Apa sistem resapan air alami yang cocok untuk kawasan pesisir? Apa tanaman/vegetasi yang bagus untuk meningkatkan fungsi tanah untuk resapan air?
Pada dasarnya, tanaman itu sebenarnya tidak mempengaruhi sistem infiltrasi tanah. Tanaman itu hanya penting untuk biodiversity (keanekaragaman hayati) saja atau bahkan sebenarnya sifatnya hanya untuk menahan (seperti tanaman bakau di pesisir fungsinya adalah untuk menahan gelombang air laut). Fungsi infiltrasi sebenarnya dilakukan atau dikontrol oleh tanah sehingga kemampuan untuk melakukan infiltrasi juga tergantung dari sifat tanahnya. Contoh lain, seperti di kawasan bantaran sungai, akan baik apabila air yang semula masuk ke sungai kemudian dapat ditahan oleh tanaman – tanaman di sekitar sungai yang memiliki akar – akar bagus sehingga dapat air yang ada dapat diserap masuk ke tanah. Selain itu, di daerah – daerah lereng sebenarnya juga sangat bagus apabila masih bisa difungsikan untuk menahan run off air dari atas gunung / perbukitan dengan tanaman – tanaman yang karakteristiknya dapat menahan limpasan air sehingga dapat diserap oleh tanah. Akan tetapi jangan lupa tidak semua daerah memiliki karakteristik tanah yang sama sehingga tidak semua daerah cocok untuk menanam tanaman yang sama. Saya beri contoh kasus di Kulon Progo sampai Purworejo, di sana karakteristik lahannya beda dengan daerah pegunungan yang lainnya. Di sana, daerahnya rawan terhadap longsor padahal sudah diberi tanaman yang lebat dan besar. Ternyata selain jenis lapisan tanah dan jenis tanaman, ada hal lain yang mempengaruhi yaitu jenis batuan induk di bawah lapisan tanahnya. Kasus di sana pada saat terjadi hujan, proses infiltrasi air ke dalam tanahnya berlebihan karena juga dibantu oleh tanaman – tanaman besar yang ada di atasnya. Padahal, batuan induk di bawahnya tidak memiliki karakteristik yang baik untuk menyimpan air tanah. Akibatnya air yang diinfiltrasi tidak dapat disimpan tetapi justru tetap mengalir ke daerah bawahnya bersama dengan tanah di atasnya. Hal ini yang pada akhirnya menyebabkan bencana tanah longsor. (Dr. Mohammad Pramono Hadi, M.Sc (Dosen Fakultas Geografi UGM, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup))
Di kawasan pantura seperti Semarang dan Demak, bencana banjir yang terjadi tidak hanya akibat dari hujan tetapi juga dari air pasang (rob), apakah ada solusi untuk kondisi ini?
Air pasang (rob) adalah banjir yang berasal dari akibat peningkatan muka air laut. Air laut yang naik akan masuk ke wilayah daratan sehingga dapat menggenangi wilayah di sekitarnya. Di pesisir Jawa bagian utara (Semarang dan Demak) kondisi ini sering terjadi karena adanya penurunan muka tanah daratan sehingga jika air pasang akan mudah masuk ke wilayah pesisir.
Jika kasusnya sudah terjadi air pasang atau rob, satu – satunya cara yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat polder (sistem yang digunakan untuk penanganan banjir rob dengan kelengkapan sarana pengelolaan tata air). Seperti halnya yang dilakukan oleh Negara Belanda, yang 2/3 kawasannya merupakan daerah pasang surut, sejak zaman VOC dulu mereka sudah membuat bendungan untuk penanganan pasang surut air ini. Pada Tahun 1300-an, Belanda sudah mendesain kota – kotanya (seperti di Amsterdam, Rotterdam, Volendam) dengan konsep sistem polder. Sistem polder ini menggunakan kincir angin untuk mengeringkan air yang ditampungnya sehingga tidak meluap keluar. Sistem semacam ini bisa diberlakukan pada daerah – daerah di Indonesia yang juga mengalami kasus banjir rob, seperti di Jakarta, Semarang, dan sekitarnya. Penerapan sistem polder di Indonesia dapat berbeda karena bisa disesuaikan dengan lingkungan daerah tropis. Seperti di Jakarta yang tanggulnya menggunakan konsep city grid(city walk), mereka tidak menggunakan kincir angin untuk mengeringkan polder namun menggunakan sistem energi matahari. Ketika banjir, air yang menggenang bisa langsung masuk ke dalam tampungan kemudian dengan menggunakan energi matahari tersebut dapat mengeluarkan air yang berada di dalam polder.