Perkim.id – Kasus pertama wabah virus COVID-19 terdeteksi pada 31 Desember 2019 di Kota Wuhan, Cina. Wabah Virus Corona jenis baru yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan pernapasan ini telah menewaskan 157.970 orang di dunia hingga hari ini (21/4/2020)[i]. Sementara itu di tanah air, bencana wabah virus COVID-19 ini telah merenggut nyawa 590 orang warganya hanya dalam kurun waktu satu setengah bulan sejak dilaporkan secara resmi kasus pasien positif terpapar virus COVID-19 di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020[ii],[iii].

Keganasan dari pandemi virus COVID-19 ini sesungguhnya bukan hanya soal melayangnya nyawa ratusan ribu manusia, namun juga hantaman terhadap perekonomian global hingga menyebabkan kerugian yang luar biasa, bahkan kelumpuhan negara. Sektor ekonomi di berbagai belahan dunia terdampak kerugian akibat wabah virus COVID-19, mulai dari sektor produksi, pelayanan, perbankan, transportasi, hingga pariwisata[iv]. Tak hanya itu, kehancuran ekonomi lebih-lebih dirasakan oleh pedagang kecil dan pekerja harian yang menggantungkan hidupnya dari pendapatan harian. Di Cina sendiri, di negeri asal virus COVID-19, lebih dari 5 juta penduduknya telah kehilangan pekerjaan akibat wabah virus ini, meningkatkan angka pengangguran di Cina hingga 6,2%[v]. Negara dengan masyarakat tangguh pun, runtuh perlahan-lahan menghadapi hantaman virus COVID-19.

Pandemi virus COVID-19 di tanah air diperkirakan belum akan mereda sebelum bulan Mei atau Juni 2020[vi]. Jika keadaan ini terus berlanjut, masih mampukah rakyat kecil bertahan hidup dan tangguh menggerakkan roda ekonomi mereka? Pemerintah Indonesia memperkirakan kemungkinan terburuk akan ada sekitar 1,1 juta hingga 3,78 juta masyarakat miskin baru dan 2,9 juta sampai 5,2 juta pengangguran baru akibat pandemi ini[vii]. Untuk mengantisipasi prediksi tersebut agar tidak benar-benar terjadi, tentunya harus ada upaya pencegahan yang sungguh-sungguh agar wabah ini tidak semakin mencekik dan membunuh perenokomian rakyat. Kekuatan solidaritas warga perlu digerakkan untuk mendorong masyarakat tangguh terhadap Pandemi virus COVID-19 ini.

Hingga kini belum ada antivirus yang bisa melawan penyakit disebabkan oleh virus COVID-19 ini. Meski begitu, bukan berarti harapan untuk ‘menang’ menghadapi virus corona ini sirna. Tak sedikit pemangku kebijakan pusat dan daerah, maupun institusi yang sigap menerbitkan aturan-aturan baru, protokol, maupun sosialisasi bagi seluruh masyarakat, seperti kebijakan “work from home” atau bekerja dari rumah, sosialisasi “stay at home” atau tetaplah di rumah sebisa mungkin dan kurangi aktivitas tak perlu di luar rumah, aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) oleh Kementerian Kesehatan, hingga sosialisasi untuk menerapkan gaya hidup sehat dan bersih. Tak ketinggalan, komunitas masyarakat pun turut serta, saling bekerja sama, mendorong solidaritas, dan melakukan gerakan pencegahan untuk memutus rantai penularan virus COVID-19 ini di lingkungan permukiman mereka.

Menciptakan solidaritas bisa dimulai dari lingkungan yang paling kecil yakni permukiman. Jika ditinjau dari teorinya, permukiman terbentuk dari sistem sosial yang kompleks dan dinamis, serta dihuni oleh beragam warga dengan latar belakang yang berbeda dan memungkinkan warganya mengembangkan prinsip-prinsip keragaman, toleransi, dan kesetiakawanan[viii]. Menghadapi wabah virus corona ini laiknya berhadapan dengan kekuatan besar yang tak terlihat. Musuh yang tangguh ini hanya bisa dihadapi dengan pertahanan yang tangguh pula. Solidaritas dan kepedulian seluruh warga suatu permukiman terhadap lingkungannya merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan komunitas yang tahan dan tangguh terhadap bencana wabah COVID-19. Tolong menolong dan saling membantu warga yang menderita akibat wabah corona adalah bentuk penguatan moril maupun materiil[ix]. Wabah COVID-19 ini adalah tantangan bagi seluruh umat manusia, sehingga untuk mengalahkannya diperlukan semangat dan aksi solidaritas tanpa stigma dan diskriminasi, dan memastikan bahwa tidak ada seorang pun di masyarakat kita yang tertinggal[x]. Solidaritas inilah wujud upaya nyata, pembuktian tekad, dan pengumpulan kekuatan komunitas masyarakat yang tidak mau menyerah dan kalah menghadapi ancaman wabah virus COVID-19 ini. Lingkungan permukiman yang bersih dan didukung gerakan solidaritas yang tinggi akan menciptakan masyarakat yang tangguh akan COVID-19. Untuk itu janganlah menyerah. Mari tunjukkan solidaritas terhadap sesama dimulai dari lingkungan permukiman kita dan cegah penyebaran virus COVID-19 dengan tetap berdiam di rumah saja! (MVM/CARITRA)

 

 

Referensi:

[i] https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019

[ii] https://www.covid19.go.id/

[iii] https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/070400265/infografik–timeline-wabah-virus-corona

[iv]  https://www.csis.org/analysis/global-economic-impacts-covid-19

[v] https://www.cnbc.com/2020/03/16/china-economy-millions-lose-their-jobs-as-unemployment-spikes.html

[vi] https://www.sehatq.com/artikel/kapan-pandemi-virus-corona-akan-berakhir-cek-prediksi-ahli

[vii] https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/14/up-to-9-million-people-to-fall-into-poverty-unemployment-as-covid-19-hits-sri-mulyani.html

[viii] Setiawan, B., 2010. Kampung Kota dan Kota Kampung, Potret Tujuh Kampung di Kota Jogja. Pusat Studi Lingkungan Hidup, Universitas Gadjah Mada.

[ix] Lihat kisah solidaritas masyarakat  di Madiun (https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/14/covid-19-community-in-madiunbuilds-open-kitchen-to-help-affected-residents-avoid-hunger.html?utm_campaign=os&utm_source=mobile&utm_medium=ios ), Cimahi (https://limawaktu.id/news/guyub-untuk-memutus-penularan-covid-19-di-cimahi , https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4969874/kompaknya-warga-cimahi-bantu-tetangga-jalani-isolasi-mandiri-gegara-corona ), dan Jambi (https://jambi.tribunnews.com/2020/04/17/kisah-di-tungkal-ini-patut-dicontoh-tetangga-patungan-untuk-keluarga-pasien-05-tak-ada-yang-kerja ).

[x] https://www.thejakartapost.com/academia/2020/04/15/global-solidarity-to-fight-covid-19.html