Hari Tata Ruang Nasional (HATARU) menjadi momen penting yang patut diperingati oleh para perencana tata ruang baik pemerintah, praktisi, akademisi, maupun mahasiswa perencana wilayah dan kota. Dalam rangka memperingati momentum HATARU, Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas PGRI Adibuana, Surabaya menyelenggarakan webinar yang berjudul The Future Planner in the Industrial Revolution 5.0. Pada sesi webinar tersebut dihadiri oleh tiga pembicara yaitu Bapak Caesar dari Kementerian ATR/BPN, Dr. Ir. Mahditia Paramita, M.Sc dari HRC Caritra Yogyakarta, serta R. Muh Adamsyah, ST, MT selaku Ketua IAP Jawa Timur. Ketiga pembicara pada webinar tersebut memberikan cerita dan pandangannya mengenai peran perencana dalam menghadapi revolusi industri 5.0.

Penerapan revolusi industri 4.0 atau era digitalisasi telah dilakukan oleh pemerintah dalam proses perencanaan. Bentuk penerapan ini ditunjukkan dengan adanya pengambilan data tata ruang melalui citra satelit dan pemetaan. Guna menunjang perkembangan era digitalisasi, pemerintah terutama Kementerian ATR/BPN menerapkan kebijakan One Spatial Planning Policy. Adanya kebijakan One Spatial Planning Policy ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengaturan zonasi laut dan daratan untuk meminimalisir perbedaan data dan deliniasi dalam lokasi yang sama. Selain itu, penerapan revolusi industri 4.0 pada bidang perencanaan adalah Pemerintah melalui ATR/BPN saat ini telah melakukan digitalisasi produk perencana yang dapat diakses oleh publik baik RTRW Provinsi, RTRW Kab/Kota, RTR Kepulauan, serta RDTR interaktif untuk meningkatkan transparansi serta mendukung perkembangan teknologi. Produk ini dikenal dengan nama GISTARU yang dapat diakses secara online dan terbuka oleh masyarakat luas.

Kerangka Perda penyusunan rencana tata ruang

Selain bidang pemerintahan, seorang praktisi perencana juga memiliki peranan penting untuk menghadapi revolusi industri 5.0. Hal ini karena, revolusi industri 5.0 tidak hanya mengedepankan adanya penggunaan mesin dan digitalisasi saja melainkan mengkolaborasikan dengan kehidupan masyarakat sehingga kerap dimaknai sebagai Society 5.0 (Super Smart Society). Seorang praktisi perencana khususnya yang berkecimpung dalam bidang pemberdayaan komunitas harus dapat beradaptasi dengan adanya revolusi industri 5.0 yaitu mengkolaborasikan antara perencanaan yang efektif dengan keberlanjutan kehidupan masyarakatnya. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan dan penataan ruang yang bersifat partisipatif, contohnya adalah project Masterplan Dusun Serut di Kabupaten Bantul. Kawasan ini merupakan lokasi bencana gempa dan tsunami pada tahun 2007. Pada masa itu, konsep utama yang akan dibawakan dalam Masterplan Dusun Serut adalah SERUT HIJAU 2030 dimana prinsip yang harus dipenuhi meliputi Green Village, Knowledge Transfer, Eco Friendly Energy Village, Organic Farming, Local strenghtening, dan Local Identity.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari kegiatan webinar ini adalah seorang perencana memiliki peran yang paling signifikan dan dinamis dalam menghadapi perkembangan revolusi industri. Apabila dikaitkan dengan kondisi di masa sekarang yaitu untuk menghadapi perkembangan Society 5.0, adaptasi dengan pandemi Covid-19, dan mengakomodasi berbagai isu perencana yang berkembang di lingkungan masyarakat maka penting bagi perencana untuk memiliki rencana tindak yang strategis. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, perencana dapat berperan untuk membentuk komunitas perencana, melakukan rekognisi perencana, dan kesadaran atas kemanusiaan. (WNA)