Sebanyak 68,58% tenaga kerja di Indonesia pada Februari 2010 bekerja di sektor informal, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini menunjukkan dominasi sektor informal dalam penyerapan tenaga kerja dibandingkan sektor formal. Namun, meskipun menjadi penyelamat di tengah krisis lapangan kerja, sektor ini masih sering dipandang sebelah mata oleh pemerintah dan masyarakat.

 

Sektor informal adalah unit usaha kecil yang tidak terorganisir secara formal, seperti pedagang kaki lima atau pengusaha mikro. Unit-unit ini sering kali tidak memanfaatkan fasilitas pemerintah, menggunakan teknologi sederhana, dan beroperasi dengan modal minim. Sebagai contoh, di kawasan Pasar Kembang Yogyakarta, pekerja di sektor informal memiliki pendapatan yang beragam, mulai dari Rp200.000 untuk usaha parkir hingga Rp3.875.000 untuk usaha rental. Sayangnya, mereka juga rentan terhadap diskriminasi karena kurangnya perlindungan hukum dan dukungan pemerintah.

 

Urbanisasi besar-besaran dan meningkatnya pengangguran adalah dua faktor utama yang memicu pertumbuhan sektor informal. Penduduk desa yang pindah ke kota sering kali kesulitan mendapatkan pekerjaan di sektor formal karena kurangnya keterampilan dan pendidikan. Hal ini mendorong mereka untuk mencari peluang di sektor informal yang lebih fleksibel dan tidak memerlukan persyaratan ketat. Di sisi lain, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan pelaku usaha sektor informal menjadi penghambat utama dalam pengembangan usaha mereka.

 

Meskipun penuh tantangan, sektor informal memiliki peran vital dalam perekonomian. Selain menyerap kelebihan tenaga kerja, sektor ini juga menjadi penopang ekonomi saat krisis. Namun, sektor informal juga menghadapi berbagai dilema, seperti minimnya akses modal, rendahnya produktivitas, dan kurangnya kebijakan yang mendukung keberlanjutan mereka. Pemerintah lebih sering memprioritaskan sektor formal karena kontribusi pajaknya yang besar, sementara sektor informal sering kali diabaikan.

 

Sektor informal tidak hanya menyerap tenaga kerja tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Misalnya, dengan dukungan pelatihan keterampilan dan akses modal, pelaku usaha sektor informal dapat meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka. Selain itu, relokasi usaha ke lokasi yang lebih strategis dapat membantu mengurangi gangguan pada keindahan dan ketertiban kota.

 

Melihat pentingnya sektor informal dalam mendukung perekonomian, langkah konkret diperlukan untuk memberdayakan pelakunya. Pemerintah perlu memberikan pelatihan teknis, mempermudah akses modal, dan menciptakan regulasi yang melindungi usaha kecil. Masyarakat juga dapat berperan dengan mendukung produk lokal dari sektor informal, sehingga menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih inklusif.

 

Mari beri ruang lebih untuk sektor informal berkembang! Jangan biarkan mereka hanya menjadi penopang sementara saat krisis, tetapi jadikan sektor ini sebagai bagian integral dari perekonomian Indonesia yang berkelanjutan. Dukungan kita dapat membantu mereka bertumbuh dan memberikan kontribusi lebih besar bagi bangsa. (HPS)

 

Sumber:

Hartati Sulistyo Rini. Dilema Keberadaan Sektor Informal. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2012.

Karakteristik Sektor Informal pada Kereta Rel Listrik (KRL) Ekonomi (Rute: Jakarta – Bogor).

R.R Wiwik Puji Mulyani. Karakteristik dan Analisis Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Sekitar Pasar Kembang, Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta.

Hidayat. Peranan Sektor Informal dalam Perekonomian Indonesia.