Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah. Kota Pekalongan terletak di wilayah yang strategis karena berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Jakarta – Semarang. Secara geografis, Kota Pekalongan terletak di koordinat 60 50’ 42” sampai dengan 60 55’ 44” Lintang Selatan dan 1090 37’ 55” sampai dengan 1090 42’ 19” Bujur Timur. Luas wilayah daratan Kota Pekalongan adalah 45,25 km2 dan secara administratif berbatasan langsung dengan:

Bagian Utara             : Laut Jawa

Bagian Selatan         : Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan

Bagian Timur             :  Kabupaten Batang

Bagian Barat              : Kabupaten Pekalongan

Kota Pekalongan secara administratif terbagi menjadi 4 kecamatan dan 27 kelurahan.  Sebagai kota kecil, Kota Pekalongan hanya terdiri dari 4 kawasan administratif yaitu Kecamatan Pekalongan Utara, Kecamatan Pekalongan Barat, Kecamatan Pekalongan Timur, dan Kecamatan Pekalongan Selatan. Kecamatan Pekalongan Utara merupakan kawasan yang memiliki wilayah paling luas dengan persentase luas wilayah sebesar 33% dari luas Kota Pekalongan. Sedangkan Kecamatan Pekalongan Timur merupakan kawasan yang memiliki wilayah paling kecil dengan persentase luas wilayah sebesar 21% dari Kota Pekalongan. Luas wilayah Kota Pekalongan per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Luas Wilayah Kota Pekalongan Per Kecamatan

No Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Luas Wilayah (km2) Persentase (%)
1 Kecamatan Pekalongan Barat Tirto 10,05 22
2 Kecamatan Pekalongan Timur Poncol 9,52 21
3 Kecamatan Pekalongan Selatan Kuripan Yosorejo 10,80 24
4 Kecamatan Pekalongan Utara Panjang Wetan 14,88 33
Kota Pekalongan 45,25 100

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2020

Tabel 2

Jumlah Desa dan Kelurahan di Kota Pekalongan

No Kecamatan Jumlah Desa Desa/Kelurahan
1 Kecamatan Pekalongan Barat 7 ·         Bendan Kergon

·         Medono

·         Pasir Kraton Kramat

·         Podosugih

·         Pringrejo

·         Sapuro kebulen

·         Tirto

2 Kecamatan Pekalongan Timur 6 ·         Banyurip

·         Buaran Kradenan

·         Jenggot

·         Kuripan Kertoharjo

·         Kuripan Yosorejo

·         Sokoduwet

3 Kecamatan Pekalongan Selatan 7 ·         Nyontansari

·         Kauman

·         Poncol

·         Klego

·         Gamer

·         Setono

·         Kalibaros

4 Kecamatan Pekalongan Utara 7 ·         Bandengan

·         Degayu

·         Krapyak

·         Kandang Panjang

·         Panjang Baru

·         Panjang Wetan

·         Padukuhan Kraton

Kota Pekalongan 27

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2020

 

 

Kondisi Fisik

Topografi

Kota Pekalongan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 – 2 meter di atas permukaan laut. Bentuk permukaan lahannya relatif datar dengan kemiringan lereng antara 0-8%. Bentuk permukaan yang datar ini menunjukkan bahwa tingkat gerakan tanah di Kota Pekalongan rendah, namun rentan terhadap genangan khususnya pada daerah yang berada di pesisir pantai utara. Selain genangan karena ombak pasang, di daerah tersebut juga rentan terjadi banjir rob.

 

Geologi

Sebagian besar morfologi di Kota Pekalongan berupa dataran dan hanya sebagian kecil yang berupa perbukitan. Berdasarkan genesisnya, morfologi dataran di Kota Pekalongan dibedakan menjadi dataran aluvium dan dataran rawa. Dataran aluvium tersusun oleh material berukuran kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Sedangkan morfologi dataran rawa tersusun oleh material lumpur, lempung, dan lanau. Secara umum, dataran aluvium terletak di sebelah selatan dataran rawa. Jenis batuan yang mendominasi Kota Pekalongan adalah batu lempung tufan, breksi gunung api, tuf, dan konglomerat.

Pada kawasan perbukitan di Kota Pekalongan, terdapat struktur geologi yang terdiri dari struktur kekar tarik dan kekar gerus, struktur patahan naik, geser dan turun. Struktur geologi tersebut pada umumnya memiliki arah barat laut – tenggara. Adanya struktur geologi berdampak pada pola aliran sungai yang mana mengikuti arah kekar ataupun patahan yang ada yaitu berarah barat laut – tenggara.

Hidrologi

Geohidrologi di Kota Pekalongan dibagi menjadi tiga sumber yaitu air permukaan, air tanah dangkal, dan air tanah dalam. Air permukaan merupakan sumber air yang muncul dan mengalir di permukaan seperti halnya sungai, rawa, mata air termasuk pula jaringan irigasi. Sumber air permukaan di Kota Pekalongan adalah sungai berupa Kali Pekalongan, Kali Benger, Kali Bremi, Kali Sebulanan, Kali Widuri, Kali Kuripan, Kali Gamer, dan Kali Simbang. Sungai tersebut juga berfungsi sebagai saluran induk pembuangan drainase kota.

Air tanah dangkal merupakan sumber air yang berada di dalam lapisan tanah sampai dengan kedalaman 20 meter. Sumber air ini berupa air yang diperoleh dari sumur dan dipergunakan untuk keperluan sehari-hari seperti cuci, mandi dan lain-lain. Kemudian, air tanah dalam merupakan sumber air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih penduduk seperti halnya sumur bor yang dikelola oleh PDAM. Penggunaan sumur bor oleh PDAM tersebut dilakukan karena di Kota Pekalongan tidak terdapat sumber mata air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.

 

Klimatologi

Wilayah Kota Pekalongan memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 25 0C – 35,3 0C dengan kelembaban udara berada di antara 70 – 90%. Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran arus udara. Pada tahun 2019, curah hujan di Kota Pekalongan pada adalah 1.831 mm3/tahun. Sedangkan, jumlah hari hujan pada tahun yang sama adalah sebanyak 80 hari. Selama tahun 2019, hari hujan dan curah hujan paling banyak terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 18 hari hujan dengan curah hujan sebesar 749 mm3. Berikut merupakan tabel jumlah curah hujan dan hari hujan di Kota Pekalongan pada tahun 2019 :

 

Tabel 3

Curah Hujan di Kota Pekalongan Tahun 2019

No Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan
1 Januari 749 18
2 Februari 313 17
3 Maret 251 11
4 April 163 10
5 Mei 97 9
6 Juni 16 2
7 Juli 82 4
8 Agustus 0 0
9 September 0 0
10 Oktober 69 3
11 November 36 2
12 Desember 55 4
Jumlah 1831 80

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2020

 

 

 

Gambaran Demografi

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kota Pekalongan pada tahun 2019 adalah 307.097 jiwa yang terdiri dari 153.518 jiwa laki-laki dan 153.579 jiwa perempuan. Penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Pekalongan Barat yaitu sebanyak 95.555 jiwa sedangkan penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Pekalongan Selatan yaitu sebanyak 63.052 jiwa penduduk. Pada tahun 2015 hingga 2019, laju pertumbuhan penduduk di Kota Pekalongan adalah sebanyak 0,89%. Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan juga cenderung meningkat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2018, kepadatan penduduk di Kota Pekalongan sebesar 6.729 jiwa/km3 dimana pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2019 meningkat menjadi 6.786 jiwa/km3. Berdasarkan diagram piramida penduduk (Gambar 1), struktur penduduk di Kota Pekalongan adalah konstruktif. Hal tersebut berarti jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk usia tua. Berdasarkan data BPS, diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio) Kota Pekalongan pada tahun 2019 adalah 42,37%.

Tabel 4

Jumlah Penduduk di Kota Pekalongan Tahun 2019

No Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan Penduduk per km2 Rasio Jenis Kelamin
1 Pekalongan Barat 95.555 0,74 9.508 100,04
2 Pekalongan Timur 65.857 0,48 6.918 99,03
3 Pekalongan Selatan 63.052 1,42 5.838 102,03
4 Pekalongan Utara 82.633 0,99 5.053 99,03
Kota Pekalongan 307.097 0,89 6.787 99,95

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2020

 

 

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2020

Gambar 1

Piramida Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2019

 

 

Ekonomi

Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Kota Pekalongan Tahun 2019 adalah sebesar 10,83 milliar rupiah. Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memegang peranan penting bagi perekonomian di Kota Pekalongan. Distribusi PDRB terbesar pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yaitu sebesar 21,79% disusul dengan sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 20,88%. Laju PDRB ADHB di Kota Pekalongan pada tahun 2019 adalah sebesar 2,16. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor Jasa Perusahaan sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan terendah adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kota Pekalongan tidak memiliki kontribusi apapun bagi perekonomian di Kota Pekalongan. Berikut merupakan tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku di Kota Pekalongan tahun 2019 :

Tabel 5

PDRB ADHB menurut Lapangan Usaha Kota Pekalongan Tahun 2019

No Lapangan Usaha Nilai (Juta Rupiah) Persentase (%) Laju Pertumbuhan
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan          506.784,13 4,66 2,79
2 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00
3 Industri Pengolahan      2.270.288,33 20,88 2,49
4 Pengadaan Listrik dan Gas            16.931,73 0,16 0,54
5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang            11.408,11 0,10 2,20
6 Konstruksi      1.590.459,47 14,63 3,08
7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor      2.369.793,83 21,79 2,35
8 Transportasi dan Pergudangan          696.344,86 6,40 2,24
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum          591.292,11 5,44 1,36
10 Informasi dan Komunikasi          474.646,29 4,36 1,06
11 Jasa Keuangan dan Asuransi            66.492,56 6,13 1,55
12 Real Estate          294.458,06 2,71 2,10
13 Jasa Perusahaan            47.591,23 0,44 3,13
14 Administrasi, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib          486.262,54 4,47 1,35
15 Jasa Pendidikan          505.320,08 4,65 2,75
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial          139.984,81 1,29 2,00
17 Jasa Lainnya          206.099,90 1,90 0,86
PDRB 10.837.976,04 100,00 2,16

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2020

 

 

 

 

Perumahan

Indikator kesejahteraan penduduk pada bidang perumahan salah satunya adalah penguasaan tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang memiliki rumah sendiri, berarti semakin banyak pula penduduk yang mapan dan sejahtera dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan data Susenas tahun 2018 diketahui bahwa di Kota Pekalongan, penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan milik sendiri pada tahun 2018 adalah sebesar 68,82% sedangkan pemakaian bangunan bebas sewa sebanyak 26,02%. Tabel berikut menunjukkan rincian status penguasaan bangunan di Kota Pekalongan tahun 2016 – 2018 :

Tabel 6

Status Penguasaan Bangunan Kota Pekalongan Tahun 2016 – 2018

Status Penguasaan Bangunan 2016 (%) 2017 (%) 2018 (%)
Milik Sendiri 77,96 71,46 68,82
Kontrak 2,79 4,55 3,92
Bebas sewa 17,87 21,58 26,02
Dinas 0,44 1,65 0,65
Lainya 0,94 0,75 0,6

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2019

Selain kepemilikan atas bangunan, luas lantai rumah juga merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga. Idealnya, sebuah rumah tangga menempati rumah dengan luas lantai minimal delapan kali jumlah anggota rumah tangga yang menempatinya. Hal ini merupakan salah satu prasyarat terpenuhinya kriteria sebuah rumah tangga untuk dapat dikategorikan dalam golongan keluarga sejahtera. Rata-rata anggota rumah tangga di Kota Pekalongan adalah sebanyak 4 orang, sehingga semestinya luas lantai minimal adalah 20 m2. Berdasarkan data Susenas, diketahui bahwa sebagian besar keluarga di Kota Pekalongan memiliki rumah dengan luasan lantai antara 50 – 99 m2. Meskipun begitu, ternyata masih terdapat pula sebagian kecil keluarga yang menempati rumah dengan luas kurang dari 20 m2. Tabel berikut menunjukkan rincian luas lantai di Kota Pekalongan tahun 2016 – 2018 :

Tabel 7

Luas Lantai Bangunan Setiap Rumah di Kota Pekalongan Tahun 2016 – 2018

Luas Lantai (m2) 2016 (%) 2017 (%) 2018 (%)
< 20 0,74 1,73 1,3
20 – 49 18,23 17,19 17,11
50 – 99 52,7 49,24 45,13
100 – 149 15,27 16,02 20,17
150 + 13,06 15,82 16,29

      Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2019

Masyarakat Kota Pekalongan secara umum sudah menggunakan air yang cukup layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat Kota Pekalongan antara lain berupa air kemasan bermerk, air isi ulang, ledeng, sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan sumur tak terlindung. Sebagian besar masyarakat Kota Pekalongan menggunakan ledeng dan sumur terlindung sebagai sumber air minum sehari-hari. Pada tahun 2018, tercatat bahwa rumah tangga yang menggunakan ledeng sebagai sumber air minum adalah sebanyak 32,98% sedangkan rumah tangga yang memanfaatkan  sumur terlindung sebagai sumber air minum sebanyak 29,58%. Tabel berikut menunjukkan rincian sumber air minum masyarakat di Kota Pekalongan tahun 2016 – 2018 :

Tabel 8

Sumber Air Minum Setiap Rumah di Kota Pekalongan Tahun 2016 – 2018

Sumber Air Minum 2016 (%) 2017 (%) 2018 (%)
Air kemasan bermerk 3,56 1,70 3,55
Air isi ulang 8,92 5,89 8,73
Ledeng 32,77 38,10 32,98
Sumur bor/pompa 24,07 21,53 23,55
Sumur terlindung 30,24 30,07 29,58
Sumur tak terlindung 0,45 2,72 1,61

  Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2019

 

Backlog Perumahan

Permasalahan umum dalam penyediaan perumahan di kota adalah backlog perumahan baik backlog atas kepemilikan maupun backlog atas penghunian. Tingginya tingkat urbanisasi dan pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan akan rumah tinggal semakin meningkat. Namun di sisi lain, keterbatasan sumber daya baik modal maupun lahan menyebabkan penyediaan akan perumahan terbatas. Berdasarkan data BKKBN pada tahun 2018, jumlah backlog atas kepemilikan di Kota Pekalongan adalah sebanyak 21.433 unit sedangkan jumlah backlog atas penghunian adalah sebanyak 16.954 unit. Jumlah backlog atas penghunian di Kota Pekalongan pada tahun 2015 hingga tahun 2018 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Selebihnya, jumlah backlog atas kepemilikan cenderung meningkat sejak tahun 2016 hingga tahun 2018. Tabel berikut menunjukkan jumlah backlog di Kota Pekalongan sejak tahun 2015 hingga tahun 2018 :

Tabel 9

Data Backlog di Kota Pekalongan Tahun 2015 – 2018

BPS SUPAS2015 SUNSENAS 2016 SUNSENAS 2017 BKKBN 2018
Backlog Kepemilikan Backlog Penghunian Backlog Kepemilikan Backlog Penghunian Backlog Kepemilikan Backlog Penghunian Backlog Kepemilikan Backlog Penghunian
          19.480               17.836              16.629           14.192              21.994         17.208          21.433          16.954

Sumber: Kotaku, 2019

 

Rumah Tidak Layak Huni

Pendataan mengenai keberadaan Rumah Tidak Layak huni (RTLH) di Kota Pekalongan dilakukan pada tahun 2015 baik oleh TNP2K melalui program PBDT maupun oleh pemerintah daerah setempat. Berdasarkan versi Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT), jumlah rumah tidak layak huni di Kota Pekalongan adalah sebanyak 2.166 unit sedangkan berdasarkan hasil verifikasi Pemerintah Daerah Kota Pekalongan adalah sebanyak 6.448 unit. Jumlah RTLH di Kota Pekalongan paling banyak terdapat di Kecamatan Pekalongan Utara. Kriteria yang digunakan dalam menilai rumah tidak layak huni antara lain dilihat dari struktur bangunan rumah, aspek kesehatan rumah (pencahataan, penghawaan, dan sanitasi), serta kecukupan luas minimun yaitu 7,2 m2 – 12 m2 per orang. Berikut merupakan data jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Pekalongan tahun 2015 :

 

Tabel 10

Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kota Pekalongan Tahun 2015

KECAMATAN TAHUN VERSI PBDT VERIFIKASI PEMDA
Pekalongan Barat 2015 521 1.564
Pekalongan Timur 2015 513 2.123
Pekalongan Utara 2015 877 2.009
Pekalongan Selatan 2015 255 752

Sumber: Kotaku, 2019

 

Kawasan Permukiman Kumuh

Salah satu permasalahan mengenai kawasan permukiman yang dihadapi oleh Kota Pekalongan adalah kawasan kumuh. Terdapat tujuh aspek yang digunakan oleh Kementerian PUPR dalam menentukan kawasan permukiman kumuh antara lain: (1) kondisi bangunan gedung, (2) kondisi jalan lingkungan, (3) kondisi penyediaan air minum, (4) kondisi drainase lingkungan, (5) kondisi pengelolaan air limbah, (6) kondisi pengelolaan persampahan, dan (7) ketersediaan ruang terbuka publik.  Luasan kawasan kumuh di Kota Pekalongan berdasarkan data yang dihimpun oleh tim KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) pada tahun 2017 adalah sebanyak 195,59 hektar. Keberadaan kawasan permukiman kumuh sebagian besar terletak di Kecamatan Pekalongan Utara dengan kategori kawasan kumuh berat. Kawasan kumuh terluas di Kota Pekalongan yang menjadi prioritas penanganan Program KOTAKU berada di Kelurahan Panjang Baru, Kelurahan Kandang Panjang, dan Kelurahan Pabelan di Kecamatan Pekalongan Utara. Berikut merupakan Tabel Luas Kawasan Kumuh di Kota Pekalongan tahun 2016 :

Tabel 11

Luas Kawasan Kumuh di Kota Pekalongan Tahun 2016

KAWASAN DESA TINGKAT KEKUMUHAN LUAS (Ha)
Kec. Pekalongan Barat Kelurahan Pasirsari kumuh berat 17,96
Kec. Pekalongan Barat Kelurahan Tirto kumuh berat 3,7
Kec. Pekalongan Barat Kel. Kramatsari kumuh berat 4,5
Kec. Pekalongan Timur Kel. Klego kumuh berat 2,89
Kec. Pekalongan Timur Kel. Poncol kumuh berat 9,21
Kec. Pekalongan Utara Kel. Kandang Panjang kumuh berat 28,22
Kec. Pekalongan Utara Kel. Panjang Baru kumuh berat 40,85
Kec. Pekalongan Utara Kel. Bandengan kumuh berat 23,92
Kec. Pekalongan Utara kel. Panjang Wetan kumuh berat 13,85
Kec. Pekalongan Utara Kel. Krapyak Lor kumuh berat 6,39
Kec. Pekalongan Utara kel. Pabelan kumuh berat 27,18
Kec. Pekalongan Utara Kel. Krapyak Kidul kumuh berat 5,51
Kec. Pekalongan Utara kel. Degayu kumuh berat 0,17
Kec. Pekalongan Utara Kel. Dukuh kumuh sedang 0,01
Kec. Pekalongan Utara Kel keraton Lor kumuh sedang 3,65
Kec. Pekalongan Selatan Kel. Banyuurip Ageng kumuh sedang 6,78
Kec. Pekalongan Selatan kel. Jenggot. kumuh sedang 0,8

Sumber: Kotaku, 2019

 

Sumber:

Badan Pusat Statistik. 2020. Kota Pekalongan dalam Angka Tahun 2020 dalam https://pekalongankota.bps.go.id/

Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Daerah Kota Pekalongan Tahun 2019 dalam https://pekalongankota.bps.go.id/

Badan Pusat Statistik. 2020. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pekalongan Tahun 2019 dalam https://pekalongankota.bps.go.id/

Bidang Cipta Karya Kota Pekalongan. 2016. Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengan (RPI2JM) Tahun 2016 – 2020 : Bab 4 Profil Kota Pekalongan dalam http://sippa.ciptakarya.pu.go.id/

Nainggolan, D. A. (2009). STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH PEKALONGAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN ANALISIS ANOMALI GAYA BERAT DAN MAGNET. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 19(2), 127-138.