Minat pada sektor properti dan perumahan rupanya menunjukan tren penurunan selama masa pandemi. Head of Research and Counsultancy Savills Indonesia, Anton Sitorus, menyampaikan bahwa secara keseluruhan dalam periode Maret-Mei 2020 penurunannya mencapai 20%-40% secara year on year. Totok Lusida, ketua Real Estate Indonesia (REI) menjelaskan upaya pemasaran sektor properti terkendala oleh adanya kebijakan pembatasan sosial. Calon pembeli tidak dapat melihat fisik rumah secara langsung sebagaimana lazim dilakukan calon pembeli sebelum menentukan rumah pilihannya. Terlebih selama pandemic, proses kontruksi rumah yang dilakukan oleh pengembang juga terhambat.
Dalam kondisi ini, sejumlah pengembang menilai bahwa saat ini menjadi momentum yang tepat bagi generasi milenial untuk membeli rumah. Adanya pembatasan sosial dirasa telah mengubah perilaku generasi milenial yang cenderung menggemari travelling untuk beralih ke kebiasaan baru yakni diam di rumah (stay at home). Dengan demikian, alokasi dana travelling bisa diinvestasikan ke sektor properti. Tak heran, di tengah pandemi ini, berbagai kalangan pengembang terus berupaya melakukan inovasi guna menarik calon konsumen dari generasi milenial.
Bagi orang-orang yang ingin membeli rumah, saat ini memang menjadi kesempatan yang bagus untuk mendapatkan rumah dengan harga yang terjangkau. Namun, kesempatan emas tersebut tidak dapat direalisasikan dengan mudah. Sekalipun harga rumah saat ini cenderung turun, kaum generasi milenial dihadapkan pada ancaman pemecatan kerja yang diakibatkan oleh sulitnya kondisi ekonomi saat ini. Apalagi, rata-rata generasi milenial tidak sanggup membayar cicilan rumah lebih dari 3 juta rupiah per bulan.
Namun demikian, Totok menilai bahwa peluang dengan target pasar generasi milenial masih terbilang besar. Generasi milenial dirasa masih memiliki potensi untuk membeli rumah saat ini. Memang sudah sejak lama kaum milenial dianggap menjadi target pasar yang menjanjikan bagi sektor properti. Potensi pasar ini berkembang secara pesat sebab kondisinya secara demografis juga besar. Thomas Go, CEO dari AKR Land Development, beranggapan sekalipun ada generasi milenial yang belum sanggup membeli rumah, dalam 3-5 tahun kemampuan mereka membeli untuk rumah nantinya akan meningkat. Adapun di Jakarta, 25% pembeli perumahan yang dibangun oleh AKR Land rupanya berasal dari kaum milenial. Tak hanya AKR Land, pengembang properti lainnya yakni Ciputra Group, rupanya juga mengejar kaum milenial sebagai target pasar mereka.
Pada tahun 2019, jumlah generasi milenial mencapai 30% dari penduduk Indonesia dan diperkirakan akan terus bertambah. Saat ini, generasi milenial ada pada tahap memulai memenuhi kebutuhan pokok yaitu hunian. Sekalipun generasi milenial menjadi target pasar yang menjanjikan ditinjau dari populasi dan pendapatan, tetapi tak dapat dipungkiri adanya perubahan gaya hidup (cenderung boros) pada generasi ini membuat sejumlah pengamat memprediksi akan ada banyak generasi milenial yang diprediksi sulit membeli rumah. Berangkat dari kondisi tersebut, pemenuhan kebutuhan rumah bagi generasi milenial menjadi salah satu urgensi pada sektor perumahan yang harus lebih diperhatikan. (ETA)
REFERENSI
“Property Developers, Banks Rush to Woo Millennial Homebuyers”. https://www.thejakartapost.com/news/2020/02/10/property-developers-banks-rush-to-woo-millennial-homebuyers.html. Diakses pada 30 Juni 2020
Rahman, Dzulfikar. “Millennials Fail to Benefit from Slower Rise in House Prices”. https://www.thejakartapost.com/news/2020/05/28/millennials-fail-to-benefit-from-slower-rise-in-house-prices.html. Diakses pada 30 Juni 2020
Rahayu, Arfyana Citra. “Duh, Pandemi Virus Corona Bikin Penjualan Properti Turun 20%-40%”. https://industri.kontan.co.id/news/duh-pandemi-virus-corona-bikin-penjualan-properti-turun-20-40. DIakses pada 30 Juni 2020
Nabila, Mutiara. “Kata Broker, Ini Saat yang Tepat bagi Milenial Membeli Rumah”. https://ekonomi.bisnis.com/read/20200630/47/1259608/kata-broker-ini-saat-yang-tepat-bagi-milenial-membeli-rumah. Diakses pada 30 Juni 2020