Dalam persaingan global yang semakin ketat, setiap kota berlomba-lomba untuk menonjolkan identitas uniknya. Jember Fashion Carnaval (JFC) muncul sebagai jawaban atas tantangan tersebut. Lebih dari sekadar peragaan busana, JFC telah menjelma menjadi ikon kota yang mampu menarik perhatian dunia, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi kreatif di Indonesia. Bahkan, Supriadi dan Agmasari (2024) menyebutkan bahwa JFC terpilih sebagai salah satu Top 10 Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang bisa meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, serta menggerakkan wisatawan nusantara agar berwisata di Indonesia.
Menurut Denissa (2017), JFC telah menjadi salah satu acara fashion street carnival paling bergengsi dan ditunggu di Indonesia. Sebagai salah satu festival mode terbesar di Indonesia, JFC menarik ribuan pengunjung dari berbagai daerah dan negara. Dengan desain kostum yang mencolok dan pertunjukan yang memukau, JFC tidak hanya merayakan kreativitas dan keragaman budaya, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas dan branding Kabupaten Jember di tingkat nasional dan internasional, terutama dalam hal potensi wisata dan investasi. JFC berperan penting dalam membentuk identitas Kabupaten Jember sebagai kota yang berbudaya dan inovatif dengan menonjolkan kekayaan budaya dan kreativitas lokal melalui desain kostum dan berbagai pertunjukan (Siregar, 2022).
JFC pertama kali digelar pada tahun 2002 dengan konsep yang sederhana (Proborini, 2017a). Namun, seiring berjalannya waktu, JFC terus berkembang dan mengalami transformasi yang signifikan. Dari awalnya hanya diikuti oleh beberapa kelompok masyarakat, kini JFC telah menjadi ajang bergengsi yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah bahkan mancanegara. Perkembangan pesat JFC tidak terlepas dari dukungan pemerintah daerah, masyarakat, dan para sponsor. Salah satu prestasi yang diperoleh JFC adalah meraih predikat karnaval terbaik Indonesia dan dapat menduduki peringkat keempat untuk karnaval terunik dan terheboh di dunia, setelah Mardi Grass di Amerika Serikat, Rio De Janeiro Brazil, dan The Fastnacht di Jerman (Proborini, 2017).
Prestasi JFC yang mempunyai popularitas mendunia, secara tidak langsung berdampak positif pada industri pariwisata Kabupaten Jember, sehingga dampak tersebut secara tidak langsung juga memajukan sektor perekonomian Kabupaten Jember. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Arif Tjahyono selaku Kepala Kantor Pariwisata dan Budaya Kabupaten Jember dalam majalah Halo Jember, bahwa saat ini Kabupaten Jember menduduki peringkat ketujuh se Jawa Timur sebagai tempat kunjungan wisatawan dengan jumlah terbanyak. Selain itu, bukti kemajuan perekonomian ditandai dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu dari sektor pariwisata di Kabupaten Jember dari Rp2,5 miliar pada tahun 2008 dan naik menjadi Rp8,5 miliar pada tahun 2013 (Azizah et al., 2020).
Meskipun manfaat JFC bagi branding kota sangat besar, ada tantangan yang harus diatasi dalam perencanaan dan pelaksanaan acara seperti kemacetan lalu lintas, kebersihan, dan pengelolaan limbah perlu ditangani dengan baik untuk memastikan keberhasilan acara dan dampak positif yang berkelanjutan. Menurut Supriadi dan Agmasari (2024) munculnya JFC juga mencerminkan sisi multikultural Kabupaten Jember. Kehadiran JFC dalam ranah sosial-kultural Jember dapat dimengerti karena sulitnya menemukan budaya asli Jember hingga saat ini. Sejarah pembentukan Kabupaten Jember menunjukkan bahwa komposisi masyarakatnya merupakan gabungan pendatang yang kemudian membentuk kultur “pendalungan” yang kemudian berproses bersatu dengan budaya multikultural, menjadikan JFC sebagai identitas Kabupaten Jember yang relatif modern dan baru.
JFC telah membuktikan bahwa acara budaya dan sektor kreatif dapat menjadi katalisator pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu daerah. Keberhasilan JFC mengindikasikan pentingnya perencanaan yang matang, kolaborasi lintas sektor, upaya menarik investor, dan kemampuan beradaptasi dengan dinamika zaman. Model JFC dapat dijadikan rujukan bagi kota-kota lain di Indonesia yang ingin mengembangkan potensi wisatanya melalui acara serupa. Dengan mengidentifikasi aset budaya lokal yang unik, merancang acara yang kreatif dan inovatif, serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat, kota-kota di Indonesia dapat menciptakan ikon kebudayaan yang tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga memperkuat identitas lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi. (FPU)
Sumber:
Azizah, M., Danial, N., Fahrizal, R., Putri, N. K., & Bani, N. (2020). Dinamika Budaya Tahunan Jember Fashion Carnaval (JFC). AESTHETICS : Jurnal Fakultas Sastra Universitas Gresik, 9(1), 1–10. https://journal.unigres.ac.id/index.php/AESTHETICS/article/view/938
Denissa, L. (2017). Jember Fashion Carnaval as a Reaction of Visual Culture to The Principle of Binary Opposition (A Case Study). International Journal of Creative and Arts Studies, 1(1), 31. https://doi.org/10.24821/ijcas.v1i1.1570
Paramita, M. (2023). Strategi Membangun Kota. Yogyakarta: Yayasan Caritra Indonesia.
Proborini, C. A. (2017). Jember Fashion Carnaval (JFC) dalam Industri Pariwisata di Kabupaten Jember. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 3 (Seni dan Budaya), 262–274.
Siregar, L. F. (2022). Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Pertunjukan JemberFashion Carnaval (JFC). Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4, 1349–1358.
Supriadi, B., & Agmasari, B. (2024). Jember Fashion Carnival 2024 Sukses Digelar, Dihadiri 1 Juta Orang. Travel Kompas. https://travel.kompas.com/read/2024/08/05/142500027/jember-fashion-carnival-2024-sukses-digelar-dihadiri-1-juta-orang
Widodo, W. S. (2024). Jember Fashion Carnaval 2024 Diakui Berkelas Dunia, Bule Sampai Ikutan. Detik Travel. https://travel.detik.com/travel-news/d-7474131/jember-fashion-carnaval-2024-diakui-berkelas-dunia-bule-sampai-ikutan