Secara geografis, Kota Mataram terletak di ujung sebelah barat Pulau Lombok dan secara astronomis terletak pada posisi antara 08°33’ dan 08°38’ Lintang Selatan dan antara 116°04’ dan 116°10’ Bujur Timur, dengan panjang garis pantai 9 km. Untuk batas administratif adalah :

  • Sebelah timur : Kecamatan Narmada dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat
  • Sebelah barat : Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Batulayar dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat
  • Sebelah utara : Kabupaten Lombok Barat
  • Sebelah selatan : Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat

 

 

Secara administrasi, Kota Mataram terdiri dari 6 (enam) kecamatan, yakni Kecamatan Ampenan, Sekarbela, Mataram, Selaparang, Cakranegara, dan Sandubaya. Adapun luas serta jumlah desa dan kelurahan tiap kecamatan tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 1.

Luas Total Area, Persentase Luas Terhadap Kota dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kota Mataram

    Kecamatan LuasTotal Area (km2/sq.km) Persentase Luas Terhadap Kota Jumlah Desa/Jumlah Kelurahan
Ampenan 9,46 15,43 10
Sekarbela 10,32 16,84 5
Mataram 10,76 17,56 5
Selaparang 10,77 17,56 9
Cakranegara 9,67 15,77 10
Sandubaya 10,32 16,84 7
Total 61,30 100,00 46

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Mataram,2020

 

 

Kondisi Fisik

  • Topografi

Bentuk topografi wilayah Kota Mataram bervariasi dari datar sampai cenderung curam dengan klasifikasi sebagai berikut:

  • Lereng 0–2%, bentuk wilayah datar, seluas 4.652,057 Ha (75,9 %)
  • Lereng 2–8%, bentuk wilayah agak landai, seluas 1.299,147 Ha (21,20%)
  • Lereng 8-15%,bentuk wilayah bergelombang, seluas 174,283 Ha (2,84 %)
  • Lereng 15-25%, bentuk wilayah curam, seluas 4,568 Ha (0,07%)

Kondisi diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Mataram merupakan hamparan datar. Sementara ketinggian tanah bervariasi yaitu Kecamatan Cakranegara mencapai ± 25 meter diatas permukaan laut (dpl), Kecamatan Mataram ± 15 meter dpl dan Kecamatan Ampenan ± 5 meter dpl termasuk daerah pantai.

 

  • Geologi dan Jenis Tanah

Satuan batuan yang ada di Kota Mataram terdiri dari batuan gunung api, batuan sedimen, serta batuan terobosan yang umurnya berkisar dari jaman tersier sampai kuarter. Formasi batuan yang terbentuk adalah Formasi Kalipalung (TQp) yaitu anggota Selayar (TQs), Formasi Kalibalak (TQb), dan Formasi Lekopiko (Qvl) dengan jenis batuan sebagai berikut:

  • Formasi Kalipalung : Breksi gampingan dan lava.
  • Anggota Selayar : Batu pasir tuffan dan batu lempung tuffan dengan sisipan tipis karbon.
  • Formasi Kalibabak : Breksi dan lava.
  • Formasi Lekopiko : Tuff berbatu apung, breksi lahar, dan lava.

Qa Alluvium yang terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, gambut, dan pecahan koral tersebar hampir di seluruh Kota Mataram, khususnya di daerah muara sungai. Kota Mataram termasuk dalam Busur Bergunung Api Nusa Tenggara Barat, yang merupakan bagian dari Busur Sunda sebelah timur dan Busur Banda sebelah barat. Busur tersebut terbentang dari Pulau Jawa ke Nusa Tenggara dan melengkung mengitari Laut Banda.

 

  • Hidrologi

Kota Mataram memiliki potensi air tanah (aquifer) yang cukup besar, tersebar di beberapa bagian wilayah Kota Mataram, seperti Kelurahan Rembiga, Kelurahan Sayang-sayang dan Kecamatan Mataram dengan kedalaman air tanah 5-7 meter. Sedangkan Kelurahan Monjok dan Kelurahan Dasan Agung bagian Utara memiliki kedalaman air tanah hingga 15 meter. Titik-titik mata air tersebar di Kelurahan Pejeruk, Karang Baru, Sayang-sayang, Cakranegara Utara, Dasan Cermen, Babakan, Mandalika, dan Pagesangan Tengah.

Kota Mataram dialiri empat sungai besar yang berfungsi sebagai drainase alam, yaitu Sungai Jangkok (86 km dengan luas 1.712,12 Ha), Sungai Ancar (21 km dengan luas 858,47 Ha), Sungai Brenyok (42 km dengan luas 2.277,55 Ha), dan Sungai Midang (26 km dengan luas 562,47 Ha). Hulu sungai-sungai tersebut berada di sekitar lereng Gunung Rinjani dan bermuara di Selat Lombok.

 

  • Klimatologi

Secara umum, Kota Mataram beriklim tropis, dengan suhu udara rata-rata tahun 2019 berkisar  26,32⁰C – 32,48⁰C  Kelembaban udara rata-rata di Kota Mataram cukup bervariasi mulai dari 81,00 – 90,40%. Curah hujan tertinggi tercatat terjadi pada Bulan Maret yakni sebesar 314 mm dan hari hujan terbanyak terjadi pada Bulan Desember  yakni sebanyak 20 hari.

 

Gambaran Demografi

Jumlah penduduk di Kota Mataram pada tahun 2019 tercatat sebanyak 486.715 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 240.789 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 245.926 jiwa. Rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) di Kota Mataram adalah sebesar 97,91. Dilihat dari persebaran penduduk, penduduk Kota Mataram banyak terkonsentrasi di Kecamatan Ampenan.

 

Gambar 1.

Diagram Perbandingan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berdasarkan Usia Produktif

Tabel 2.
Jumlah Penduduk,
Kepadatan Penduduk, Rasio dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Mataram

Kecamatan Penduduk (ribu) Kepadatan penduduk per/km2 Rasio Laju Pertumbuhan Penduduk tahun 2018-2019
Ampenan 94.363 9.975 101 1,96
Sekarbela 75.254 7.292 97 3,83
Mataram 91.568 8.510 96 2,46
Selaparang 75.59 7.011 95 0,38
Cakranegara 68.455 7.079 97 0,69
Sandubaya 81.566 7.904 95 3,17
Total 486.715 7.940 98 2,06

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Mataram,2020

 

Ekonomi

Pembentuk produk domestik regional bruto di Kota Mataram ada lima lapangan usaha yang paling berpengaruh. Perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor menempati urutan pertama dengan andil sebesar 21,18 persen, disusul urutan kedua konstruksi dengan andil sebesar 10,77 persen. Urutan ke lima adalah jasa pendidikan sebesar 8,52 persen, sedangkan urutan ke tiga dan ke empat adalah jasa keuangan dan asuransi sebesar 10,46 persen dan industri pengolahan sebesar 8,83 persen. Laju pertumbuhan cenderung stagnan pada tahun 2016 – 2017 yaitu 8,01 persen meningkat menjadi 8,07 persen kemudian menurun pada tahun 2018 menjadi 4,98 persen kemudian sedikit naik pada tahun 2019 menjadi 5,58 persen.

Tabel 3.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kota Mataram (miliar rupiah), 2015–2019

No Lapangan Industri Nilai (Miliyar Rupiah) Persentase Laju Pertumbuhan
1 Pertanian,Kehutanan dan Perikanan 712,57 3,66 2,24
2 Pertambangan dan Penggalian 1,09 0,01 0,12
3 Industri Pengolahan 1719,66 8,83 5,00
4 Pengadaan Listrik dan Gas 20,94 0,11 9,89
5 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 33,46 0,17 3,68
6 Konstruksi 2098,52 10,77 9,82
7 Perdagangan Besar dan Eceran,Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4127,57 21,18 6,54
8 Transportasi dan Pergudangan 1227,37 6,30 7,40
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 357,40 1,83 2,42
10 Informasi dan Komunikasi 1122,43 5,76 4,62
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 2037,25 10,46 1,21
12 Real Estate 1010,65 5,19 6,38
13 Jasa Perusahaan 89,52 0,46 6,34
14 Administrasi Pemerintahan,Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 1474,94 7,57 0,95
15 Jasa Pendidikan 1659,84 8,52 7,89
16 Jasa kesehatan dan Kegiatan Sosial 878,47 4,51 6,92
17 Jasa Lainnya 912,46 4,68 5,37
Produk Domestik Bruto 19484,14 100,00 5,58

Sumber: BPS, berbagai sensus, survei dan sumber lain

 

 

Perumahan

Tipologi perumahan

Beberapa tipologi perumahan berdasarkan tipe bangunan di Kota Mataram yaitu rumah vertikal dalam bentuk rumah susun sederhana seperti contoh pada gambar 4. Selain itu landed house berupa rumah deret yang terdapat di dalam kawasan komplek perumahan seperti contoh pada gambar 1. Contoh gambar 2 dan 3 iyalah , perumahan sub-urban berbentuk single landed house dengan ruang persil yang jelas, biasanya ditandai dengan pagar atau tanaman, perumahan ini dapat ditemukan di sebagian pinggir jalan.

Berdasarkan Susenas Maret 2019, diperoleh informasi bahwa sebanyak 65,70 persen rumah tangga di Kota Mataram bertempat tinggal di bangunan milik sendiri. Persentase ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018, yang sebesar 60,55 persen. Adapun rumah tangga yang bertempat tinggal dengan status kontrak/sewa sebesar 14,26 persen dan dengan status bebas sewa sebesar 18,75 persen.

  

Gambar 2.
Persentase rumah tangga menurut status kepemilikan bangunan tempat tinggal di
Kota Mataram Tahun 2019

Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

 

Memiliki tempat tinggal yang tetap tentu saja merupakan tujuan dari setiap orang. Tidak sampai disitu saja, setelah mendapatkan tempat tinggal yang tetap tentu saja menginginkan tempat tinggal yang layak huni. Suatu tempat tinggal dikatakan layak huni apabila memenuhi beberapa kriteria. Kriteria ini ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah jenis atap, jenis dinding, jenis lantai, luas hunian per anggota rumah tangga, akses terhadap sanitasi layak, akses terhadap air minum layak dan sumber penerangan.

Gambar 3.
Persentase rumah tangga menurut luas lantai bangunan tempat tinggal perkapita di Kota Mataram Tahun 2019

   Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

Menurut BPS, Susenas 2019 sebagian besar bangunan rumah-rumah di Kota Mataram menggunakan dinding tembok sebesar yaitu 97,44 %. Persentase ini terbanyak dibandingkan dengan penggunaan jenis dinding lainnya. Bisa disimpulkan bahwa perumahan-perumahan di Kota Mataram tergolong sudah modern.

Gambar 4.
Persentase rumah tangga menurut jenis dinding terluas di Kota Mataram Tahun 2019

Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

Keterangan: *Jenis dinding lainnya seperti batang kayu, bamboo, seng, kardus, dan yang

tidak tergolong ke dalam jenis yang ada.

 

 

     Gambar 5.

Persentase rumah tangga menurut jenis lantai terluas di  Kota Mataram Tahun 2019

Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

Keterangan: * Jenis lantai lainnya seperti parket/vinil/karpet, bambu, tanah dan yang tidak
tergolong ke dalam jenis yang ada.

Air minum yang berkualitas (layak) merupakan air minum yang jernih, tidak berbau, terlindung dari mikroorganisme, dan zat berbahaya. Termasuk dalam air minum berkualitas (layak) adalah air kemasan bermerk, air isi ulang, leding, sumur bor/pompa, mata air dan sumur terlindung, dan air hujan. Yang mana, untuk rumah tangga dengan air minum dari air kemasan bermerk dan air isi ulang, terdapat syarat/kondisi tambahan. Hanya rumah tangga yang air mandi, cuci, dan lain-lainnya menggunakan leding, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, atau air hujan yang dikatakan memiliki akses terhadap air minum layak. Perhitungan akses air minum layak pada tahun 2019 berbeda dengan tahun sebelumnya. Di tahun 2019, sebesar 99,68 persen rumah tangga di Kota Mataram telah memiliki akses terhadap air minum layak. Hanya sebagian kecil (0,32 persen) rumah tangga yang belum memiliki akses terhadap layanan air minum layak di Kota Mataram. Fasilitas sanitasi yang layak adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan, antara lain menggunakan leher angsa atau plengsengan dengan tutup, tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tanki septik atau IPAL, dan fasilitas sanitasi tersebut digunakan oleh rumah tangga sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain tertentu. Sanitasi yang layak penting bagi penduduk atau rumah tangga karena menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat dari aspek kesehatan. Di Kota Mataram, sebagian besar rumah tangga telah memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak. Di tahun 2019, persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak di Kota Mataram adalah 89,60 persen.

Gambar 6
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak di Kota Mataram Tahun 2019

    Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

 

Selain sumber air minum, sumber penerangan juga memiliki peranan yang besar dalam keberlangsungan kegiatan rumah tangga. Di Kota Mataram ada seluruh rumah tangga menggunakan listrik PLN dengan meteran dan sisanya (9,23 persen) menggunakan listrik PLN tanpa meteran.

Gambar 7
Persentase rumah tangga menurut sumber penerangan di Kota Mataram
tahun 2019

Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

 

Sebagian rumah tangga di Kota Mataram kondisinya sudah bisa terbilang baik hal ini diketahui dari sumber data yang BPS Susenas 2019 yaitu persentase rumah tangga tidak kumuh di Kota Mataram tahun 2019 sebesar 93,92 dengan  sisa persentase 6,08 rumah kumuh. Artinya dari 100% rumah tidak kumuh hanya 6% rumah yang tergolong kumuh.

Gambar 8.
Persentase rumah tangga kumuh di Kota Mataram Tahun 2019

   Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

 

Rumah layak huni merupakan rumah yang memiliki syarat untuk hidup sehat, kriterianya adalah atap rumah bukan dari ijuk/rumbia, dinding terluas bukan dari bambu, lantai terluas bukan lantai tanah, memiliki akses terhadap air dan sanitasi yang layak, luas lantai perkapita lebih dari 7,2 meter persegi, dan menggunakan sumber penerangan listrik PLN. Pada tahun 2019, sebagian besar rumah tangga di Kota Mataram atau sebesar 67,33 persen telah menempati rumah layak huni. Adapun sisanya, yaitu sebesar 32,67 persen belum memiliki akses terhadap hunian yang layak.

Gambar 9.
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau di Kota Mataram
tahun 2019

Sumber: BPS, Susenas Maret 2019

Rumah tangga yang tidak menempati bangunan tempat tinggal milik sendiri merupakan indikator backlog perumahan. Backlog lebih tepatnya didefinisikan sebagai persentase rumah tangga yang menempati bangunan tempat tinggal bukan milik sendiri dan tidak memiliki rumah di tempat lain. Pada tahun 2019, persentase backlog perumahan di Kota Mataram adalah sebesar 26,14 persen. Persentase ini lebih rendah dibandingkan tahun 2018, dimana persentase backlog perumahan di Kota Mataram sebesar 34,35 persen.

Gambar 10.
Persentase backlog rumah tangga dengan kepemilikan bangunan tempat tinggal bukan milik sendiri dan tidak memiliki rumah lain ditempat lain di Kota Mataram Tahun 2019

Sumber: BPS, Susenas Maret 2019