Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa. Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² yang mana 6.977,5 km² adalah lautan. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +7 meter diatas permukaan laut. DKI Jakarta merupakan wilayah dengan jumlah waduk/situ yang relative banyak Sungai atau kanal yang melewati wilayah DKI Jakarta sebanyak 17 sungai. Wilayah DKI memiliki tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan.
Tabel 1. Luas Wilayah DKI Jakarta
Kabupaten/Kota | Ibukota kabupaten/kota | Luas (km2) |
Kepulauan Seribu | Pulau Pramuka | 8,70 |
Kota Jakarta Selatan | Kebayoran Baru | 141,27 |
Kota Jakarta Timur | Cakung | 188,03 |
Kota Jakarta Pusat | Menteng | 48,13 |
Kota Jakarta Barat | Kembangan | 129,54 |
Kota Jakarta Utara | Koja | 146,66 |
DKI Jakarta | Kota Jakarta Pusat | 662,33 |
Sumber ; DKI Jakarta dalam angka 2019
Wilayah metropolitan Jakarta (Jabodetabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia. Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan.
Kependudukan
Penduduk DKI Jakarta memiliki kepadatan yang tinggi. Dilihat dari jenis kelaminnya, penduduk DKI Jakarta didominasi oleh penduduk laki-laki yang jumlahnya mencapai 5.115.357 jiwa. Sedangkan penduduk perempuan jumlahnya 5062567. Rasio jenis kelamin penduduk DKI Jakarta adalah 101,04.
Jumlah penduduk di DKI Jakarta ini akan menentukan kebutuhan akan rumah di provinsi tersebut. DKI Jakarta yang merupakan pusat pertumbuhan, memiliki daya tarik yang tinggi bagi orang yang tinggal di sekitarnya untuk datang ke Jakarta baik untuk memperoleh pekerjaan maupun untuk mengakses fasilitas pelayanan yang tersedia. Hal ini berakibat pada banyaknya permintaan rumah bagi pekerja pendatang di Jakarta baik itu dalam bentuk kos/kontrak maupun apartemen sebagai bentuk hunian sewa. Dengan demikian, jumlah penduduk yang tinggal di Jakarta lebih dari jumlah penduduk yang berstatus sebagai warga Jakarta.
Tabel 2. Jumlah penduduk di DKI Jakarta Tahun 2015
Kabupaten/Kota | Jenis Kelamin (ribu) | Rasio Jenis Kelamin | |||
Laki-Laki | Perempuan | Jumlah | |||
1 | Kepulauan Seribu | 11 720 | 11 620 | 23 340 | 100,86 |
2 | Jakarta Selatan | 1 096 469 | 1 089 242 | 2 185 711 | 100,66 |
3 | Jakarta Timur | 1 436 128 | 1 407 688 | 2 843 816 | 102,02 |
4 | Jakarta Pusat | 457 025 | 457 157 | 914 182 | 99,97 |
5 | Jakarta Barat | 1 246 288 | 1 217 272 | 2 463 560 | 102,38 |
6 | Jakarta Utara | 867 727 | 879 588 | 1 747 315 | 98,65 |
DKI Jakarta | 5 115 357 | 5 062 567 | 10 177 924 | 101,04 |
Sumber: BPS DKI Jakarta, 2017
Penduduk Miskin di DKI Jakarta
Kemiskinan merupakan permasalahan terkait kesejahteraan yang akan berakibat pada beberapa aspek kehidupan lain. Kemiskinan menandakan masih terbatasnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka. Penduduk yang miskin di DKI Jakarta pada umumnya tinggal di kawasan kumuh yang memiliki kualitas lingkungan serta fisik bangunan yang kurang memadai. Kemiskinan di DKI Jakarat dari tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami penurunan dari 3,77% menjadi 3,57%. Jumlah penduduk miskin terbanyak adalah di Jakarta Utara dimana pada tahun 2018 mencapai 95 ribu penduduk. Masyarakat miskin pada umumnya juga tergolong masyarakat berpenghasilan rendah yang dapat memperoleh akses bantuan perumahan dari pemerintah.
Tabel 3 Jumlah Penduduk Miskin di DKI Jakarta tahun 2017 dan 2018
Kabupaten/Kota | Jumlah penduduk Miskin (ribu) | Persentase Penduduk Miskin | ||
2017 | 2018 | 2017 | 2018 | |
Kepulauan Seribu | 3,09 | 2,88 | 12,98 | 11,98 |
Jakarta Selatan | 69,82 | 63,38 | 3,14 | 2,83 |
Jakarta Timur | 95,67 | 91,38 | 3,31 | 3,14 |
Jakarta Pusat | 34,83 | 33,19 | 3,78 | 3,59 |
Jakarta Barat | 86,96 | 86,42 | 3,45 | 3,39 |
Jakarta Utara | 99,31 | 95,86 | 5,59 | 5,35 |
DKI Jakarta | 389,69 | 373,12 | 3,77 | 3,57 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Masyarakat DKI Jakarta 2018
Kondisi Perumahan DKI Jakarta
Status kepemilikan rumah merupakan salah satu indikator untuk memberikan gambaran terhadap kemampuan masyarakat untuk mengakses rumah milik. Data statistik kesejahteraan DKI Jakarta tahun 2018 menunjuukkan bahwa rumah tangga yang memiliki rumah dengan status milik sendiri dari kepala rumah tangga laki-laki sebesar 45,33% sedangkan untuk kepala keluarga perempuan adalah 60,22%. Sedangkan untuk rumah bukan milik sendiri dengan kepala rumah tangga laki-laki sebesar 54,67 % dan untuk kepala rumah tangga perempuan sebesar 39,78%.
Status kepemilikan rumah bukan milik sendiri dapat berupa rumah sewa, rumah dinas maupun bentuk lainnya. Tingginya kepemilikan bukan milik sendiri di Jakarta dikarenakan banyaknya rumah yang disediakan secara sewa oleh pemerintah untuk mengatasi kebutuhan akan hunian yang tinggi, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Salah satu bentuk hunian dengan skema sewa adalah rumah susun sewa yang disediakan oleh pemerintah.
Tabel 4. Status Kepemilikan Rumah di DKI Jakarta
Karakteristik | Status Kepemilikan Rumah | Jumlah | |
Milik Sendiri | Bukan Sendiri | ||
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga | |||
Laki-Laki | 45,33 | 54,67 | 100 |
Perempuan | 60,22 | 39,78 | 100 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Masyarakat DKI Jakarta 2018
Kondisi lingkungan perumahan dapat dinilai dari penggunaan fasiltas tempat buang air besar. Fasilitas BAB yang dimiliki oleh rumah tangga di Jakarta mayoritas adalah milik sendiri sekitar 83%, dan sisanya menggunakan fasilitas BAB lain seperti di fasilitas komunal yang disediakan oleh pemerintah. Tempat pembuangan akhir tinja di provinsi ini juga sudah didominasi oleh rumah tangga yang memanfaatkan tangki septik, IPAL maupaun SPAL. Pemerintah DKI Jakarta telah menyediakan fasilitas tersebut yang disediakan secara komunal yang menjangkau area DKI Jakarta.
Tabel 5. Penggunaan Fasilitas Tempat BAB
Karakteristik | Penggunaan Fasiltas Tempat Buang Air Besar | Jumlah | |
Sendiri | lainnya | ||
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga | |||
Laki-Laki | 83,15 | 16,85 | 100 |
Perempuan | 83,02 | 16,98 | 100 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Masyarakat DKI Jakarta 2018
Tabel 6. Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Karakteristik | Tempat Pembuangan Akhir Tinja | Jumlah | |
Tangki septik/IPAL/SPAL | Lainnya | ||
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga | |||
Laki-Laki | 95,54 | 4,46 | 100 |
Perempuan | 94,26 | 5,74 | 100 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Masyarakat DKI Jakarta 2018
Sumber air minum merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bermukim di suatu wilayah. Apabila kebutuhan air minum tidak dapat terpenuhi, maka akan kelangsungan hidup masyarakat akan terganggu. Apalagi DKI Jakarta merupakan kota padat penduduk dengan intensitas aktivitas yang tinggi, sehingga kebutuhan akan air juga semakin tinggi.data statistik menunjukkan terkait perolehan air minum, mayoritas rumah tangga di DKI Jakarta menggunakan sumur bor/pompa serta leding dan yang paling sedikit adalah yang bersumber dari sumur tidak terlindungi dan lainnya. Berikut adalah detil sumber air minum utama warga DKI Jakarta.
Tabel 7. Sumber Air Minum Utama
Karakteristik | Sumber Air Minum Utama | Jumlah | |||||
Air Kemasan Isi Ulang | Leding | Sumur Bor/ Pompa | Sumur terlindungi | Sumur Tidak terlindungi | Lainnya | ||
Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga | |||||||
Laki-Laki | 4,60 | 35,09 | 58,17 | 1,95 | 0,14 | 0,05 | 100 |
Perempuan | 3,70 | 38,35 | 56,04 | 1,89 | 0,00 | 0,02 | 100 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Masyarakat DKI Jakarta 2018
Permukiman Kumuh DKI Jakarta
Berdasarkan data pada tahun 2015, Provinsi DKI Jakarta terdiri atas 115 kelurahan kumuh dan 146 kelurahan non kumuh dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 8. Permukiman Kumuh dan non Kumuh DKI jakarta
NO | Lokasi
Kota/kabupaten |
LOKASI PROGRAM | Jumlah
Jumlah |
|
Peningkatan Kualitas | Pencegahan | |||
1 | Jakarta Pusat | 18 | 26 | 44 |
2 | Jakarta Utara | 22 | 9 | 31 |
3 | Jakarta Timur | 22 | 43 | 65 |
4 | Jakarta Selatan | 20 | 39 | 59 |
5 | Jakarta Barat | 30 | 26 | 56 |
6 | Kepulauan Seribu | 3 | 3 | 6 |
TOTAL | 115 | 146 | 261 |
Sumber : Kotaku, 2015.
Berdasarkan Evaluasi RW Kumuh DKI Jakarta Tahun 2013 yang dipublikasikan oleh BPS DKI Jakarta ter kait dengan sebaran permukiman kumuh yang ada di Provinsi DKI Jakarta terdapat pada 181 kelurahan dari 261 kelurahan dengan luasan sebesar 1.024,52 Ha di 223 RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta, adapun berdasarkan data baseline di 115 kel. dengan luasan 1003.01 Ha dengan sebaran lokasi sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini
Backlog Perumahan
Pada tahun 2010, jumlah backlog kepemilikan di DKI Jakarta pada tahun 2010 adalah 1.350.264 rumah tangga. Sedangkan pada tahun 2015 menjadi 1.276.424 rumah tangga. Penurunan angka backlog ini diatasi oleh berbagai program penyediaan perumahan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pengembang.