Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya merupakan masalah awal terhadap lingkungan, yang diawali dengan meningkatnya luas permukiman (Angrelia, dkk., 2020) Selain itu, adanya urbanisasi perkotaan telah merubah bentuk lahan perkotaan yang sebelumnya alami menjadi berbagai macam bangunan penunjang aktivitas manusia. Banyaknya pembangunan hotel dan gedung-gedung tinggi yang merambah pada kawasan sungai berdampak terhadap penyempitan ruang resapan air tanah. Berkurangnya ruang resapan air tanah tersebut mengakibatkan limpasan air hujan (run-off) semakin besar.

Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama periode 19-25 Februari 2024 telah terjadi 27 kejadian bencana alam di Indonesia. Dari seluruh kejadian, banjir terjadi sebanyak 16 kali, atau 59% dari total bencana pada periode tersebut.

Jumlah Bencana di Indonesia periode 19-25 Februari 2024. Sumber: BNPB, 2024 dalam Katadata, 2024

 

Salah satu teknologi sederhana yang dapat digunakan dalam upaya penanggulangan banjir di daerah yang resapan airnya mulai berkurang adalah pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB). Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan, LRB adalah lubang yang dibuat secara tegak lurus ke dalam tanah, memiliki diameter 10 – 25 cm, serta memiliki kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Teknik LRB ini sangat tepat untuk diterapkan di daerah perkotaan dengan kondisi kepadatan pemukiman dan penduduk yang tinggi. Tujuan dari teknik LRB ini adalah menangkap, mengumpulkan, dan mengalirkan air hujan ke dalam tanah. Selain dapat mencegah banjir, LRB juga dapat membantu dalam mengurangi kekeringan  serta mengurangi beban sampah sampah kota (Elsie, dkk., 2017).

 

Lubang Biopori. Sumber: Maladeni, dkk., 2023

 

Pembuatan biopori di perkotaan dapat dilakukan oleh berbagai pihak, seperti individu atau masyarakat umum, organisasi lingkungan, pemerintah, sekolah dan perguruan tinggi, perusahaan dan industri, serta komunitas mahasiswa. Hal tersebut karena pembuatan LRB ini cukup mudah dan sederhana.  Berikut merupakan langkah-langkah pembuatan LRB:

  1. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. Jarak antar lubang satu dengan lainnya sekitar 50 -100 cm.
  2. Pasang pipa paralon berdiameter 10 cm sepanjang 30-40 cm dari permukaan tanah. Tujuannya agar tanah diatas permukaan tidak longsor. Kemudian mulut lubang ditutup dengan tutup pipa.
  3. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau dedaunan. Sampah tersebut perlu ditambah jika sudah berkurang/menyusut.
  4. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.

Setiap dari kita dapat ikut berperan dalam mencegah terjadinya banjir, salah satunya dengan menerapkan Lubang Resapan Biopori (LRB). Semakin besar lubang resapan air yang dibuat, maka banjir akan mudah untuk dicegah. Selain itu, dengan membuat lubang biopori, setidaknya telah membuat ruang untuk membuang sampah organik yang ada di sekitar kita. Tidak heran jika teknik biopori ini menjadi salah satu teknik dalam menanggulangi banjir yang sangat sederhana, mudah, murah, dan tidak membutuhkan lahan yang luas dalam pembuatannya. (WMa)

 

Sumber Referensi:

Angrelia, C., Prihasta, R., Mubarok, A. C., & Utami, W. K. (2020). Peranan Pemerintah Kota Tangerang Dalam Penanggulangan Dan Pencegahan Banjir Tahun 2020. Jurnal Agregasi: Aksi Reformasi Government Dalam Demokrasi, 8(1).

Elsie, E., Harahap, I., Herlina, N., Badrun, Y., & Gesriantuti, N. (2017). Pembuatan Lubang Resapan Biopori Sebagai Alternatif Penanggulangan Banjir Di Kelurahan Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru. Jurnal Pengabdian UntukMu NegeRI, 1(2), 93-97.

Maladeni, Eva Safitri, Villa Evadelvia GS, Rudi Azis, Widi Ayudya, and Mildayani Mildayani. “Penerapan Teknologi Biopori Sebagai Alternatif Pencegahan Banjir Skala Perumahan.” Gudang Jurnal Pengabdian Masyarakat 1, no. 1 (2023): 1-5.

Muhammad, N., (2024, Februari 28). Jumlah Bencana di Indonesia (19-25 Februari 2024). Databoks Katadata. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/02/28/banjir-dominasi-bencana-alam-di-indonesia-akhir-februari-2024 pada 1 April 2024.