Smart Growth

Smart growth atau pertumbuhan cerdas adalah teori perencanaan perkotaan yang menanamkan pertumbuhan di pusat kota untuk mengurangi perluasan kota, dan menciptakan penggunaan lahan yang baik, berorientasi untuk transit, mudah dilalui pejalan kaki dan pengguna sepeda, akses sarana pendidikan yang mudah, mudahnya akses jalur jalanan perkotaan, dan pengembangan serba guna dengan berbagai pilihan perumahan. Pendekatan smart growth mengenali hubungan antara perkembangan dan kualitas hidup yang memanfaatkan pertumbuhan baru untuk meningkatkan komunitas. Dalam skenario umum, pertumbuhan cerdas menginvestasikan waktu, perhatian, dan sumber daya dalam komunitas dan memberikan kehidupan baru ke kota-kota pusat dan daerah-daerah tua yang rusak. Smarth growth lebih dipengaruhi oleh kebijakan pusat kota, berorientasi untuk transit, mudah dilalui untuk pejalan kaki dan memiliki perpaduan yang lebih besar antara penggunaan perumahan, komersial dan ritel. Ini juga melestarikan ruang terbuka dan banyak fasilitas lingkungan lainnya.

Berhasilnya penerapan smart growth dapat dilihat dari tercapainya tujuan utama dari konsep smart growth. Memiliki lingkungan hidup yang layak, penerapan ini membuktikan bahwa sebuah kawasan perkotaan menjadi layak huni untuk masyarakat. Memiliki lingkungan hidup yang layak ini dimaksud dengan memiliki kualitas lingkungan seperti taman kota dan tanaman perkotaan yang bisa menjadi jantung kota guna menjaga kualitas udara yang baik. Sebuah kota dengan penerapan smart growth yang berhasil akan memberikan kemudahan bagi semua lapisan masyarakat, mulai dari aksesibiltas yang mudah dan manfaat untuk bersama. Dari aksesibilitas yang mudah dan manfaat untuk bersama, maka akan membuat biaya yang dikeluarkan masyarakat akan lebih murah dan akan menghemat energi yang diperlukan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan akses dari semua fasilitas kota yang dekat, seperti pusat pendidikan, transit kendaraan seperti halte dan jalur pejalan kaki dan pengguna sepeda yang mudah. Dengan adanya akses yang mudah dan dekat, dapat membuat sebuah kota memiliki kesiapan untuk menghadapi bencana seperti pandemi covid-19 saat ini. Jika terjadi pandemi dan sebuah kota memiliki akses yang dekat dan mudah untuk menjangkau semua pusat sarana kebutuhan masyarakat, maka akan memudahkan pemerintah untuk mengendalikan masyarakat dan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tidak harus berpergian jauh untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sembako dan lain-lain. (Shrivastava, Ritu, dan Anupama Sharma. 2011. Smarth Growth: A Modern Urban Principle. Architecture Research. 1(1): 8-11.)

 

The Wasatch Front of Utah : Infrastructure Evolution

Dengan peningkatan populasi dan pembangunan ekonomi dengan tahun 1920 dan awal 1930, air dan energi infrastruktur yang menjadi kendala membatasi urbanisasi dan pertumbuhan di Negara-Negara Barat. Pada tahun 1960 dan 1970an, gelombang pertumbuhan perkotaan di Salt Lake mulai melampaui kapasitas infrastruktur, dan pada kekhawatiran waktu yang sama untuk kesehatan lingkungan dan daya dukung sumber daya yang akan kritis untuk ke kedepannya. Dengan ekonomi yang kuat melalui akhir 80 dan awal 90, Utah telah dikenal sebagai lembah software karena sejumlah besar komputer dan perangkat lunak perusahaan. Wilayah ini telah menarik perusahaan baru dan migrasi yang timbul telah mengakibatkan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Keadaan untuk Salt Lake Valley hanyalah sebuah ilustrasi dari fakta bahwa sebagian besar wilayah perkotaan menghadapi tantangan infrastruktur yang sama. Pembangunan dan pengoperasian infrastruktur membutuhkan organisasi yang bertanggung jawab (badan publik atau perusahaan swasta), personel berpengalaman, peralatan, dan modal investasi serta dana operasi dan pemeliharaan. Biasanya organisasi-organisasi ini telah berkembang dengan infrastruktur yang sesuai dengan budaya, subdivisi politik, struktur dan praktik ekonomi di berbagai negara.

Mengingat kompleksitas dan kebutuhan keragaman infrastruktur di semua tingkatan, tidak mengherankan jika puluhan organisasi publik dan swasta terlibat sebagai penyedia infrastruktur. Sebagian besar organisasi memiliki tanggung jawab yang sama, misalnya dalam pembangunan jalan, jalan raya atau jalan-jalan yang lain dan sistem pasokan air. Terlepas dari ukuran dan ruang lingkup sebuah responsibilitas infrastruktur lembaga, semuanya harus terlibat dalam kegiatan fungsional agar berhasil memenuhi kewajiban mereka untuk memberikan layanan berkualitas kepada pengguna atau pelanggan.  (Bishop A. Urban Infrastructure : Transportation, Public Utilities, Waste Management and Pollution Control Infrastructure -A Perspective. https://digitalcommons.usu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2158&context=cee_facpub)

 

 

Sumber: