Indonesia tengah bersiap untuk mencatat sejarah baru dengan pembangunan tol bawah laut pertama di tanah air, sebuah proyek ambisius di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang diproyeksikan menelan biaya sebesar Rp11,04 triliun atau setara dengan US$ 682 juta. Tol ini dirancang untuk menghubungkan Kota Balikpapan dengan pusat IKN Nusantara di Provinsi Kalimantan Timur, bagian dari rencana besar untuk menjadikan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi baru Indonesia sehingga tol bawah laut diharapkan dapat meningkatkan konektivitas dan mempercepat pembangunan IKN. Namun, dengan biaya yang sangat besar dan tantangan teknis yang kompleks, apakah proyek ini benar-benar menjadi langkah maju menuju kemajuan atau justru menambah beban lingkungan dan ekosistem? Pembangunan tol sepanjang 1,5 kilometer dengan kedalaman 40 meter di bawah laut yang masih dalam tahap studi kelayakan ini, meninggalkan banyak pertanyaan mengenai keberlanjutan dan manfaat nyata dari proyek tersebut.
Kunci Pengembangan IKN vs Beban bagi Lingkungan
Tol bawah laut atau dikenal dengan immersed tunnel adalah bagian dari megaproyek IKN Nusantara yang mencakup pembangunan infrastruktur skala besar, termasuk jalan tol sepanjang 47 kilometer. Tol ini akan melewati Jembatan Pulau Balang hingga Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN dengan lebar jalan 22 meter dan enam lajur. Untuk memperkuat kelancaran pembangunan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang bertanggung jawab atas proyek ini, telah menggandeng perusahaan konstruksi ternama asal Korea Selatan, Daewoo Engineering & Construction, melalui PT Hutama Karya (Persero). Namun, seiring dengan ambisi besar untuk menciptakan infrastruktur modern yang menghubungkan berbagai titik strategis di IKN Nusantara, muncul pula pertanyaan mengenai konsekuensi jangka panjang yang mungkin timbul. Pembangunan tol bawah laut ini tidak hanya melibatkan teknologi canggih dan biaya besar, tetapi juga membawa potensi dampak serius terhadap lingkungan yang perlu dipertimbangkan dengan seksama. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai dampak-dampak tersebut dan apa artinya bagi masa depan kawasan ini.
- Kerusakan Terumbu Karang Selama Proses Pengerukan
Pengerukan sebagai proses pembangunan tol bawah laut dapat menyebarkan sedimen beracun yang membahayakan kehidupan laut dan merusak terumbu karang. Selain itu, kerusakan terumbu karang menyebabkan hilangnya perlindungan alami terhadap erosi pantai dan mengancam ekosistem yang bergantung pada terumbu karang, termasuk spesies seperti ikan, lobster, dan penyu. Kehancuran terumbu karang juga berdampak pada padang lamun dan hutan bakau yang berperan sebagai penyerap CO2. Kerusakan ini dapat memicu pelepasan CO2, mempercepat pengasaman laut, dan memperparah siklus kehancuran ekosistem laut.
- Terganggunya Biota Laut Akibat Polusi Suara
Aktivitas konstruksi terowongan bawah laut yang menggunakan mesin-mesin berat, menghasilkan suara yang dapat menyebar jauh di bawah air. Suara-suara ini dapat merusak organ pendengaran hewan laut, mengganggu kemampuan mereka untuk mencari makanan, menghindari predator, dan berkomunikasi. Polusi suara juga dapat menyebabkan stres psikologis yang mengubah perilaku hewan laut dan menurunkan keberhasilan reproduksi. Gangguan ini bisa memaksa hewan laut bermigrasi dari area tersebut, yang dapat melemahkan ekosistem lokal dan berdampak negatif pada komunitas perikanan di sekitarnya.
- Penurunan Muka Air Tanah
Perubahan hidrolik yang terjadi akibat penggalian terowongan memungkinkan air masuk ke lapisan tanah yang mengandung anhidrit. Ketika air mengalir ke dalam lapisan tersebut, mineral anhidrit berubah menjadi gipsum, menyebabkan tanah mengembang. Proses ini dapat mempengaruhi aliran air tanah dan menyebabkan penurunan muka air tanah di sekitar area terowongan. Faktor-faktor seperti kondisi topografi, zona kerusakan akibat penggalian, serta konfigurasi geologi turut berperan dalam penurunan muka air tanah ini.
Proyek tol bawah laut IKN Nusantara dijadwalkan untuk dimulai pada tahun 2025, setelah menyelesaikan studi kelayakan. Dengan segala persiapan yang sedang dilakukan, tol bawah laut IKN diharapkan dapat menjadi motor penggerak utama dalam konektivitas wilayah dan pengembangan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur, serta memperkuat posisi IKN Nusantara sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi baru Indonesia. Akan tetapi, pembangunan yang kompleks dan kontroversial ini masih memerlukan perencanaan matang serta diskusi publik yang melibatkan berbagai pihak, termasuk para ahli, masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lainnya. Diperlukan juga kajian komprehensif terhadap alternatif yang lebih berkelanjutan untuk memastikan manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan dengan transparansi dan akuntabilitas sebagai prinsip utama pembangunan wilayah. (KQZ)
Daftar Pustaka
Blankenship, S. (2023). Investigating the Environmental Impacts of Underwater Tunneling.
Butscher, C., dkk. (2011). Effects of Tunneling on Groundwater Flow and Swelling of Clay-Sulfate Rocks. Water Resources Research, 47(11), 1-30. Doi:10.1029/2011WR011023
CNN. (2024). Pertama di RI, IKN Bakal Punya Tol Bawah Laut Senilai Rp11 T. Diakses melalui cnnindonesia.com
Miyanti. (2024). Tol Bawah Laut IKN, Alasan Pembangunan, Kelebihan & Kekurangannya. Diakses melalui rumah123.com