Nama Kegiatan                 : Webinar

Penyeleggara                     : Caritra Indonesia

Waktu                                   : 25 April 2024, Pukul 14.00 – 15.00 WIB

Tempat                                 : Zoom dan Live Streaming kanal Youtube

Tujuan                                  : Mengetahui langkah yang tepat untuk Urban Farming

Topik                                    : Urban Farming untuk Ketahanan Pangan Perkotaan

Narasumber                       : Fathan Nurul Abdillah (Founder & Production Coordinator at Seni Tani)

 

Urban Farming diperkenalkan sebagai salah satu metode untuk mengatasi keterbatasan lahan pertanian akibat alih fungsi lahan. Tingginya angka pertumbuhan penduduk turut meningkatkan kebutuhan akan lahan hunian yang memaksa kegiatan alih fungsi lahan untuk terus dilakukan. Lantas, apakah Urban Farming benar-benar menjadi solusi yang tepat, atau justru menimbulkan permasalahan baru?

Perkim ID menyelenggarakan webinar Perkim 2024 seri ke-3 dengan tema ”Urban Farming untuk Ketahanan Pangan Perkotaan”. Pemateri webinar edisi 25 April 2024 adalah Fathan Abdillah, seorang lulusan Desain Produk Institut Teknologi Bandung (ITB), yang juga merupakan Founder atau pendiri serta koordinator produksi Seni Tani. Seni Tani merupakan komunitas kebun pertanian perkotaan yang mengusung konsep CSA atau Community Supported Agriculture atau berfokus pada pemberdayaan lokal berkelanjutan yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat.

Indonesia negara agraris yang kaya akan sumber daya alamnya, menghadapi ironi bahwa saat ini masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan. Fathan selaku pemateri menunjukkan data dari Global Food Security Index 2022 bahwa Indonesia berada di peringkat ke-63 dari 113 negara dalam hal ketahanan pangan dengan skor 60,2. Berbagai krisis juga masih dihadapi oleh Indonesia antara lain, krisis pangan, iklim, dan lingkungan.

Selain itu, pemateri juga memberikan contoh melalui fakta adanya impor kacang kedelai di Indonesia sebagai bahan utama tempe. Beliau menyampaikan bahwa harga tempe impor dengan tempe lokal memiliki selisih hingga 3.500 rupiah per kilo. Faktor teknologi menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini karena pertanian di luar negeri telah menggunakan teknologi yang lebih maju sehingga dapat memproduksi dengan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia yang masih menggunakan cara tradisional

Oleh karena itu, Urban Farming hadir sebagai salah satu metode untuk membentuk masyarakat yang tangguh, mandiri, dan berkelanjutan. Urban Farming pertama kali diperkenalkan di Amerika pada akhir tahun 1800-an sampai awal 1900-an saat dunia sedang dalam kondisi kritis dalam hal penyediaan pangan.

Prinsip utama metode Urban Farming adalah memanfaatkan ruang terbatas di perkotaan dengan memanfaatkan bahan baku yang ada untuk menyelesaikan permasalahan terkait ketersediaan pangan. Seiring berkembangnya zaman, urban farming memiliki beragam jenis dan metode yang dapat dilakukan dan disesuaikan dengan jenis tanaman dan medianya, seperti Land Based Agriculture, Vertical Garden, Square Foot Garden, Three Sister Garden, Rooftop Garden, Key Hole Garden, organic farming, regenerative agriculture, permaculture, natural farming, agroecology, jadam, dan masih banyak yang lainnya.

Salah satu metode yang telah diterapkan oleh Seni Tani adalah polikultur. Metode polikultur yang tidak homogen dari segi diversitasnya memberikan banyak dampak baik, antara lain keberagaman, memberikan unsur estetika, dan tidak mudah terserang hama jika dibandingkan dengan perkebunan yang homogen.

Seni tani juga menerapkan konsep CSA yang berperan sebagai penghubung antara petani dengan konsumen agar mendapatkan sumber pangan yang dekat, transparan, dan terpercaya serta saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Cara kerja CSA ini adalah konsumen mendaftar dan membayar biaya berlangganan kemudian konsumen akan mendapatkan hasil panen dari petani setiap minggunya.

Pada sesi tanya jawab, Fathan menceritakan tantangan-tantangan yang dihadapi selama proses mendirikan Seni Tani. Saat ini, pendidikan tentang pertanian tidak sebatas hanya tekniknya saja, tetapi harus sampai tahap bisnis dan desain lanskap. Sayangnya, saat ini dukungan dari pemerintah terhadap komunitas pemberdayaan petani masih sangat minim. Sebagai tambahan tanggapan, beliau juga memberikan tips dan trik serta hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan urban farming. Salah satu kriteria terpenting adalah legalitas lahan.

Pemaparan materi dari Fathan berhasil menjawab pertanyaan dari topik webinar kali ini. Urban farming sejatinya akan membantu menyelesaikan permasalahan dan menjadi solusi atas permasalahan ketahanan pangan. (RAN)