Bencana banjir adalah masalah yang kerap terjadi di Indonesia. Banjir membuat perumahan hingga kawasan permukiman tergenang. Penyebab banjir beragam, seperti curah hujan yang tinggi, air laut yang pasang dan kurangnya daerah resapan air. Sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu menjadikan permukiman yang aman, tangguh dan berkelanjutan, maka masalah tersebut perlu segera diatasi. Salah satu caranya adalah melalui pengelolaan siklus air yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan konsep Water Sensitive Urban Design (WSUD).

Water Sensitive Urban Design (WSUD) merupakan konsep infrastruktur hijau yang berfokus pada pengelolaan air berkelanjutan. WSUD mengintegrasikan siklus air perkotaan, termasuk air hujan, air tanah, pengelolaan air limbah, dan juga air bersih dalam pembangunannya pada perancangan kota. Elemen penting pada konsep ini adalah pemanfaatan air kembali (water reuse) dan pemeliharaan air (water treatment). WSUD juga memperhatikan agar air berada dalam kawasan selama mungkin sehingga air bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Lokita Indradjati, 2011)

Konsep WSUD telah diterapkan di beberapa negara, salah satunya Australia. Penerapan WSUD di Australia dilakukan di Kota Melbourne dengan fokus pengelolaan siklus air hujan. Penerapan WSUD di kota tersebut dilakukan dengan memanfaatkan tangki air hujan, taman hujan, kolam pengendapan, lahan basah, dan sengkedan atau terasering (Melbourne Water, 2017). Konsep WSUD juga dapat dilakukan di Indonesia dengan menyesuaikan kondisi setiap wilayah termasuk dengan memperhatikan kapasitas dan tata guna lahan. Saat ini, adaptasi WSUD di Indonesia sudah cukup banyak dibahas oleh beberapa penelitian terutama untuk dikembangkan di daerah rawan banjir.

  1. Pemanenan air hujan merupakan metode mengumpulkan air hujan untuk dijadikan sebagai pilihan sumber air. Dalam lingkup permukiman, pemanenan air hujan dapat dilakukan oleh masing-masing rumah tangga. Selain mengurangi terjadinya limpasan air, pemanenan air hujan juga dapat membantu memenuhi kebutuhan air.

 

Ilustrasi Proses Memanen Air Hujan
Sumber: google.com, 2021

 

  1. Penyediaan kolam penampungan air digunakan untuk menambah daerah tangkapan air dan mengontrol aliran air permukaan. Melalui kolam penampungan air, luapan air sungai dapat terserap ke dalam tanah untuk kemudian dialirkan kembali ke sungai.

Ilustrasi Kolam Penampungan Air
Sumber: detik.com, 2023

  1. Penataan area sempadan sungai untuk peremajaan daerah aliran sungai. Salah satu caranya adalah penanaman vegetasi di area sempadan sungai. Penanaman pohon dapat meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mampu mengurangi banjir.

Ilustrasi Penanaman Pohon di Area Sempadan Sungai
Sumber: website komunitas peduli ciliwung, 2011

Bencana banjir di Indonesia yang kerap terjadi di Indonesia dapat diatasi dengan konsep WSUD. Adaptasi WSUD di Indonesia salah satunya dilakukan di Kota Pekalongan sebagai wilayah dengan permasalahan banjir rob. Bentuk penerapan adaptasi WSUD di Kota Pekalongan berupa pemanenan air hujan, penyediaan kolam penampungan air, dan penataan area sempadan sungai. Sebagaimana adaptasi WSUD di Kota Pekalongan tersebut, dapat disimpulkan jika penerapan WSUD di Indonesia harus disesuaikan dengan permasalahan dan kondisi di wilayah masing-masing. (MN/SA)

 

 

 

Daftar Pustaka:

Dewi, Santy Paulla, Retno Widjajanti, dan Novia S. Ristianti . 2022. “Penerapan Konsep Water Sensitive Urban Design Untuk Mewujudkan Permukiman Pesisir Kota Pekalongan Yang Tangguh”, Jurnal Litbang Kota Pekalongan, Vol. 20. Hlm 190–198.

Lokita, Aurora Dias Indradjati, dan Petrus Natalivan. 2011 “Adaptasi Konsep Water Sensitive Urban Design di Kota Lama Semarang”, Working paper, Hlm. 1–46.

Melbourne Water. 2017. “Introduction to WSUD | Melbourne Water”, dalam https://www.melbournewater.com.au/building-and-works/stormwater-management/introduction-wsud. Diakses pada tanggal 23 Februari 2023 pukul 11.15 WIB.