Provinsi Sumatera Selatan didirikan pada tanggal 12 September 1950. Pada pendiriannya mencakup daerah Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung. Keempat wilayah yang terakhir disebutkan kemudian masing-masing membentuk provinsi tersendiri. Letak Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jambi di sebelah utara, Provinsi Lampung di sebelah selatan, Provinsi Bangka Belitung di sebelah timur dan Provinsi Bengkulu di sebelah barat. Secara geografis, Sumatera Selatan terletak pada posisi 1°- 4° Lintang Selatan dan antara 102°- 106° Bujur Timur. Luas daratan Sumatera Selatan sebesar 87.017,41 Ha terbagi menjadi 17 kabupaten/ kota dyang didominasi oleh 3 wilayah terluas, yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir (20%), Musi Banyuasin (17%), Banyuasin (14%), dan sisanya sekitar 49% terbagi menjadi 14 kabupaten/kota lainnya.
Tabel 1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
Kabupaten/Kota | Luas (km2) | Persentase Luas Wilayah (%) |
Ogan Komering Ulu | 3747.77 | 4.29 |
Ogan Komering Ilir | 17086.39 | 19.54 |
Muara Enim | 6901.36 | 7.89 |
Lahat | 4297.12 | 4.92 |
Musi Rawas | 6330.53 | 7.24 |
Musi Banyuasin | 14530.36 | 16.62 |
Banyuasin | 12361.43 | 14.14 |
OKU Selatan | 4544.18 | 5.20 |
OKU Timur | 3397.1 | 3.89 |
Ogan Ilir | 2411.24 | 2.76 |
Empat Lawang | 2312.2 | 2.64 |
Pali | 1844.71 | 2.11 |
Musi Rawas Utara | 5836.7 | 6.68 |
Palembang | 363.68 | 0.42 |
Prabumulih | 458.11 | 0.52 |
Pagar Alam | 632.8 | 0.72 |
Lubuk Linggau | 365.49 | 0.42 |
Provinsi Sumatera Selatan | 87421.17 | 100 |
Sumber : Sumatera Selatan Dalam Angka, 2018
Kondisi geografis dan iklim Sumatera Selatan cukup variatif. Suhu udara minimum rata-rata di Sumatera Selatan adalah 24° Celsius dan suhu terpanasnya mencapai 34,2° Celsius. Kecepatan angin minimum adalah 2,6 knot dan maksimum 4,1 knot dengan rata-rata curah hujan sepanjang 2017 adalah 223,7 mm.
Kependudukan
Jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Selatan cenderung berpusat di Kota Palembang yang merupakan Ibukota provinsi. Jumlah penduduk di Kota ini mencapai 1,62 juta jiwa. Angka ini hampir setara dengan total penduduk dari Prabumulih, Pagaralam, Lubuklinggau, Musi Rawas Utara, PALI, Empat Lawang, dan OKU Selatan apabila diganbungkan. Jumlah penduduk terbanyak kedua setelah Palembang adalah di Kabupaten Banyuasin dengan jumlah penduduk 833625 jiwa. Sementara itu, kabupaten dengan penduduk paling sedikit adalah di Kabupaten pagar Alam yang jumlah penduduknya 136605 jiwa. Dari segi gender, Provinsi Sumatara Selatan lebih didominasi oleh penduduk laki-laki dengan sex ratio sebesar 1,03. Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 hingga 2017 adalah 1,44%. Yang paling tinggi adalah kabupaten Muara Enim sebesar 1,62%. Sementara itu, terkait beban ketergantungan penduduk dari tahun 1980 hingga tahun 2017 cenderung mengalami penurunan. Tahun 2017 rasio ketergantungannya adalah 50,22%.
Tabel 2 Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017
Kabupaten/Kota | Jumlah Penduduk | Total | Sex Ratio | |
Laki-Laki | Perempuan | |||
Ogan Komering Ulu | 183416 | 175676 | 359092 | 1.04 |
Ogan Komering Ilir | 413598 | 395605 | 809203 | 1.05 |
Muara Enim | 314803 | 303959 | 618762 | 1.04 |
Lahat | 204875 | 196619 | 401494 | 1.04 |
Musi Rawas | 201807 | 192577 | 394384 | 1.05 |
Musi Banyuasin | 322367 | 307424 | 629791 | 1.05 |
Banyuasin | 425088 | 408537 | 833625 | 1.04 |
OKU Selatan | 184894 | 168032 | 352926 | 1.10 |
OKU Timur | 338657 | 324824 | 663481 | 1.04 |
Ogan Ilir | 210609 | 209164 | 419773 | 1.01 |
Empat Lawang | 124531 | 119781 | 244312 | 1.04 |
Pali | 92918 | 91753 | 184671 | 1.01 |
Musi Rawas Utara | 94506 | 93129 | 187635 | 1.01 |
Palembang | 813709 | 809390 | 1623099 | 1.01 |
Prabumulih | 91827 | 90301 | 182128 | 1.02 |
Pagar Alam | 69871 | 66734 | 136605 | 1.05 |
Lubuk Linggau | 113259 | 112743 | 226002 | 1.00 |
Provinsi Sumatera Selatan | 4200735 | 4066248 | 8266983 | 1.03 |
Sumber : Sumatera Selatan dalam Angka 2017
Kemiskinan
Kemiskinan mempengaruhi kondisi perumahan yang dimiliki penduduk. Apabila kondisi perekonomian masyarakat kurang baik, maka akan cenderung memiliki kendala untuk menyediakan rumah. Persentase penduduk miskin di Sumatera Selatan pada tahun 2017, mencapai 13,10% atau 1086,76 ribu jiwa. Angka ini lebih sedikit dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 13,77%. Selain itu, angka garis kemiskinan juga meningkat dari tahun 2015 sebesar 340958 menjadi 378248 di tahun 2017.
Tabel 3 Perkembangan Penduduk Miskin Menurut Berbagai Indikator
Indikator | 2015 | 2016 | 2017 |
Jumlah penduduk Miskin (ribu jiwa) | 1112,5 | 1096,5 | 1086,76 |
Persentase Penduduk Miskin (%) | 13,77 | 13,39 | 13,10 |
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) | 2,09 | 1,957 | 2,402 |
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) | 0,49 | 0,481 | 0,626 |
Garis Kemiskinan | 340958 | 361696 | 378248 |
Sumber : BPS, 2018
Perumahan dan Permukiman Sumatera Selatan
Perumahan dan permukiman di Provinsi Sumatera Selatan bervariasi. Salah satu wilayah yang mmeiliki karakteristik permukiman yang bervariasi adalah Kota Palembang. Menurut Heldayani (2015), Palembang mempunyai karakteristik permukiman yang beragam yang dapat diamati dari kondisi bangunan permukiman yang berbeda-beda. Karakteristik permukiman yang petama adalah bangunan permukiman yang masih tradisional berbentuk rumah panggung yang berlokasi di sepanjang aliran Sungai Musi dan aliran anak Sungai Musi. Klasifikasi permukiman yang kedua adalah permukiman semi tradisional yang berbentuk semi panggung. Bangunan ini biasanya digunakan untuk rumah dan toko. Bangunan ini banyak berlokasi di bagian tengah. Klasifikasi permukiman ketiga adalah permukiman modern berbentuk rumah tunggal yang berfungsi sebagai rumah tinggal yang berlokasi di bagian utara Palembang. Karakteristik permukiman yang beragam tersebut mencerminkan keragaman budaya/etnis ada di Palembang.
Perumahan di Sumatera Selatan tidak seluruhnya menggunakan desain rumah modern. Adat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat membuat masih adanya rumah-rumah adat. Rumah adat di wilayah ini dicirikan melalui bentuk atap, material bangunan serta bentuk rumah. Karakteristik bangunan rumah adat juga menyesuaikan lokasi tinggal penghuninya. Misalnya adalah rumah adat Suku Palembang dicirikan dengan rumah panggung. Hal ini dikarenakan Suku Palembang banyak tinggal di sekitar sungai sehingga untuk menghindari air masuk rumah, bangunan dibuat panggung.
Rumah-rumah yang ada di Sumatera Selatan mayoritas dihuni oleh satu keluarga. Akan tetapi sekitar 20% rumah dihuni lebih dari satu keluarga. Data susenas provinsi Sumatera Selatan menunjukkan bahwa rata-rata jumlah keluarga yang tinggal dalam satu rumah adalah 1,2 baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Adanya keluarga yang masih menumpang pada keluarga lain ini menjadi salah satu indikasi backlog perumahan.
Kualitas Bangunan Rumah di Sumatera Selatan
Kualitas perumahan dapat dinilai dari aspek fisik bangunan yang meliputi material atap, dinding, hingga lantai bangunan. Di wilayah ini 98,06% rumah sudah memiliki atap yang layak, 98,26% sudah berdinding permanen dan 96,94% lantai rumahnya bukan tanah. Secara lebih detil, berikut adalah penjelasan masing-masing indikator kondisi perumahan menurut masing-masing parameter.
Dilihat dari kepemilikan rumah, sebanyak 80,65% rumah tangga di Provinsi Sumatera Selatan telah memiliki rumah dengan status kepemilikan milik sendiri. Dari kepemilikan sendiri tersebut lebih banyak terdapat di kawasan perkotaan yang mencapai 87,58% dari total rumah tangga yang tinggal di perkotaan. Sementara itu, 6,25% rumah tangga di Palembang menempati rumah kontrak/sewa, artinya sekitar 6,25% rumah tangga tergolong backlog kepemilikan. Kepemilikan rumah dengan status milik sendiri paling rendah adalah di Kota Palembang yang persentasenya 64,75%. Artinya rumah tangga yang tinggal di Palembang banyak yang sewa atau kontrak. Hal ini dimungkinkan karena di Pelembang banyak pendatang dari wilayah lain untuk bekerja namun tidak membangun rumah di kota itu.
Tabel 4 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal
Daerah Tempat Tinggal | Milik sendiri | Kontrak/Sewa | Bebas Sewa | Dinas,, Lainnya |
Perkotaan | 68,23 | 14,38 | 15,66 | 1,73 |
Perdesaan | 87,58 | 1,72 | 9,40 | 1,29 |
Perkotaan + Perdesaan | 80,65 | 6,25 | 11,65 | 1,45 |
Sumber : BPS, Susenas Maret 2018
Bangunan tempat tinggal yang layak salah satunya dilihat dari laus bangunannya. Mayoritas luas bangunan perumahan di Sumatera Selatan adalah 50-56 m2 yang jumlahnya mencapai 44,56%, sedangkan yang paling sedikit adalah <19 m2 (3,11%) disusul dengan luas rumah >150 m2 (5,22%). Rumah dengan kategori terluas ini lebih banyak di kawasan perkotaan, khususnya di Kota Palembang, dibandingkan dengan perdesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa rumah-rumah yang sangat luas tersebut dimiliki oleh kalangan atas yang memiliki kemampuan penyediaan rumah tinggi.
Tabel 5 Luas Lantai Bangunan Rumah Menurut Daerah tempat Tinggal
Daerah tempat Tinggal | Luas Lantai (m2) | ||||
<19 | 20-49 | 50-99 | 100-149 | 150+ | |
Perkotaan | 4,15 | 36,73 | 37,78 | 11,96 | 9,38 |
Perdesaan | 2,52 | 38,85 | 48,35 | 7,76 | 2,89 |
Perkotaan + Perdesaan | 3,11 | 37,85 | 44.56 | 9,27 | 5,22 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Luas bangunan rumah dan jumlah penghuni akan memperngaruhi rerata luas lantai/kapita wilayah. Beradasarkan data statistik Sumatera Selatan, diketahui bahwa luas lantai perkapita didominasi oleh >10 m2 (72,23%). Angka ini sangat memadai karena luas lantai ideal minimum perkapita adalah 7,2 m2.
Tabel 6 Luas Lantai/Kapita Menurut Tempat Tinggal
Daerah tempat Tinggal | Luas Lantai per Kapita | ||
≤7,2 | 7,3-9,9 | ≥10 | |
Perkotaan | 15,21 | 13,24 | 71,55 |
Perdesaan | 11,16 | 15,74 | 76,60 |
Perkotaan + Perdesaan | 12,93 | 14,85 | 72,23 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Kualitas bangunan rumah salah satunya dilihat dari bahan material atap. Di Sumatera Selatan, bangunan atap didominasi oleh material genteng (57,31%) dan seng (32,31%). Di Sumatera selatan, masih terdapat rumah yang menggunakan atap berbahasan dasar bamboo/kayu/sirap serta jerami/ijuk atau daun. Rumah – rumah dengan material atas tersebut umumnya adalah rumah tradisional ataupun rumah-rumah dengan bahan material non permanen yang dimiliki oleh masyarakat kurang mampu.
Tabe 7 Bahan bangunan Utama Atap
Daerah Tempat Tinggal | Beton | Genteng | Asbes | Seng | Bamboo/kayu/Sirap | Jerami/Ijuk/Daun Rumbia | Lainnya |
Perkotaan | 3,04 | 47,28 | 8,82 | 39,93 | 0,43 | 0,27 | 0,23 |
Perdesaan | 1,34 | 62,92 | 5,64 | 28,06 | 0,28 | 1,70 | 0,08 |
Perkotaan + Perdesaan | 1,95 | 57,31 | 6,78 | 32,31 | 0,33 | 1,19 | 0,13 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Bahan material dinding juga mempengaruhi kualitas rumah. Dinding-dinding permanen umumnya akan memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan dengan material dinting non permanen. Di Sumatera selatab, 62,35% bangunan rumah memiliki dinding tembok dengan material permanen. Sementara itu,36,40% lainnya menggunakan dinding kayu/batang kayu. Rumah-rumah berdinding kayu umumnya adalah rumah adat/tradisional yang masih tejaga bangunannya. Berikut adalah distribusi material dinding bangunan di Sumatera Selatan.
Tabel 8 Bahan utama Dinding
Daerah Tempat TInggal | Tembok | Plesteran Anyaman bamboo/Kawat | Kayu/ Batang kayu | Bambu/Anyaman bambu | Lainnya |
Perkotaan | 79,44 | 0,08 | 19,99 | 0,24 | 0,26 |
Perdesaan | 52,81 | 0,02 | 45,55 | 1,11 | 0,51 |
Perkotaan + Perdesaan | 62,35 | 0,04 | 36,40 | 0,79 | 0,42 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Lantai terluas di Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh Semen/Bata merah (38,06%) dan keramik (32,50%). Semen/Bata Merah didominasi di kawasan perdesaan sedangkan keramik didominasi oleh kawasan perkotaan. Di provinsi ini juga masih ada yang menggunakan lantai bermaterial bambu. Dimungkinkan material bamboo ini terdapat di rumah tradisional yang dengan konsep rumah panggung.
Tabel 9 Bangunan Utama Lantai Terluas
Daerah Tempat Tinggal | Marmer/ Granit | Keramik | Parket/ Vinil/ Permadani/ Ubin/ Tagel/ Teraso | Kayu/ papan | Semen/ Bata Merah | Bambu | Tanah | Lainnya |
Perkotaan | 1,63 | 51,51 | 2,96 | 14,32 | 29,18 | 0,00 | 0,40 | 0,00 |
Perdesaan | 0,54 | 21,88 | 2,11 | 27,05 | 43,02 | 0,13 | 5,28 | 0,00 |
Perkotaan + Perdesaan | 0,93 | 32,50 | 2,41 | 22,49 | 38,06 | 0,08 | 3,53 | 0,00 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Kondisi kesehatan perumahan dapat dilihat dari fasilitas sanitasi/pembuangan termasuk fasilitas BAB. Sebanyak 9,8% tidak memiliki fasilitas BAB, sedangkan lainnya memiliki fasilitas BAB sendiri (78,24%), bersama (8,01%), MCK umum/komunal (3,88%) da nada juga yang tidak digunakan. Bagi rumah yang tidak memiliki fasilitas BAB umumnya melakukan BAB ke sungai. Pola hidup demikian akan mengganggu kesehatan penghuni karena tidak mengimplementasikan pola hidup bersih dan sehat.
Tabel 10 Penggunaan Fasilitas BAB
Daerah Tempat Tinggal | Ada | Tidak Ada | |||
Sendiri | Bersama | Umum/MCK Komunal | Tidak Digunakan | ||
Perkotaan | 89,08 | 6,87 | 1,87 | 0,02 | 2,16 |
Perdesaan | 72,20 | 8,64 | 5,01 | 0,09 | 14,06 |
Perkotaan + Perdesaan | 78,24 | 8,01 | 3,88 | 0,07 | 9,80 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang mendesak dalam perumahan dan permukiman. Hamper seluruh kegiatan domestik rumah tangga memerlukan air seperti untuk air minum, memasak hingga mencuci. Sumber perolehan air di Sumatera Selatan bervariasi dari berlangganan PDAM hingga menggunakan air sumur. Mayoritas rumah tangga di Sumatera Selatan menggunakan sumber air dari sumur terlindungi, yang umumnya terdapat di lokasi masing-masing. Untuk penyediaan air minum, 31,15 % rumah tangga mengaksesnya dengan membeli dan 68,85% tidak membeli yang artinya mereka menggunakan air rebus sendiri.
Tabel 11 Sumber Air Utama
Daerah Tempat Tinggal | Air Kemasan bermerek/Air Isi Ulang | Ledeng/ meteran/ Eceran | Sumur Bor/Pompa | Sumur Terlindungi | Sumur Tak Terlindungi | Mata Air Terlindungi/ Tak Terlindungi | Air Permukaan | Air Hujan | Lainnya |
Perkotaan | 32,98 | 37,88 | 4,85 | 19,42 | 3,32 | 0,32 | 0,76 | 0,47 | 0,00 |
Perdesaan | 11,43 | 6,45 | 10,40 | 39,75 | 13,95 | 5,04 | 4,00 | 8,91 | 0,06 |
Perkotaan + Perdesaaan | 19,15 | 17,71 | 8,41 | 32,47 | 10,14 | 3,35 | 2,84 | 5,89 | 0,04 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Sumber penerangan utama di Provinsi Sumatera Selatan adalah listrik PLN sebesar 95,1%. Sementara itu, terdapat 3,64 rumah yang menggunakan penerangan bersumber listrik non PLN untuk kawasan perkotaan dan perdesaan sebesar 3,64%. Sumber penerangan listrik non PLN ini dapat menggunakan sumber pembangkit listrik lain dari energy terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga biomassa yang terdapat di Ogan Ilir. Rumah tangga di Sumatera Selatan juga masih ada yang menggunakan petromak, pelita/sentir/obor sebagai sumber penerangan utama.
Tabel 12 Sumber Penerangan Utama
Daerah Tempat Tinggal | Listrik PLN | Listrik Non PLN | Bukan Listrik |
Perkotaan | 99,50 | 0,45 | 0,05 |
Perdesaan | 92,65 | 5,41 | 1,93 |
Perkotaan + Perdesaan | 95,10 | 3,64 | 1,26 |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Sumatera Selatan, 2018
Rumah Tidak Layak Huni
Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki jumlah rumah tidak layak huni yang perlu diperbaiki. Menurut informasi dari indonesiainside.id edisi 10 Juni 2019, disebutkan bahwa penanganan RTLH wilayah ini baru mencapai 15%. Untuk segera menuntaskan permasalahan RTLH, pemerintah menerapkan berbagai skema penanganan seperti bantuan dari pemerintah pusat, maupun bantuan stimulant perumahan swadaya. Berikut adalah data jumlah rumah tidak layak huni di Sumatera Selatan.
Tabel 13 Rumah Tidak Layak Huni di Sumatera Selatan*
Kabupaten/Kota | Jumlah Rumah Tangga |
Kabupaten Ogan Komering Ulu | 7 |
Kabupaten Muaraenim | 1800 |
Kabupaten Lahat | 335 |
Kabupaten Musirawas | 1924 |
Kabupaten Musi Banyuasin | 985 |
Kabupaten Banyuasin | 120 |
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur | 344 |
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan | 4071 |
Kabupaten Ogan Ilir | 100 |
Kabupaten Empat Lawang | 790 |
Kota Palembang | 886 |
Kota Pagar Alam | 2049 |
Kota Lubuk Linggau | 1192 |
Kota Prabumulih | 84 |
Provinsi Sumatera Selatan* | 14687 |
*data sementara
Sumber : http://datartlh.perumahan.pu.go.id, diakses tanggal 8 Juli 2019
Backlog Perumahan
Data sementara backlog Provinsi Sumatera Selatan adalah sejumlah 9987 dengan total jumlah penghuni 63845 jiwa. Angka backlog yang masih tinggi ini menjadi tantangan yang harus diselesaikan dalam penyediaan rumah di Sumatera Selatan.
Tabel14 Jumlah Backlog di Sumatera Selatan*
Provinsi | Rumah Tangga | Kepala Keluarga | Penghuni (Jiwa) | Backlog (KK) |
Sumatera Selatan | 9263 | 26248 | 63845 | 9987 |
*data sementara
Sumber : http://datartlh.perumahan.pu.go.id, diakses tanggal 8 Juli 2019
Sumber :
Heldayani, Eni dkk. 2015. Proses Terbentuknya Permukiman Etnis di Palembang. Diakses dari https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/jpg/article/download/4713/4110