Ketua Majelis Tinggi The HUD Institute Adrinof Chaniago mengungkapkan, perumahan perkotaan harus didominasi oleh hunian vertikal sebagai solusi menciptakan usia kota berkualitas lebih lama. “Untuk membuat usia kota sebagai kota berkualitas lebih lama, maka perumahan perkotaan harus didominasi oleh hunian vertikal,” ujar Andrinof dalam keterangan tertulis, Jumat (31/12/2021). Maka dari itu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota (Pemkot) diminta memiliki kebijakan tegas dalam pembangunan apartemen sederhana dan rumah susun (rusun) di perkotaan. Salah satu caranya adalah menggunakan lahan-lahan negara, aset Pemerintah Daerah (Pemda), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), baik yang sudah ada bangunan tidak efisien maupun lahan kosong. “The HUD Institute juga akan terus mendorong secepatnya lahir Rancangan Undang-undang (RUU) Perkotaan dan RUU Properti yang harus tegas mengarahkan pembangunan perumahan perkotaan agar didominasi hunian vertikal,” lanjut dia.

 

Wakil Ketua Umum The HUD Institute Oswar M Mungkasa melihat ada dua kata kunci yang terabaikan dari pengalaman pelaksanaan pembangunan perumahan, khususnya bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR). Pertama, masyarakat ditempatkan sebagai subyek pembangunan perumahan dan kedua soal pemenuhan hak asasi perumahan melalui kolaborasi antar-pemangku kepentingan adalah suatu keniscayaan. Menurut dia, kolaborasi adalah kunci terwujudnya keberhasilan dan keadilan dalam bentuk kepedulian terhadap yang tidak mampu. “Bahwa masyarakat sebagai subyek masih dimaknai secara simbolis saja. Demikian pula wacana pembangunan perumahan kolaboratif, bukan monopoli salah satu pihak, baik pemerintah, swasta bahkan masyarakat, itu juga belum sepenuhnya terwujud,” tegas Oswar. Oleh karena itu, Wakil Ketua Bidang Data, Informatika & Komunikasi The HUD Institute Arnold M Mamesah menuntut kemampuan dari cara lama dan beradaptasi dengan berbagai norma dan nilai baru menuju masa depan yang lebih baik dalam penyediaan hunian. “Penyedian hunian dan tantangan perkotaan perlu memperhatikan aspek utama masyarakat madani,” terang Arnold. Menurut dia, aspek madani harus mengutamakan equality (kesetaraan), diversity and inclusiveness (keberagam), serta care and attention (kepedulian) yang selaras dengan kearifan lokal dan peradaban yang ada di Nusantara.

Sumber: Kompas.com