Kalimantan Selatan (disingkat Kalsel) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. Provinsi Kalimantan Selatan terbentuk pada tanggal 14 Agustus 1950 melalui surat keputusan No. 2 Tahun 1989 tanggal 13 mei 1989. Secara historis wilayah Kalimantan Selatan mula-mula merupakan wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan di dalam Propinsi Kalimantan itu sendiri.

Secara geografis, Kalimantan Selatan berada di antara 114°19’33” – 116°33’28” Bujur Timur dan 1°21’49” – 1°10″14″ Lintang Selatan. Provinsi Kalimantan Selatan berada di bagian tenggara pulau Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah. Adapun batas-batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan antara lain :

  • Sebelah Utara : Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur
  • Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Jawa
  • Sebelah Barat : Berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat
  • Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Makasar

 

 
Luas Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah 38.744,23 Km2. Berikut merupakan luas wilayah menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan:

Tabel 1. Luas Wilayah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

No. Kabupaten/Kota Ibu kota Luas Wilayah (Km2) Persentase (%)
1 Kabupaten Balangan Paringin 1.878,30 4,85
2 Kabupaten Banjar Martapura 4.668,00 12,05
3 Kabupaten Barito Kuala Marabahan 2.996,46 7,73
4 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan 1.804,94 4,66
5 Kabupaten Hulu Sungai Tengah Barabai 1.472,00 3,80
6 Kabupaten Hulu Sungai Utara Amuntai 892,7 2,30
7 Kabupaten Kotabaru Kotabaru 9.482,73 24,48
8 Kabupaten Tabalong Tanjung 3.766,97 9,72
9 Kabupaten Tanah Bumbu Batulicin 5.006,96 12,92
10 Kabupaten Tanah Laut Pelaihari 3.631,35 9,37
11 Kabupaten Tapin Rantau 2.700,82 6,97
12 Kota Banjarbaru Banjarbaru 371 0,96
13 Kota Banjarmasin Banjarmasin 72 0,19
KALIMANTAN SELATAN Kota Banjarmasin 38.744,23 100

Sumber: BPS Provinsi Kalsel, 2019

 

Kependudukan

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki jumlah Penduduknya sebanyak 4.119.794 Jiwa. Komposisi penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan mayoritas laki-laki sebanyak 2.089.422 jiwa sedangkan komposisi perempuan hanya sebanyak 2.030.372 jiwa. Suku Bangsa Provinsi Kalimantan Selatan diantaranya adalah Suku Banjar, Dayak Bakumpai, Dayak Baraki, Dayak Maanyan, Dayak Lawangan dan Dayak Bukit Ngaju. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Selatan:

Tabel 2. jumlah penduduk menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

No Kabupaten 2017
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Jiwa)
Laki-Laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
1 Tanah Laut 171480 162848 334328
2 Kotabaru 172217 159109 331326
3 Banjar 290503 281070 571573
4 Barito Kuala 153693 152502 306195
5 Tapin 94220 92452 186672
6 Hulu Sungai Selatan 116327 116260 232587
7 Hulu Sungai Tengah 133695 132806 266501
8 Hulu Sungai Utara 114089 117505 231594
9 Tabalong 125605 121501 247106
10 Tanah Bumbu 178890 164303 343193
11 Balangan 64219 63284 127503
12 Kota Banjarmasin 347005 345788 692793
13 Kota Banjar Baru 127479 120944 248423
Kalimantan Selatan 2089422 2030372 4119794

Sumber: BPS Provinsi Kalsel, 2019

 

Kemisikinan

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2017 mencapai 0,22%. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,01 dibandingkan pada tahun 2016. Dilihat dari data lima tahun terakhir, rata-rata jumlah penduduk miskin di Provinsi Klaimantan Selatan mengalami penurunan tiap tahun. Tetapi pada tahun 2014 Provinsi Kalimantan Selatan mengalami kenaikan jumlah penduduk miskin sebesar 0,52%. Berikut merupakan data presentase penduduk miskin Provinsi Kalimantan Selatan:

 

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan

No Kabupaten Persentase Penduduk Miskin (P0)
2013 2014 2015 2016 2017
1 Tanah Laut 0,19 0,19 0,21 0,21 0,21
2 Kotabaru 0,22 0,22 0,21 0,21 0,19
3 Banjar 0,14 0,14 0,14 0,13 0,15
4 Barito Kuala 0,22 0,22 0,23 0,22 0,22
5 Tapin 0,15 0,17 0,19 0,17 0,18
6 Hulu Sungai Selatan 0,30 0,30 0,28 0,27 0,26
7 Hulu Sungai Tengah 0,25 0,25 0,26 0,26 0,26
8 Hulu Sungai Utara 0,31 7,00 0,30 0,30 0,30
9 Tabalong 0,26 0,26 0,29 0,27 0,26
10 Tanah Bumbu 0,22 0,22 0,25 0,23 0,24
11 Balangan 0,26 0,27 0,27 0,25 0,26
12 Kota Banjarmasin 0,18 0,19 0,20 0,18 0,18
13 Kota Banjar Baru 0,20 0,19 0,23 0,21 0,21
Kalimantan Selatan 0,22 0,74 0,23 0,23 0,22

Sumber: BPS Provinsi Kalsel, 2019

 

Backlog dan Rumah Tidak Layak Huni

Tabel 4. Backlog Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019

Provinsi Rumah Tangga Kepala Keluarga Penghuni (Jiwa) Backlog (KK)
Kalimantan Selatan 9747 22348 60169 10317

Sumber: ertlh.perumahan.go.id, diakses tanggal 5 Juli 2019

Masalah backlog masih menjadi masalah utama dari penyediaan perumahan di Indonesia terutama di Provinsi Kalimantan Selatan. Angka backlog dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tingginya angka backlog perumahan terjadi karena beberapa faktor, diantanya besarnya pertumbuhan jumlah penduduk, ketidakterjangkauan harga perumahan oleh masyarakat, swaswa tidak mau berinvestasi untuk penyediaan perumahan MBR karena harga lahan tinggi, dll. Dari tabel diatas, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki jumlah backlog yang tinggi yaitu sebesar 10.317 KK pada tahun 2019. Sedangkan untuk data Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. Data RTLH Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019

No Kabupaten/Kota Jumlah Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Rumah Tangga
1 Kotabaru 1 2 10
2 Banjar 7 39 1536
3 Barito Kuala 1 1 1
4 Hulu Sungai Selatan 2 5 109
5 Hulu Sungai Tengah 4 52 601
6 Hulu Sungai Utara 1 1 1
7 Tabalong 1 1 5
8 Tanah Bumbu 6 13 89
9 Balangan 2 2 16
10 Kota Banjarmasin 1 1 1
11 Kota BanjarBaru 1 1 4
KALIMANTAN SELATAN 27 118 2373

Sumber: ertlh.perumahan.go.id, diakses tanggal 5 Juli 2019

Pada masa mendatang jumlah backlog (ketiadaan ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah) di Provinsi Kalimantan Selatan ini akan semakin tinggi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan KK akibat terbentuknya keluarga-keluarga baru. Sampai saat ini sebagian masyarakat masih  ada  yang belum mempunyai tempat   tinggal   yang   layak   untuk   dihuni. Pemerintah mempunyai   peran   dalam    membuat   regulasi    tidak   hanya    untuk permukiman perumahan yang akan dibangun namun juga permukiman perumahan  masyarakat  yang  telah  ada. Oleh  karena  itu,  sejak  tahun 2016 Pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,  telah  membuat  terobosan  dalam  membangun  1  (satu)  juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Dalam model perumahan di Provinsi Kalimantan Selatan, rata-rata masyarakat sudah bertansformasi untuk membangun rumah modern. Namun, masih terdapat masyarakat yang tetap mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka yaitu salah satunya adalah rumah adat Kalimantan Selatan (Rumah Banjar).

Rumah Banjar adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris. Rumah tradisonal Banjar adalah tipe-tipe rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri mulai berkembang sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Dari sekian banyak jenis-jenis rumah Banjar, tipe Bubungan Tinggi merupakan jenis rumah Banjar yang paling dikenal dan menjadi identitas rumah adat suku Banjar.

Perumahan dan Lingkungan

Rumah  pada  hakekatnya  merupakan  kebutuhan  dasar  manusia selain sandang, pangan, pendidikan, dan kesehatan. Kebutuhan     rumah    saat     ini     semakin     meningkat    dengan bertambahnya   jumlah penduduk   yang   ada   di   Indonesia   saat   ini, termasuk  pula  di  Kalimantan  Selatan. Akibatnya,  lahan yang  semula bukan  permukiman berubah  fungsi  menjadi  permukiman  penduduk. Hal  ini  sudah  terlihat  baik  di  perkotaan maupun  di  perdesaan.  Yang paling   terlihat   di   wilayah   perkotaan,   lahan-lahan   produktif   milik penduduk,  baik  sawah  maupun  ladang  sedikit  demi  sedikit  berubah menjadi  pemukiman,  baik yang  dibangun  sendiri  penduduk atau  yang dibangun oleh para pengembang premukiman.

Seiring   dengan   laju   pertumbuhan   penduduk   yang   pesat, maka  kebutuhan  perumahan  termasuk  fasilitas  perumahan  dan lingkungannya    juga    meningkat.    Semakin    berkualitas    fasilitas perumahan, semakin menunjukkan taraf sosial ekonomi penghuninya.    Namun    demikian    sehubungan    dengan    derajat kesehatan,  bukan  hanya  kuantitas  perumahan  saja  melainkan  juga kondisi lingkungan sekitar perumahan. Beberapa indikator fisik dan lingkungan   perumahan   yang  relevan   dengan   derajat   kesehatan antara  lain  luas  dan  jenis  lantai,  atap,  dan  dinding serta  fasilitas rumah  seperti  sumber  penerangan,  bahan  bakar  untuk  memasak, dan sanitasi layak.

Aspek  pertama  dalam  menilai  kualitas  sebuah  rumah  adalah lantai. Lantai  rumah  merupakan  salah  satu  sarana  berkumpul  dan bermain anggota rumah tangga. Lantai yang luas dan jenisnya yang berkualitas   lebih   memungkinkan   anggota   rumah   tangga   untuk beraktivitas secara  leluasa.  Relevansinya  dengan  kesehatan,  lantai menjadi sarana kontak anggota rumah tangga dengan kemungkinan  berbagai  penyakit. Bahkan  jenis  lantai  ini  merupakan salah  satu  variabel  dalam  penentuan  keluarga  sejahtera  atau  pra sejahtera. Dengan   demikian    jenis    dan    luas    lantai    disamping menggambarkan  keadaan  sosial  ekonomi  juga  amat  vital  dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Berikut merupakan data Rumah Tangga menurut luas lantai di Peovinsi Kalimantan Selatan tahun 2017:

Tabel 5. Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai dan Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

Luas Lantai (M2) Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
≤ 19 5,13 1,69 3,2
20-49 31,65 31,24 31,42
50-99 36,82 50,48 44,5
100-149 15,71 12,32 13,8
≥150 10,69 4,27 7,08
Total 100 100 100

Sumber: Susenas 2017

Selain  luas laintai,  indikator  lain  yang  berhubungan  dengan  kualitas tempat   tinggal   adalah   jenis lantai   yang   digunakan. Berdasarkan data Susenas 2017, baik di daerah perkotaan maupun yang daerah perdesaan mayoritas penduduk Provinsi Kalimantan Selatam menggunakan jenis lantai terluas  berbahan  kayu/papan berkualitas tinggi. Berikut presentase rumah tangga menurut jenis lantai:

Tabel 6. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas dan Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

No Jenis Lantai Terluas Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
1 Marmer 32,9 11,23 20,72
2 Parket/Vinil/Permadani/Ubin/Tegel/Teraso 1,37 1,02 1,17
3 Kayu/Papan Kualitas Tinggi 58,98 73,21 66,99
4 Semen/Bata Merah 6,72 13,57 10,57
5 Kayu/Papan Berkualitas Rendah 0 0,13 0,07
6 Tanah/Lainnya 0,03 0,84 0,48
Total 100 100 100

Sumber: Susenas 2017

Selanjutnya indikator  yang  berhubungan  dengan  kualitas tempat   tinggal   adalah   jenis atap  yang   digunakan. Berdasarkan data Susenas 2017, baik di daerah perkotaan maupun yang daerah perdesaan mayoritas penduduk Provinsi Kalimantan Selatam menggunakan jenis atap terluas  berbahan  seng. Berikut presentase rumah tangga menurut jenis atap:

Tabel 7. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas dan Daerah Tempat Tinggal Provinsi KalimantanSelatan Tahun 2017

No Jenis Atap Terluas Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
1 Beton 0,55 0,11 0,31
2 Genteng 5,54 4,81 5,13
3 Asbes 10,46 12,98 11,88
4 Seng 73,12 66,42 69,35
5 Bambu/Kayu/Sirap 9,54 9,1 9,29
6 Jerami/Ijuk/Daun/Rumbia/Lainnya 0,78 6,58 4,04
Total 100 100 100

Sumber: Susenas 2017

Selanjutnya indikator  yang  berhubungan  dengan  kualitas tempat   tinggal   adalah   jenis dinding  yang   digunakan. Berdasarkan data Susenas 2017, baik di daerah perkotaan maupun yang daerah perdesaan mayoritas penduduk Provinsi Kalimantan Selatam menggunakan jenis diding terluas  berbahan  kayu/batang katu. Berikut presentase rumah tangga menurut jenis dinding:

Tabel 8. Persentase  Rumah  Tangga  Menurut  Jenis  Dinding  Terluas dan  Daerah  Tempat  Tinggal    Provinsi Kalimantan  Selatan Tahun 2017

No Jenis Dinding Terluas Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
1 Tembok/Plester Anyaman 39,82 18,97 28,09
2 Kayu/Batang Kayu 59,34 79,61 70,74
3 Bambu/Anyaman Bambu/Lainnya 0,84 1,42 1,17
Total 100 100 100

Sumber: Susenas 2017

Selain  kualitas  fisik,  fungsi  kenyamanan  rumah  tinggal  juga  ditentukan oleh kelengkapan fasilitas rumah seperti tersedianya sumber air bersih, fasilitas jamban  sendiri,  sanitasi  layak,  dan  sumber  penerangan  listrik. Tersedianya sumber air minum bersih juga merupakan salah satu target yang  ingin  dicapai  melalui  tujuan  pembangunan  berkelanjutan  (Sustainable Development Goals/SDGs). Berikut merupakan data ketersediaan air minum di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan hasil Susenas 2017:

Tabel 9. Persentase  Rumah  Tangga menurut Sumber  Air  Minum   dan Daerah Tempat Tinggal di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

No Sumber Air Minum Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
1 Air Kemasan Bermerk/Air Isi Ulang 41,96 21,06 30,21
2 Leding meteran/eceran 42,79 15,51 27,45
3 Sumur Bor/Pompa 4,55 16,83 11,46
4 Sumur Terlindungi 4,12 8,5 6,58
5 Sumur Tak Terlindungi 4,09 17,64 11,71
6 Mata Air Terlindungi/Tak Terlindungi/Air Hujan 0,04 5,96 3,37
7 Air Permukaan 2,44 14,5 9,22
Total 100 100 100

Sumber: Susenas 2017

Selain  air  bersih,  salah  satu  kebutuhan  penting  dalam  tempat  tinggal adalah  tersedianya  fasilitas  sanitasi  seperti  fasilitas  buang  air  besar (jamban). Rumah  tangga  cenderung  akan  memilih  tempat  tinggal  yang  memiliki  jamban sendiri  karena  lebih  terjaga  kebersihannya.  Memiliki  fasilitas  jamban  sendiri dalam  rumah  tempat  tinggal  merefleksikan  perspektif  kesejahteraan  maupun kelestarian  lingkungan yang   lebih  baik.   Adapun   jika   menggunakan   jamban umum   atau   tidak   menggunakan   jamban,   maka   dapat   berimplikasi   pada kelestarian  lingkungan.  Semakin  banyak  masyarakat  membuang  air  besar  di sungai  atau  kebun,  maka  akan  semakin  besar  dampaknya  terhadap  sanitasi lingkungan.

Tabel 10. Presentase Rumah  Tangga  Menurut Fasilitas  Jamban  dan Daerah Tempat Tinggal  Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

No Fasilitas Jamban Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
1 Sendiri 86,99 69,61 77,22
2 Bersama 8,33 16,29 12,81
3 MCK Komunal / Umum 4,29 9,34 7,13
4 Tidak Ada 0,39 4,76 2,84
Total 100 100 100

Sumber: Susenas 2017

Fasilitas perumahan  lainnya  yang  cukup  penting  adalah  penerangan. Sumber  penerangan  yang  ideal  berasal  dari  listrik  (PLN  dan  bukan  PLN)  karena cahaya listrik lebih terang dibandingkan sumber penerangan lainnya. Berikut merupakan data rumah tangga menurut sumber penerangan dan daerah tempat tinggal di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2017:

Tabel 11. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan dan Daerah Tempat Tinggal Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017

No Sumber Penerangan Daerah Tempat Tinggal
Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
1 Listrik PLN 99,74 94,59 96,84
2 Listrik Non PLN 0,03 4,1 2,32
3 Bukan Listrik 0,23 1,31 0,84
Total 100 100 100

Sumber: Susenas 2017

Jika  dilihat  berdasarkan  daerah  tempat  tinggal,  maka  masih  terdapat kesenjangan   antara   wilayah   perkotaan   dan   perdesaan.   Pengguna   sumber penerangan  listrik  non  PLN  dan  bukan  listrik  didaerah  perdesaan  lebih  besar yaitu 5,41% daripada di perkotaan yang kurang dari 1%.

 

 

Sumber:

dataerlth.perumahan.pu.go.id diakses pada 5 Juli 2019, pukul 16.00 WIB

Kalsel.bps.go.id

Badan Pusat Statistik (2019). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2017. Kalsel