Indonesia merupakan supermarket bencana sebagai konsekuensi logis lokasi geografis yang berada diantara lempeng tektonik benua dan samudera. Akibatnya, berbagai bencana geologi seperti tsunami, gempabumi, dan erupsi gunungapi tidak dapat dihindari. Bencana-bencana geologi tersebut jarang terjadi, namun kerugian yang ditimbulkannya sangat besar. Data BNPB menunjukkan bahwa selama kurun waktu 1815-2016, sebanyak 42% kerusakan bangunan disebabkan oleh tsunami dan gempa bumi. Dari segi korban bencana, sebanyak 75% kematian dikarenakan tertimpa reruntuhan bangunan.
Permen PUPR No.10/2014 tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang Perumahan dan Permukiman, mengamanatkan perlunya desain perumahan dan permukiman tangguh bencana pada daerah rawan bencana. Oleh karenanya, penting mengetahui karakteristik bangunan rumah yang tahan terhadap bencana geologi agar meminimalisir kehilangan jiwa maupun harta benda.
A. Karakteristik bangunan rumah yang tangguh terhadap tsunami diantaranya sebagai berikut (Nisa dkk, 2019; Naja & Mardiatno, 2018; Putri & Faimun, 2021).
- Pondasi tiang yang dalam. Kekuatan hidrolik tsunami dapat mengubah bangunan beton yang kokoh menjadi miring sehingga diperlukan pondasi yang dalam untuk mengatasi hal tersebut.
- Material bangunan berupa beton bertulang atau komposit beton-baja
- Tidak ada obyek bergerak disekitar bangunan (seperti mobil)
- Tinggi bangunan lebih dari tinggi genangan maksimum (kurang lebih 3 lantai)
- Area terbuka pada lantai dasar agar air dapat mengalir dengan minim hambatan
- Sisi panjang bangunan yang cenderung tegak lurus terhadap garis pantai maka potensi kerentanan atau kerusakan bangunan akan lebih rendah.
- Bersifat daktail sehingga tetap kuat berdiri walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan karena beban yang sangat berat.

Gambar 1. Pembagian Sudut Orientasi Bangunan Sumber: Naja & Mardiatno, 2018
- Mendesain sambungan konstruksi bangunan yang mampu meredam tekanan
Gambar 2. Sambungan Konstruksi Bangunan
Sumber gambar : Buku Klinik Rumah Sehat
B. Karakteristik bangunan rumah yang tangguh terhadap gempa bumi diantaranya sebagai berikut.
-
- Struktur terbuat dari beton bertulang, baja, dan kayu dengan perkuatan silang
- Pondasi ditempatkan pada tanah keras dengan penampang melintang yang sistematis

Gambar 3. Perbedaan Penampang Melintang yang Simetris dan Asimetris
Sumber: Dep. PU Dirjen Cipta Karya, 2006
-
-
- Apabila kondisi tanah yang ada memang lunak, maka dapat digunakan pondasi pelat beton sebagai alternatif
-

Gambar 4. Pondasi Pelat dari Beton Bertulang
Sumber: Dep. PU Dirjen Cipta Karya, 2006
-
-
- Pondasi dibuat menerus mengikuti panjang denah bangunan dengan kedalaman yang sama
-

Gambar 5. Pondasi Menerus
Sumber: Dep. PU Dirjen Cipta Karya, 2006
-
-
- Untuk rumah panggung yang berada di tanah keras, maka masing-masing tiang harus terikat
-

Gambar 6. Pondasi Tiang di Tanah Keras
Sumber: Dep. PU Dirjen Cipta Karya, 2006
- Lokasi bangunan
Bangunan rumah di daerah datar tidak disarankan dibangun di lokasi yang kaya akan lempung
- Kuda-kuda yang disarankan untuk rumah tahan gempa adalah kuda-kuda paku.
Selengkapnya mengenai pedoman terbaru dapat dilihat dalam SNI 1726: 2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung sebagai Revisi dari Standar Nasional Indonesia 17:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung
C. Karakteristik Bangunan terhadap Erupsi Gunungapi
Menurut Rahmanu dkk (2021), beberapa kriteria bangunan rumah tahan erupsi gunung api diantaranya sebagai berikut.
- Kemiringan atap
Sudut kemiringan atap minimal pada setiap bahan material yang digunakan mempengaruhi tingkat ketahanan bangunan terhadap beban material. Selain itu, jenis material yang berbeda juga memiliki dampak yang berbeda dalam menentukan tingkat ketahanan bangunan

Gambar 7. Urutan Tingkat Ketahanan Bangunan Berdasarkan Sudut Kemiringan Batuan
Sumber: Rahmanu dkk, 2021
Kemiringan atap bangunan akan menentukan apakah material akan mudah teralirkan atau tidak. Berikut ini beberapa contoh atap bangunan dengan berbagai tingkat kemiringan.
- Kemiringan Atap Bangunan <6 derajat
- Kemiringan Atap Bangunan 6 sampai 35 derajat
- Kemiringan Atap Bangunan lebih dari 35 derajat
- Jenis material Atap
Jenis material atap berkaitan dengan kemampuannya dalam menahan dan menyalurkan material piroklastik. Jenis material atap dari tingkat ketahanan tinggi ke tingkat terendah, sebagai berikut : beton bertulang, baja ringan, seng, asbes, dan genteng. Beton bertulang memiliki kemampuan dalam menahan material jatuhan piroklastik

Gambar 9. Urutan Tingkat Ketahanan Material Atap Sumber : Rahmanu dkk, 2021
- Rangka Atap
Rangka atap berfungsi untuk menyangga penutup atap termasuk beban di atasnya. Penggunaan rangka atap jenis beton bertulang memiliki karakteristik paling kuat dalam menahan beban material.
- Beton Bertulang (Cor)
- Sketsa Rumah Beton Bertulang
Sumber: Rahmanu dkk, 2021; Dep. PU Dirjen Cipta Karya, 2006
- Tipe Bangunan
Bangunan tipe permanen memiliki ketahanan paling tinggi jika dibandingkan dengan tipe bangunan semi permanen maupun non permanen. Tipe bangunna permanen dicirikan dengan material dinding berupa batako/bata dan lantai keramik.
- Orientasi /Arah Hadap Bangunan
Bangunan yang sejajar dengan arah hadap kaldera atau kepundan dari suatu puncak gunung api akan mengalami kerusakan lebih besar dibandingkan bangunan yang tegak lurus dengan arah hadap puncak gunung api. Namun terdapat faktor lain yang berpengaruh seperti arah datangnya angin saat terjadi erupsi.
- Jarak bangunan dari pusat erupsi
Bangunan yang lebih dekat dengan pusat erupsi memiliki kerusakan lebih besar dibandingkan bangunan yang jaraknya lebih jauh dari pusat erupsi.
Berdasarkan karakteristik bangunan yang tahan terhadap erupsi gunung api di atas maka beberapa hal yang dapat diaplikasikan diantaranya sebagai berikut.
- Menambahkan kemiringan atap utamanya untuk atap dengan jenis genteng, asbes, seng, dan baja ringan

Gambar 11. Hasil renovasi bangunan dengan menambah kemiringan lereng
Sumber: Rahmanu dkk, 2021
- Menambahkan bahan rangka atap dengan beton bertulang

Gambar 12. Bahan rangka atap yang dilengkapi beton bertulang
Sumber: Rahmanu dkk, 2021
- Mengganti atap bangunan menjadi beton bertulang atau genteng beton
- Atap Genteng Beton
- Atap Beton Bertulang
Sumber: Rahmanu dkk, 2021
Berikut contoh bangunan rumah dengan tingkat ketahanan tinggi terhadap Erupsi Gunungapi
Kondisi
Bangunan |
Karakteristik | Keterangan |
![]() |
Material Atap dan
Kemiringan Atap |
Beton Bertulang
dengan kemiringan 2,30 |
Rangka Atap | Beton Bertulang | |
Tipe Bangunan | Permanen | |
Umur Bangunan | 8 Tahun | |
Orientasi Bangunan | 520 | |
Jarak dari Pusat Erupsi | 9,1 Km | |
Kondisi Saat Terjadi Erupsi | Tidak rusak dan tetap utuh 100% |
Daftar Pustaka
Dep. PU Dirjen Cipta Karya. 2006. Buku Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Tahan Gempa. Departemen Pekerjaan Umum
Permen PUPR No.10/2014 tentang Pedoman Mitigasi Bencana Alam Bidang Perumahan dan Permukiman
Naja, D A & Mardiatno D. 2018. Analisis Kerentanan Fisik Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Tsunami Wilayah Parangtritis, Yogyakarta.
Putri, P M & Faimun. 2021. Studi Perancangan Bangunan Tahan Gempa dan Tsunami di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Teknik ITS. Vol. 10 (2). 131-137
Rahmanu, Y., Hadmoko D., & Marwasta D. 2021. Tingkat Kerentanan Fisik Bangunan terhadap Potensi Erupsi Gunungapi Kelud. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana. Vol 12 (1). 33-45