Lahan pertanian dan ruang terbuka hijau di perkotaan semakin sempit karena maraknya alih fungsi lahan. Pertumbuhan penduduk alamiah menjadi faktor penyebab kurangnya ruang untuk kebutuhan perumahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan sebanyak 56,7% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan pada tahun 2020. Hal ini menjadikan ketersediaan lahan untuk perumahan perlu mendapat perhatian lebih.
Kampung vertikal menjadi salah satu solusi dalam mengatasi terbatasnya lahan untuk kebutuhan perumahan/pemukiman. Dengan adanya kampung vertikal, ruang terbuka hijau dan lahan pertanian bisa tetap terjaga. Kampung vertikal berupaya mengintegrasikan sistem kehidupan masyarakat pedesaan, ke kawasan perkotaan. Konsep hunian berorientasi masa depan ini dikembangkan dengan menerapkan konsep compact city. Konsep ini membuat fasilitas-fasilitas penting seperti pertokoan, ruang pertemuan, dan aktivitas rekreasi, dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki.
Salah satu contoh cerita sukses penerapan kampung vertikal ada di negara Singapura. Pemerintah Singapura membuat kampung vertikal sebagai tempat tinggal masyarakat, sekaligus sebagai tempat melestarikan budaya masyarakat. Sebanyak 85% warga Singapura tinggal di rumah susun yang disediakan oleh Housing and Development Board (HDB). Keberagaman budaya di negara Singapura terjadi karena banyaknya imigran. Hunian vertikal dijadikan sebuah solusi bagi para imigran yang datang.
Salah satu contoh hunian vertikal yang menjadi sorotan adalah Kampung Admiralty di Kota Woodlands. Kampung Admiralty merupakan hunian vertikal yang menerapkan konsep “kampung”. Unsur konvertibilitas terdapat pada setiap unit hunian di Kampung Admiralty, Konvertibilitas adalah perubahan suasana dan orientasi bangunan sesuai keinginan pengguna, tanpa harus merombak struktur bangunan secara keseluruhan.
Kampung Admiralty memiliki beberapa kelebihan. Salah satu di antaranya adalah aksesibilitas layanan pendukung. Kampung Admiralty dibuat dekat dengan layanan kesehatan, sosial, komersial, dan fasilitas lainnya. Aksesibilitas ini dapat mendorong para lansia yang tinggal di Kampung Admiralty agar bisa terus aktif dalam keadaan sehat dan berkualitas. Pembangunan ini terbukti menjadi perwujudan visual dari aspirasi negara Singapura untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang lebih peduli.
Pandangan tentang kampung vertikal di Indonesia sendiri sudah mulai dikembangkan oleh pemerintah, bahkan beberapa daerah sudah mulai menerapkannya. Contoh yang sudah terbangun adalah Kampung Susun Akuarium yang terletak di Jakarta Utara. Kampung Susun Akuarium mendapatkan penghargaan internasional yaitu Innovation Awards 2023 kategori Dampak Perumahan Masyarakat Sipil, yang diberikan oleh Asia Pacific Housing Forum (APHF).
Seiring dengan kemajuan teknologi, masyarakat cenderung menginginkan berkegiatan aktif dengan mengeluarkan sedikit tenaga, fasilitas yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Dengan adanya kampung vertikal yang di dalamnya memiliki kelengkapan fasilitas, penghuni dapat menjalankan aktivitas dan memenuhi kebutuhannya dengan mudah dan efektif.
Kampung vertikal bisa menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan perumahan. Dengan dibangunnya kampung vertikal, ketersediaan lahan untuk perumahan, lahan terbuka hijau, bahkan lahan pertanian bisa tercipta. Selain itu, kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan, komersial, sosial, dan fasilitas lain, dapat dijangkau dengan berjalan kaki. (AF/UW)
REFERENSI
https://woha.net/project/kampung-admiralty/
https://jpi.or.id/news/minatkah-milenial-terhadap-hunian-vertikal