Banjir lahar dingin Galodo merupakan fenomena alam yang terjadi di wilayah Sumatera Barat, khususnya di sekitar Gunung Marapi. Galodo sendiri merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau berupa aliran sungai disertai dengan sedimen (pasir, kerikil, batu dan air) dalam satu kesatuan, yang mengalir dengan kecepatan tinggi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap bahwa kejadian lahar hujan di aliran sungai-sungai yang berhulu dari lereng atas Gunung Marapi terjadi karena endapan material hasil erupsi Gunung Marapi yang terendapkan di lereng-lereng, kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Berkaitan curah hujan, Dwikorita mengungkapkan kondisi geografis Provinsi Sumatera Barat yang berada di antara Samudera Hindia dan deretan pegunungan Bukit Barisan menyebabkan hujan cenderung terjadi sepanjang tahun dan musim kemarau yang sangat pendek.
Galodo atau banjir lahar dingin sudah mengakibatkan korban jiwa dan harta benda di lereng Gunung Marapi, Sumatera Barat. Adapun empat kabupaten terdampak parah ada di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Padang Pariaman. Dari bencana tersebut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 62 orang meninggal dunia dan 10 orang warga Kabupaten Tanah Datar dilaporkan hilang dalam peristiwa banjir bandang di Provinsi Sumatera Barat. Menurut data terbaru BNPB, terdapat 625 rumah yang rusak yang di antaranya 159 rumah rusak berat. Rumah-rumah yang rusak berat tersebut umumnya berlokasi di jalur aliran lahar dingin.
Apa yang memicu terjadinya galodo?
Beberapa faktor yang menyebabkan banjir lahar terjadi yaitu:
- Hujan deras: hujan berkepanjangan menyebabkan tanah jenuh air, memicu longsor dan banjir bandang.
- Topografi curam: daerah perbukitan yang curam memperparah erosi dan longsor saat hujan deras.
- Penggundulan hutan: meningkatkan erosi dan risiko longsor karena hilangnya akar pohon yang menopang tanah
- Pembangunan di daerah rawan: permukiman di lereng bukit dan bantaran sungai tanpa perencanaan memadai meningkatkan risiko korban jiwa dan kerusakan.
Beberapa ahli lingkungan berpendapat bahwa galodo disebabkan oleh kombinasi faktor alam dan aktivitas manusia. Meskipun hujan deras menjadi pemicu utama, kerusakan hutan dan penataan ruang yang tidak berkelanjutan memperburuk dampaknya.
Perlunya penataan ruang untuk mereduksi dampak galodo
Dengan banyaknya korban dan kerugian yang cukup besar, perlu dipertanyakan mengenai mitigasi maupun tata ruang kawasan lereng Gunung Marapi dan kabupaten di sekitarnya. Masyarakat harus diberikan pengetahuan tentang penanganan bencana dan cara berlindung di tempat yang aman. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengambil langkah-langkah preventif dan memperkuat sistem mitigasi bencana. Ade Edward, Direktur Eksekutif Patahan Sumatra Institute (PSI), menyatakan bahwa berdasarkan pemetaan dan simulasi model yang dilakukan oleh PVMBG Badan Geologi-Kemen ESDM pada Januari 2024, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Marapi masih menunjukkan banyak pemukiman masyarakat berada di dalam kawasan rawan banjir lahar dingin. Untuk mengurangi potensi korban, Ade mengusulkan pemindahan pemukiman dari daerah rawan banjir lahar ke daerah yang lebih aman, menekankan bahwa langkah ini harus segera dilakukan karena bencana bisa terjadi kapan saja.
Untuk mendukung upaya ini, Patahan Sumatra Institute menginisiasi pertemuan 20 orang ahli, akademisi, praktisi, aktivis, dan penggiat terkait dalam kegiatan Brainstorming dengan tema “Konsep Resettlement Pemukiman Rawan Banjir Lahar” pada tanggal 2 Juni 2024 di Hotel Truntum Padang. Pada brainstorming tersebut, disepakati tiga pokok pikiran utama yang disebut dengan “Deklarasi Padang II”. Isi dari deklarasi tersebut yaitu:
- Resettlement permukiman di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Marapi dilakukan dengan Penataan Kawasan Nagari berbasis Mitigasi Bencana.
- Kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai) dan sempadan sungai zona rawan banjir lahar dan erupsi Gunung Marapi dikonversi menjadi kawasan konservasi dan buffer zone sebagai peredam ancaman banjir lahar yang juga mempunyai nilai ekonomi tinggi (green economic).
- Pengurangan risiko banjir lahar Marapi (mitigasi) seperti sabo dam dan infrastruktur pengendalian aliran banjir lahar (debris flow) harus terencana baik.
Upaya penanggulangan bencana perlu terus ditingkatkan
Pasca kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Agam pada 21 Mei 2024, berbagai langkah mitigasi galodo dilakukan. Survei aerial menggunakan helikopter dilakukan untuk mengobservasi titik rawan galodo. Sistem peringatan dini (early warning system/EWS) bencana galodo juga dirancang dengan kerja sama antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Targetnya, EWS tersebut akan dipasang tahun ini. Selain itu, Presiden menginstruksikan pembangunan 56 sabo dam di sungai yang berhulu di Gunung Marapi untuk mencegah banjir lahar dingin. Kementerian PUPR merencanakan pembangunan delapan unit pada 2024, 34 unit pada 2025, dan 14 unit pada 2026, yang akan dimulai setelah normalisasi sungai selesai.
Penanganan banjir lahar dingin Galodo di Provinsi Sumatera Barat, khususnya di sekitar Gunung Marapi, memerlukan upaya terpadu dari berbagai pihak. Dengan langkah-langkah mitigasi yang terus ditingkatkan, termasuk edukasi masyarakat, perancangan sistem peringatan dini, dan pembangunan infrastruktur pengendalian banjir, diharapkan risiko dan dampak bencana dapat diminimalisir. Deklarasi Padang II dan kolaborasi antara pemerintah dan lembaga terkait menjadi fondasi penting dalam mewujudkan kawasan yang lebih aman dan tangguh terhadap bencana. Upaya preventif ini harus dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan untuk melindungi nyawa dan harta benda masyarakat, serta memastikan pembangunan berkelanjutan di wilayah rawan bencana. (MAA)
Sumber :
BNBP (2024) Update banjir lahar hujan dan tanah longsor Sumatra barat bnpb akan perkuat mitigasi dan system peringatan dini untuk cegah galodo di masa mendatang. Diakses dari (https://www.bnpb.go.id/berita/update-banjir-lahar-hujan-dan-tanah-longsor-sumatra-barat-bnpb-akan-perkuat-mitigasi-dan-sistem-peringatan-dini-untuk-cegah-galodo-di-masa-mendatang ) pada Rabu, 05 Juni 2024
Ekuatorial (2024) Relokasi korban galodo marapi mesti diperhitungkan secara cermat. Diakses dar (https://www.ekuatorial.com/2024/06/relokasi-korban-galodo-marapi-mesti-diperhitungkan-secara-cermat/ ) pada Rabu, 05 Juni 2024
Irawan (2024) UPDATE: BNPB Ralat Data Korban Meninggal Akibat Galodo di Sumatera Barat Jadi 61 Orang. Diakses dari (https://www.tribunnews.com/nasional/2024/05/19/update-bnpb-ralat-data-korban-meninggal-akibat-galodo-di-sumatera-barat-jadi-61-orang) pada Jumat, 7 Juni 2024
Kompasiana (2024) Galodo di Sumatera Barat tragedy dan pembelajaran. Diakses dari (https://www.kompasiana.com/auliaaulia5370/66437f5dde948f1a77177722/galodo-di-sumatera-barat-tragedi-dan-pembelajaran ) pada Selasa, 04 Juni 2024
Medankompas (2024) Mengenal istilah galodo bencana alam yang menerjang sumatera barat. Diakses dari (https://medan.kompas.com/read/2024/05/30/225241678/mengenal-istilah-galodo-bencana-alam-yang-menerjang-sumatera-barat?page=all ) pada Selasa, 04 Juni 2024
Pasbana (2024) Deklarasi padang II mitigasi bencana gunung marapi . Diakses dari (https://www.pasbana.com/2024/06/deklarasi-padang-ii-mitigasi-gunung-marapi.html ) pada Rabu, 05 Juni 2024