar 0,24.

Gambar 5 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan di Kabupaten Indragiri Hilir
Sumber : BPS Kabupaten dalam Angka, 2021 (Diolah)

 

Perumahan dan Kawasan Permukiman

  1. Tipologi dan Jumlah Bangunan

Karakter rumah panggung banyak dijumpai di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, dibangun diatas lahan gambut. Beberapa perumahan dan permukiman bahkan ada yang masih berada di area hutan lindung yakni di Desa Panglimaraja, Desa Tanjung, Desa Concong Luar, Desa Pulau Cawan dan Desa Sungai Belah dengan luasan 28 ha. Sedangkan perumahan dan kawasan permukiman di atas lahan gambut tersebar di 39 desa. Total luasan perumahan dan permukiman di atas lahan gambut adalah 2.901,31 ha.

Tipologi perumahan yang ada di kabupaten ini diantaranya bangunan berbentuk rumah/lubuk dengan bentuk permukaan tanahnya tanah subur/keras/hutan/rimba. Cara bermukim mengusung ekologi/budaya melangun (suku tradisi rimba) atau pola bermukim yang berpindah-pindah. Hal tersebut  menyebabkan sulitnya pemerintah untuk mendukung pelayanan dasar wajib bagi mereka. Bantuan dari Kementerian Sosial sudah masuk, namun karena adat dan budaya lokal yang ada, belum mampu mengarahkan mereka untuk bermukim secara tetap.

Implikasi dari pola bermukim yang berpindah-pindah atau atau di kenal dengan melangun, tersebut menyebabkan mereka terdampak oleh pembangunan industri sawit di Riau-Jambi-Sumsel. Ruang bermukim yaitu Hutan Rimba yang dijadikan sebagai tempat bermata pencaharian dan berlindung semakin terdampak dan menuntut mereka untuk keluar dari zona rimba dan mengemis di sudut perkotaan seperti Inhu.

 

  1. Status Penguasaan Bangunan

Status kepemilikan tempat tinggal berdasarkan Susenas 2021 dibagi menjadi kategori diantaranya yaitu milik sendiri, kontrak/sewa, bebas sewa, dinas/lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Pemerintah Provinsi Riau tahun 2019, disebutkan bahwa data kepemilikan rumah di Kabupaten Indragiri Hilir didominasi oleh rumah dengan status hak milik. Dari total jumlah keluarga sebanyak 105.168, kepemilikan rumah sendiri sebanyak 94.600 keluarga, sewa/kontrak sebanyak 2.861 keluarga, menumpang sebanyak 6.228 keluarga dan lainnya sebanyak 1.479 keluarga. Rincian presentase status kepemilikan bangunan tempat tinggal sebegai berikut.

Tabel 5 Presentase Jumlah Bangunan Berdasar Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Indragiri Hilir

No Status Kepemilikan Presentase Jumlah
1. Milik Sendiri 82,73
2. Kontrak/Sewa 3,66
3. Bebas Sewa 7,11
4. Dinas/Lainnya 6,49

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Riau, 2021

  1. Luas Lantai Bangunan Setiap Rumah

Luas lantai bangunan merupakan indikator lain yang menunjukkan kesejahteraan penduduk. Idealnya, sebuah keluarga harus menempati rumah dengan luas lantai minimal 8 kali jumlah anggota keluarganya. Di Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2021 luas lantai yang mendominasi adalah  50-99 m2. Berikut merupakan tabel presentase rumah tangga berdasarkan luas lantai di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2019-2021.

Tabel 6 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Luas Lantai di Kabupaten Indragiri Hilir

Luas lantai (m²) Persentase (%)
2019 2020 2021
<50 33,43 26,16 33,99
50-99 46,90 51,72 43,32
100-149 12,59 14,01 13,44
150+ 7,09 8,11 9,25

Sumber: Buku Statistik Kesejahteraan Prov Riau, 2019-2021

  1. Jumlah Bangunan Berdasarkan Luas Perkapita

Luas perkapita merupakan salah satu kriteria rumah layak huni. Berdasarkan publikasi BPS, luas perkapita minimal agar sebuah rumah dikatakan layak huni adalah ≥ 7,2 m2. Di Kabupaten Indragiri Hilir, luas perkapita yang mendominasi adalah ≥ 10 m2 yaitu 83,72% pada tahun 2021. Berikut merupakan tabel persentase jumlah rumah tangga berdasarkan luas perkapita di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2019-2021.

Tabel 7 Persentase Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Luas Perkapita di Kabupaten Indragiri Hilir

Luas Perkapita (m²) Persentase (%)
2019 2020 2021
≤ 7,2 m² 11,39 7,28 9,09
7,3 – 9,9 m² 13,45 11,14 7,19
≥ 10 m² 75,16 81,58 83,72

Sumber: Buku Statistik Kesejahteraan Prov Riau 2019-2021

  1. Jumlah Bangunan Berdasarkan Jenis Atap Terluas

Bangunan berdasarkan atap terluas adalah klasifikasi bangunan berdasarkan penutup bagian atas sebuah bangunan, sehingga anggota rumah tangga yang berada di rumah tersebut dapat terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2021, menunjukkan bahwa sebanyak 86,98% menggunakan seng sebagai atap. Berikut merupakan persentase bangunan berdasarkan jenis atap terluas di Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2019-2021.

Tabel 8 Persentase Jumlah Bangunan berdasarkan Jenis Atap Terluas di Kabupaten Indragiri Hilir

Jenis Atap Persentase (%)
2019 2020 2021
Beton/Genteng/Asbes 9,42 7,5 3,48
Seng 83,29 87,51 86,98
Bambu/Kayu/Sirap 0,77 0,39 9,54
Jerami/Ijuk/ Daun/Rumbia/Lainnya 6,53 4,61

Sumber: Buku Statistik Kesejahteraan Prov Riau, 2019-2021

  1. Jumlah Bangunan Berdasarkan Jenis Dinding Terluas

Bangunan berdasarkan dinding terluas adalah klasifikasi bangunan berdasarkan sisi luar/batas/penyekat dari suatu bangunan dengan bangunan lain. Di Kabupaten Indragiri Hilir, sebanyak 64,53% rumah menggunakan kayu atau batang kayu dalam pembuatan dinding bangunan. Berikut merupakan tabel presentase jumlah bangunan berdasarkan dinding terluas di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2019-2021.

Tabel 9 Persentase Jumlah Bangunan berdasarkan Jenis Dinding Terluas di Kabupaten Indragiri Hilir

Jenis Dinding Persentase (%)
2019 2020 2021
Tembok/ Plasteran Anyaman Bambu/Kawat 26,22 30,68 29,12
Kayu/ Batang Kayu 69,62 66,86 64,53
Bambu/Anyaman bambu 0,33 0,06 0,34
Lainnya 3,83 2,41 6,01

Sumber: Buku Statistik Kesejahteraan Prov Riau, 2019-2021

  1. Jumlah Bangunan Berdasarkan Jenis Lantai Terluas

Bangunan berdasarkan jenis lantai terluas adalah klasifikasi bangunan berdasarkan bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer, keramik, granit, tegel/teraso, semen, kayu, tanah dan lainnya seperti bambu. Di Kabupaten Indragiri Hilir, kebanyakan bangunan menggunakan kayu atau papan sebagai lantai yaitu 75,72% dari total bangunan. Berikut merupakan tabel persentase jumlah bangunan berdasarkan jenis lantai terluas di Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2019-2021.

 

Tabel 10 Persentase Jumlah Bangunan berdasarkan Jenis Lantai Terluas

Jenis Lantai Persentase (%)
2019 2020 2021
Marmer/Granit/Keramik/ Parket/Vinil/ Karpet 13,95 12,76 12,06
Ubin/tegel/teraso 0,37 1,16
Kayu/papan 75,53 73,29 75,72
Semen/bata merah 10,03 12,44 11,22
Bambu/Tanah/ Lainnya 0,12 0,35 0,98

Sumber: Buku Statistik Kesejahteraan Prov Riau, 2019-2021

  1. Backlog Perumahan

Jumlah backlog perumahan di Kabupaten Indragiri Hilir merupakan hasil dari perhitungan selisih antara jumlah rumah tangga dengan jumlah rumah per kecamatan. Diketahui angka kekurangan jumlah rumah atau backlog kepemilikan pada tahun 2021 sebanyak 51.948 unit. Proyeksi backlog pada tahun 2041 bertambah menjadi 53.019 unit jika tidak ada penanganan yang dilakukan. Detail persebaran backlog adalah sebagai berikut.

Tabel 11. Jumlah dan Proyeksi Backlog di Kabupaten Inhil

No Kecamatan Backlog
2021 2041
1 Keritang 5.452 7.922
2 Kemuning 437 4.289
3 Reteh 1.378 2.493
4 Sungai Batang 2.945 1.264
5 Enok 2.617 3.587
6 Tanah Merah 6.435 184
7 Kuala Indragiri
8 Concong 1.095 1.553
9 Tembilahan 5.786 8.632
10 Tembilahan Hulu 3.929 5.772
11 Tempuling 8.353 1.102
12 Kempas 2.421 3.056
13 Batang Tuaka 1.639 47
14 Gaung Anak Serka 4.129 4.051
15 Gaung 1.867 1.672
16 Mandah 865 2.271
17 Kateman 577
18 Pelangiran 1.900 3.591
19 Teluk Belengkong 146
20 Pulau Burung 700 812
Total 51.948 53.019

Sumber: Caritra.org, 2021

 

Berdasarkan analisis jumlah kekurangan rumah (backlog), ditemukan permasalahan bahwa jumlah rumah tangga/KK lebih banyak dibandingkan dengan ketersediaan rumah yang ada di Kabupaten Indragiri hilir. Sehingga dibeberapa rumah terdapat lebih dari 1 rumah tangga/KK.

  1. Rumah Tidak Layak Huni

Kabupaten Indragiri Hilir merupakan wilayah yang memiliki jumlah RTLH terbanyak di Provinsi Riau dengan jumlah bangunan sebanyak 16.868 unit. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan kabupaten dengan tingkat kemiskinan keempat terbesar (7,63%) di Provinsi Riau.

 

  1. Kawasan Permukiman Kumuh

Perumahan dan permukiman kumuh di Kabupaten Indragiri Hilir sesuai dengan SK tentang Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2017, kawasan kumuh yang ada seluas 176,26 ha dengan pembagian kewenangan yakni pusat sebesar 126,94 ha, kewenangan provinsi seluas 24,94 ha dan kewenangan kabupaten seluas 19,54 ha.

 

Tabel 12 Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Indragiri Hilir Menurut SK Kumuh

Tahun 2017

No Kecamatan Kelurahan Kawasan Luas (Ha)
1. Tembilahan Kel. Tembilahan Kota

Kel. Tembilahan Hilir

Tembilahan 39,39
2. Tembilahan Hulu Kel. Tembilahan Hulu Tembilahan Hulu 20,06
3. Tanah Merah Kel. Kuala Enok

Desa Tanah Merah

Kuala Enok 15,54
4. Pulau Burung Desa Pulau Burung Pulau Burung 2,33
5. Kateman Kel. Tagaraja Sungai Guntung 21,51
6. Reteh Kel. Pulau Kijang Pulau Kijang 13,09
7. Mandah Desa Khairiah Mandah Khairiah Mandah 5,44
8. Gaung Anak Serka Kel. Teluk Pinang Teluk Pinang 11,85
9. Tempuling Kel. Sungai Salak Sungai Salak 30,44
10. Keritang Kel. Kota Baru Reteh Sungai Gergaji 6,86
11. Kempas Kel. Kempas Jaya Kempas Jaya 9,75
Jumlah 176,26

Sumber : SK Bupati tentang Permukiman Kumuh, 2017

 

  1. Kampung Adat

Kabupaten Indragiri Hilir memiliki satu desa yang terkenal karena budaya dan alamnya. Desa tersebut telah dimasukkan dalam daftar desa wisata di Indonesia oleh Kemenparekraf, pada kategori desa budaya. Desa Wisata Aliantan merupakan desa yang popular dalam Wisata Minat Khusus, yaitu Suligi Hill 812 MDPL. Desa Aliantan juga menampilkan kebudayaan adat, berupa tari puti maifat, festival barokah, festival sungai berupa pompong hias dan juga sejarah.

 

 

 

Disamping memiliki desa budaya, di Kabupaten Indragiri Hilir juga terdapat beberapa rumah adat yang masuk dalam kategori bangunan cagar budaya oleh Kemendikbud.

  1. Rumah Tradisional milik H. Husen

Rumah Haji Husen merupakan rumah dengan tipe panggung yang berorientasi arah utara. Bangunan rumah memperlihatkan perpaduan gaya arsitektur Tradisional dengan kolonial. Arsitektur tradisional terlihat pada penggunaan komponen bangunan yaitu kayu “kayu kapur” yang didatangkan dari Banjar (Kalimantan) termasuk tukang pengerjaannya, bentuk rumah berpanggung. Sementara arsitektur kolonial terlihat pada penggunaan jendela yang berukuran tinggi. Secara keseluruhan bangunan ini berbahan kayu dan beratap seng. Sedangkan pada bagian pondasi tiang panggung berbahan coran semen. Pada dinding bagian atas (sisi utara) terdapat inskripsi pembangunan rumah “1933”.

 

Gambar 7 Rumah Tradisional milik H. Husen
Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/rumah-h-husen-indragiri-hilir-riau/

  1. Mess Pegawai Keamiran Enok

Pendirian bangunan ini sezaman dengan pendirian Pesangrahan Belanda yakni tahun 1938. Dahulunya rumah ini juga difungsikan sebagai tempat tinggal (mess) bagi pegawai Keamiran Enok. Rumah ini juga pernah ditempati sebagai kantor bagi Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dan sekarang ditempati oleh staf pegawai Kecamatan Enok. Secara keseluruhan bangunan ini masih asli dinding dan lantai yang telah pernah diganti (direhab).

Bangunan ini berada di sisi utara Rumah Dinas Amir Enok sekitar 50 m. Bangunan berbentuk semi permanen dengan denah persegi. Bangunan ini terdiri dari dua buah rumah yang dijadikan satu atap. Dinding bagian bawah terbuat dari cor semen sedangkan dinding bagian ke atas terbuat dari kayu yang dipasang secara horisontal. Atap bangunan terbuat dari seng berbentuk atap limas. Bangunan ini terdiri dari 3 ruangan, yaitu 1 buah ruangan lepas, 1 buah dapur, dan 1 buah kamar tidur. Pintu masuk terdapat di sisi timur yang terbuat dari kayu, pintu masuk berbentuk bukaan satu. Pintu ini merupakan pintu baru. Jendela berjumlah 8 buah terbuat dari kaca dengan kusen kayu. Pada bagian atas dinding terdapat ventilasi (lubang angin) benrentuk persegi panjang.

 

Gambar 8 Rumah Tradisional milik H. Husen
Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/mess-pegawai-keamiran-enok-indragiri-hilir-riau/

 

Prasarana dan Sarana Umum

  1. Prasarana Jalan

Jalan merupakan salah satu infrastruktur vital bagi pembangunan suatu wilayah. Pada tahun 2021 panjang jalan di Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 1.634,06 km. Terdiri dari 163,32 km jalan negara, 280,15 jalan provinsi dan 1.190,59 jalan kabupaten. Jika dilihat dari kondisi jalan kabupaten tahun 2020 terdapat 4,52 persen dalam kondisi baik, 53,32 persen kondisi sedang, 28,08 persen kondisi rusak dan sisanya 14,07 persen kondisi rusak berat. Dan apabila dilihat dari jenis permukaan jalan kabupaten, pada tahun 2020 terdapat 17,06 persen (203,16 km) adalah aspal, 42,45 persen (505,44 km) adalah tidak diaspal (beton/rigid), dan 40,48 persen (482,00 km) tanah dan kerikil. Kondisi jalan secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

 

Tabel 13 Panjang Jalan menurut Tingkat Kewenangan di Kabupaten Indragiri Hilir, 2016-2021

No Status Jalan Tahun
2018 2019 2020 2021
1 Negara 163,32 163,32 163,32 163,32
2 Provinsi 280,15 280,15 280,15 280,15
3 Kabupaten/Kota 1.190,59 1.190,59 1.190,59 1.190,59
Indragiri Hilir 1.634,06 1.634,06 1.634,06 1.634,06

Sumber: BPS Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

Berdasarkan jenis permukaan jalan, jalan dengan status jalan kabupaten di Kabupaten Indragiri Hilir memiliki permukaan berupa aspal, beton, dan kerikil. Panjang jalan berdasarkan jenis permukaannya dirinci sebagai berikut.

Tabel 14 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaannya di Kabupaten Indragiri Hilir 2020

No Jenis Jalan Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
1 Aspal 37,55 203,156
2 Beton 83,00 505,438
3 Tanah dan Kerikil 159,60 482
Total Panjang 280,15 1.190,594

Sumber: BPS Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

Tabel 15 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Indragiri Hilir 2020

No Kondisi Jalan Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
1 Baik 61,2 53,82
2 Sedang 51,95 634,849
3 Rusak 10,2 334,335
4 Rusak Berat 156,8 167,57
Total Panjang 280,15 1.190,594

Sumber: BPS Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

 

  1. Prasarana Drainase

Pengelolaan drainase di Kabupaten Indragiri Hilir dilaksanakan oleh DLHK Kab. Indragiri Hilir melalui bidang kebersihan, dilakukan dengan pemeliharaan rutin berupa pengangkutan lumpur bercampur sampah plastik dari dalam drainase yang sudah mengendap, pembersihan saluran drainase dari sampah-sampah yang kemudian diangkut oleh truk pengangkut sampah DLHK Kab. Indragiri Hilir saat itu juga. Hal ini, dilakukan agar lumpur tidak sampai mengganggu pengguna jalan dan menyumbat drainase sehingga fungsinya dapat optimal. Kegiatan dilaksanakan oleh tenaga pengelola drainase.

 

  1. Prasarana Persampahan

Persampahan merupakan aspek yang tidak bisa lepas dari masyarakat, sebab setiap hari masing-masing orang pasti akan menghasilkan sampah. Namun idealnya sampah harus diolah agar mengurangi dampak terhadap lingkungan, agar pengelolaan sampah dapat optimal maka dibutuhkan informasi terkait timbulan sampah yang dihasilkan tiap hari perorang. Timbulan sampah dan perkiraan volume sampah di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 16 Perkiraan Timbulan Sampah di Kabupaten Indragiri Hilir, 2011-2031

Deskripsi Satuan 2011 2016 2021 2026 2031
Populasi Orang 678.077 763.447 859.565 967.784 1.089.628
Timbulan Sampah kg/org/hari 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Total Sampah kg/hari 1.744.645 1.919.360 2.111.270 2.322.398 2.554.635
Total Sampah m3/hari 1.745 1.919 2.111 2.322 2.555

Sumber: ciptakarya.pu.go.id/, 2014

Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dikatakan masih berjalan kurang baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat masih melakukan kegiatan menimbun atau membakar, utamanya masyarakat desa. Untuk masyarakat perkotaan sudah menggunakan sistem pengolahan sampah secara komunal yang telah difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir. Sistem pembuangan sampah di Kabupaten Indragiri Hilir dilakukan dengan cara sebagai berikut

 

 

 

Gambar 9 Pembuangan Sampah di Kabupaten Indragiri Hilir, 2014
Sumber: ciptakarya.pu.go.id/, 2014

 

  1. Prasarana Telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Indragiri Hilir terdiri atas jaringan kabel dan jaringan nirkabel. Jaringan nirkabel yang dimaksud berupa peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, serta penyediaan infrastruktur pengadaan dan pengelolaan menara Based Transciever Station (BTS) bersama. Sedangkan jaringan kabel berupa pengembangan satuan sambungan telepon tersebar. Kepemilikan prasarana telekomunikasi di Kabupaten Indragiri Hilir sebagai berikut.

Tabel 17 Persentase Penduduk yang Memiliki Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

Kabupaten Telepon Rumah Telepon Seluler Komputer/ Laptop Lainnya/ Tidak memiliki
Indragiri Hilir 0,30 % 9,77% 62,41% 27,52%

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Riau, 2021

  1. Jaringan Listrik dan Penerangan

Listrik merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat. Pada tahun 2021 realisasi konsumsi masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebesar 324.181.860 Kwh. Rincian dari realisasi konsumsi listrik di Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai berikut:

Tabel 18 Realisasi Konsumsi Listrik menurut Bulan di Kabupaten Indragiri Hilir (Kwh) 2021

No Bulan Realisasi (Kwh)
1 Januari 22.316.301
2 Februari 17.374.741
3 Maret 16.087.495
4 April 17.537.506
5 Mei 21.988.352
6 Juni 19.722.205
7 Juli 19.395.496
8 Agustus 19.504.136
9 September 19.017.341
10 Oktober 20.034.249
11 November 19.940.092
12 Desember 21.263.946
Indragiri Hilir 324.181.860

Sumber: BPS Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka, 2021

  1. Jaringan Air Bersih dan Air Minum

Sistem jaringan air baku untuk air bersih di Kabupaten Indragiri Hilir meliputi sistem air bersih perpipaan yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan/atau masyarakat, dan sistem air bersih non perpipaan milik perorangan. Kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan terutama dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Indragiri. Pada tahun 2020, volume air yang dijual oleh PDAM Tirta Indragiri ke 13.592 pelanggan adalah 1.887.308 m3 dengan total nilai hingga 9 milliar rupiah. Sekitar 64,98 persen rumah tangga di Kabupaten Indragiri Hilir sumber air minumnya adalah air hujan dan air isi ulang sebesar 28,97 persen. Berdasarkan jumlah KK yang mempunyai akses terhadap air minum (PDAM) maka dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 19 Akses terhadap Air MInum (PDAM) di Kabupaten Indragiri Hilir

Kecamatan Pelanggan Air Disalurkan
Teluk Pinang 222 52.560
Sungai Guntung 874 205.660
Sungai Salak 844 254.520
Sungai Batang 111 10.796
Enok 195 23.652
Lintas Enok 80 14.457
Kuala Lahang 210 9.479
Concong 137 20.884
Tembilahan 7.273 n/a
Pekan Kamis 236 1.892.160
Pulau Palas 339 n/a
Kempas Jaya 699 215.395
Sungai Piring 345 (mesin tidak beroperasi)
Sapat 220 (mesin tidak beroperasi)
Sungai Bringin 387 61.437
Mandah 648 (mesin tidak beroperasi)
Perigi Raja 102 9.198
Pelangiran 127 20.421
Pulau Kijang 278 36.792
Pulau Burung (mesin tidak beroperasi) (mesin tidak beroperasi)
Selensen 541 162.950
Indragiri Hilir 13.858 2.990.365

Sumber: BPS Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka, 2021

Melihat kondisi tersebut, maka masih banyak keluarga yang belum mendapatkan akses air minum yang baik. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan jaringan distribusi air minum melalui PDAM maupun Non PDAM (SPAMdes) sehingga kebutuhan air baku air bersih dapat diakses oleh masyarakat yang lebih luas. Pada lain kondisi, mayoritas masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir memanfaatkan air leding (13,47%) guna mandi, cuci dan lain-lain.

Tabel 20 Presentase Pengguna Fasilitas Sumber Air Mandi/Cuci/Lainnya

Karakteristik Sumber Air Mandi/Cuci/Lainnya (%)
Air Kemasan Leding Sumur Bor Sumur Terlindung Sumur Tidak Terlindung Lainnya
40% Terbawah 0,00 35,43 11,19 19,72 15,13 8,86
40% Tengah 0,00 26,58 7,70 23,29 12,06 9,52
20% Teratas 0,00 16,46 7,85 23,46 17,77 19,92
Indragiri Hilir 0,00 13,47 5,09 12,70 8,35 6,39

Sumber: Statistik Kesejahteraan Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

  1. Sarana Sanitasi

Kualitas dan kenyamanan rumah tinggal ditentukan oleh kelengkapan fasilitas suatu rumah tinggal, diantaranya berupa ketersediaan air bersih, sanitasi yang layak serta penerangan yang baik. Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Jika ditinjau dari sudut kesehatan, pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi standar sanitasi akan mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Berdasarkan data Susenas, sekitar 71,01 persen rumah tangga menggunakan jenis kloset leher angsa dan sebanyak 63,81 persen yang memiliki jarak sumber air minum dengan penampungan tinja terbanyak berjarak >10 m.

 

 

 

Tabel 21 Persentase Fasilitas Tempat Buang Air di Kabupaten Indragiri Hilir

Karakteristik Fasilitas Tempat Buang Air Besar Jumlah
Sendiri Lainnya
Kelompok Pengeluaran
40% Terbawah 74,83 25,17 100
40% Tengah 86,93 13,07 100
20% Teratas 90,58 9,42 100
Indragiri Hilir 83,82 16,18 100

Sumber: Statistik Kesejahteraan Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

Adapun berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, hanya 39,81% rumah tangga yang telah memiliki fasilitas pembuangan tinja seperti tangki septik, IPAL, atau SPAL. Sedangkan terdapat 60,19% sisanya adalah masyarakat yang tidak memiliki fasilitas tersebut.

 

Tabel 22 Persentase Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Indragiri Hilir

Karakteristik Tempat Pembuangan Akhir Tinja Jumlah
Tangki Septik/IPAL/SPAL Lainnya
Kelompok Pengeluaran
40% Terbawah 36,86 63,14 100
40% Tengah 35,31 64,69 100
20% Teratas 49,95 50,05 100
Indragiri Hilir 39,81 60,19 100

Sumber: Statistik Kesejahteraan Kabupaten Indragiri Hilir, 2021

  1. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah masjid, musholla, gereja protestan, gereja katolik, pura, dan vihara. Jumlah sarana peribadatan di Kabupaten Indragiri Hilir terangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 23 Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Indragiri Hilir

No Jenis Jumlah Persentase
1 Masjid  870 47,88%
2 Musholla  937 51,56%
3 Gereja Protestan  1 0,05%
4 Gereja Katolik 0,00%
5 Puta 0,00%
6 Vihara  4 0,22%
7 Kelenteng 5 0,27%
Jumlah 1.817 100%

Sumber: BPS Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka, 2021

  1. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari SD, SMP, SMA, SMK, dan Universitas. Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Indragiri Hilir terangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 24 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Indragiri Hilir

No Jenis Jumlah Persentase
1 SD/sederajat  706 62,92%
2 SMP/sederajat  289 25,75%
3 SMA/MA  105 9,35%
4 SMK  19 1,69%
5 Universitas  3 0,26%
Jumlah 1.122 100%

Sumber: BPS Kab. Indragiri Hilir Dalam Angka, 2021

  1. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan terdiri dari rumah sakit, rumah sakit bersalin, poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, dan apotek. Jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Indragiri Hilir terangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 25 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Indragiri Hilir

No Jenis Jumlah Persentase
1 Rumah Sakit  4 1,53%
2 Rumah Sakit Bersalin  – 0,00%
3 Poliklinik  8 3,07%
4 Puskesmas  29 11,15%
5 Puskesmas Pembantu  204 78,46%
6 Apotek  15 5,76%
Jumlah 260 100,00%

Sumber: BPS Kabupaten Indragiri Hilir dalam Angka, 2021

  1. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan di Kabupaten Indragiri Hilir terdiri pasar, toko, kios, dan warung. Berdasarkan RP3KP Provinsi Riau tahun 2019-2039, diketahui bahwa pada tahun 2039 Kabupaten Indragiri Hilir membutuhkan sekitar 29 pasar lingkungan dengan luas 28,93 Ha, dimana jumlah eksisting sarana perekonomian pasar lingkungan pada tahun 2018 sebanyak 63 unit.

 

  1. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau merupakan kawasan yang memiliki beragam fungsi (ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai estetika (objek dan lingkungan). Mengacu pada dokumen RTRW, Kabupaten Indragiri Hilir direncanakan memiliki RTH seluas 17.768 ha atau sekitar 30% dari total luas kawasan yang tersebar diseluruh kawasan perkotaan, sebagai berikut:

  1. RTH Perkotaan Tembilahan
  2. RTH Perkotaan Kuala Enok
  3. RTH Perkotaan Pulau Burung
  4. RTH Perkotaan Sungai Guntung
  5. RTH Perkotaan Pulau Kijang
  6. RTH Perkotaan Kairiah Mandah
  7. RTH Perkotaan Kota Baru
  8. RTH Perkotaan Selensen
  9. RTH Perkotaan Teluk Pinang
  10. RTH Perkotaan Sungai Salak, dan
  11. RTH Perkotaan Bagan Jaya