Tak hanya warga usia muda, model pencarian properti melalui kanal daring kini juga diminati oleh generasi yang lebih berumur. Rumah tinggal dengan harga Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar jadi favorit pencarian.

 

JAKARTA, KOMPAS — Pencarian informasi properti, khususnya rumah tinggal, melalui kanal daring selalu mengalami kenaikan. Faktor kemudahan mengakses internet melalui berbagai gawai menjadi pertimbangan konsumen untuk mencari informasi terkait properti melalui kanal daring.

Vice President of Corporate Sales Lamudi (perusahaan rintisan bidang teknologi di sektor properti) Michael Kauw mengatakan, fenomena itu menjangkiti konsumen lintas generasi. Berdasarkan data internal Lamudi, pencarian properti dari warga usia 25-34 tahun naik 100 kali lipat selama kurun tahun 2014-2021.

Sementara tiga tahun terakhir atau kurun tahun 2018-2022, pencarian yang dilakukan oleh warga berumur 45-54 tahun meningkat hingga 250 persen. ”Terkait kriteria harga rumah tinggal yang dicari, kedua segmen generasi konsumen itu cenderung memilih cari di kisaran Rp 300 juta sampai Rp 1 miliar,” ujar Michael saat menghadiri konferensi pers Lamudi Properti Fair 2022 di Jakarta, Rabu (8/6/2022).

Pada awal tahun 2022, Lamudi telah mengakuisisi OLX. Akuisisi ini diharapkan memperlancar rencana Lamudi menghadirkan semakin banyak pilihan dan kemudahan mencari informasi transaksi properti secara daring ke masyarakat Indonesia.

Sebelumnya, berdasarkan data dari Lamudi, selama dua tahun pandemi Covid-19, pencarian properti di lamannya meningkat 36,8 persen secara tahunan. Pencarian properti yang sempat turun pada April 2020 menggeliat kembali secara bertahap dan kian meningkat seiring dengan banyaknya insentif properti dari pemerintah. Perpanjangan stimulus pajak sangat membantu kenaikan pasar properti.

Pencarian properti didominasi oleh kelompok masyarakat berumur 25-34 tahun yang tergolong generasi milenial dan generasi Z. Hampir 90 persen pencarian properti dilakukan secara digital dengan menggunakan telepon pintar. Pembeli properti dari kaum milenial yang pada tahun 2021 berusia 27-41 tahun, serta generasi Z yang berumur sampai 26 tahun, umumnya mempunyai tipe mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan membeli.

Dari kajian lamudi.co.id, rumah tapak masih menjadi primadona untuk tempat tinggal (end user), yakni mencapai 83,7 persen dari total pencarian rumah pada 2021 dan sebesar 92,01 persen tahun 2020. Pembiayaan juga didominasi dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Pada tahun ini, investasi di sektor properti, khususnya residensial, diprediksi masih menghadapi tekanan. Penyebabnya sejumlah faktor, antara lain berakhirnya insentif pajak pertambahan nilai hingga imbas kenaikan tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak.

Salah satu stan pameran perumahan yang memasang poster berupa promosi penjualan bagi pembeli saat pameran properti di Mal Paragon, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (11/1/2021). Promosi berupa fasilitas potongan harga atau bonus diberikan untuk memacu penjualan pengembang.

Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto, Senin (30/5/2022), menyatakan, keputusan untuk membeli atau berinvestasi pada properti kemungkinan tertunda dalam waktu dekat karena melemahnya daya beli dan lesunya momentum investasi di kalangan investor properti. Bagi investor, pertimbangan utama saat membeli properti adalah ekspektasi atas potensi imbal hasil properti.

Tahun 2022 seharusnya menjadi momentum persiapan untuk kebangkitan properti pada tahun 2023. Namun, berakhirnya insentif pajak, disertai faktor lain seperti kenaikan tarif listrik, bahan bakar minyak (BBM), dan kenaikan inflasi, diperkirakan menghambat investasi properti.

 

Sumber: Kompas.id