Akhir-akhir ini, Indonesia cukup sering dilanda bencana banjir. Menurut data BNPB, bencana banjir menjadi bencana dengan kejadian paling banyak antara rentang waktu Januari hingga Mei 2021. Tercatat ada 533 kejadian bencana banjir (GIS BNPB, 2021). Salah satu jenis bencana banjir yang paling berbahaya adalah banjir bandang. Pada awal tahun 2021, banjir bandang menerjang sejumlah wilayah di Indonesia hingga menyebabkan kerusakan infrastruktur dan menelan korban jiwa. Kasus terparah terjadi di Kota Banjarmasin, Kabupaten Halmahera Utara, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Bencana banjir bandang disebabkan oleh hujan deras yang terjadi secara terus-menerus dalam durasi yang cukup lama. Sebagai akibatnya, debit sungai membesar secara tiba-tiba melampaui kapasitas aliran sehingga air limpasan keluar alur sungai (Kementerian PU dan JICA, 2012). Banjir bandang terjadi dengan sangat cepat. Hanya dalam waktu kurang dari enam jam, banjir bandang dapat melanda daerah-daerah dengan permukaan lebih rendah dan menyapu lahan yang dilandanya dengan kecepatan aliran yang sangat besar. Daerah dengan topografi permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang sangat miring, tutupan vegetasi yang jarang, lapisan permukaan yang tererosi, permeabilitas dan infiltrasi lapisan bawah DAS yang rendah, serta lapisan permukaan lahan yang lapuk cenderung memiliki risiko bencana banjir bandang yang tinggi.
Apa saja sih tanda-tanda akan terjadinya bencana banjir bandang?
- Langit gelap atau awan hitam disertai guntur di bagian hulu sungai menandai adanya hujan badai.
- Meningkatnya kekeruhan air sungai di hilir secara mendadak.
- Suara gemuruh dari aliran air pertanda adanya bendungan (alam) yang jebol.
- Banyak ranting pepohonan dan sampah yang hanyut di sungai.
Lalu bagaimana upaya mitigasi bencana banjir bandang?
Menurut Kementerian PU dan JICA (2012), beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi ancaman dan akibat bencana bandang sistem antara lain sebagai berikut.
- Membuat peredam banjir pada alur deras untuk menangkap dan menyimpan sementara sebagian volume banjir (detention storage).
- Membuat embung-embung pada lokasi yang memungkinkan, misalnya dengan memanfaatkan galur-galur erosi (gullies) sebagai penambah besar volume.
- Mengurangi kecepatan aliran banjir bandang dengan memasang satu atau beberapa (satu seri) ground sills untuk mendatarkan kemiringan dasar.
Kerusakan lingkungan dan pembangunan yang tidak bertanggung jawab dapat memperparah dampak banjir bandang. Penebangan hutan secara liar dan tak terkendali, kebiasaan membuang sampah sembarangan terutama di DAS dan saluran air, serta pendirian bangunan dan permukiman di daerah resapan air meningkatkan risiko kerusakan yang diakibatkan oleh bencana banjir bandang. Dengan demikian, gerakan menghijaukan alam, menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, serta tidak membangun permukiman di pinggir sungai perlu digalakkan secara lebih massif agar kita dapat meminimalisir dampak bencana banjir bandang! (MVM)
Daftar pustaka:
- https://gis.bnpb.go.id/
- https://www.jica.go.jp/project/indonesian/indonesia/0800040/materials/pdf/outputs_15.pdf
- https://www.suara.com/tekno/2021/01/21/063653/apa-itu-banjir-bandang-penyebab-hingga-tanda-tandanya?page=all