Kerusakan rumah merupakan salah satu dampak yang paling besar ketika bencana terjadi. Data BNPB menunjukkan, pada tahun 2022, total kerusakan rumah akibat bencana mencapai lebih dari 95 ribu (BNPB, 2022). Dalam penanganan bencana, penilaian kerusakan menjadi hal yang penting dilakukan. Pada kondisi di luar bencana, kita pun perlu mengenali kerusakan pada rumah, sehingga dapat melakukan perbaikan dengan tepat dan cepat. Lalu, apa saja yang diperlukan untuk mengidentifikasi kerusakan rumah?
Klasifikasi kerusakan rumah
Secara umum, terdapat tiga kelas kerusakan rumah yang biasa digunakan, yaitu “rusak ringan”, “rusak sedang”, dan “rusak berat”. Salah satu pedoman yang digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan rumah adalah Buku Tata Cara Identifikasi dan Verifikasi Kerusakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tahun 2021. Penjelasan dari setiap kelas kerusakan adalah sebagai berikut.
Rumah disebut “rusak ringan” jika kerusakannya terjadi pada komponen non-struktural, seperti material penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi. Rumah dengan kerusakan ringan masih aman untuk ditinggali, dan tidak memerlukan perbaikan dengan segera.
Rumah disebut “rusak sedang” jika kerusakannya lebih besar daripada rusak ringan, dan terjadi pada sebagian komponen struktural ataupun non-struktural. Rumah dengan kerusakan sedang masih aman untuk ditinggali, namun lebih baik untuk segera diperbaiki. Perbaikan segera diperlukan untuk mencegah perluasan kerusakan ke komponen struktural.
Rumah disebut “rusak berat” jika kerusakannya terjadi pada sebagian besar komponen bangunan. Secara kasat mata, rumah yang rusak berat berbahaya untuk ditinggali. Rumah rusak berat memerlukan perbaikan secara menyeluruh.
Identifikasi kerusakan rumah
Tingkat kerusakan rumah dapat ditentukan dengan melihat komponen struktural dan non-struktural. Komponen struktural berupa pondasi, kolom, dan balok. Komponen non-struktural berupa dinding, atap, dan lantai.
Untuk mengidentifikasi kerusakan rumah, langkah pertama adalah dengan mengamati kerusakan secara visual kepada komponen-komponen bangunan. Dari pengamatan, dapat ditentukan apakah bangunan terindikasi membahayakan keselamatan atau tidak. Jika dirasa membahayakan, maka secara otomatis bangunan tersebut dinyatakan “rusak berat”. Namun jika tidak, maka pengukuran lebih lanjut perlu dilakukan.
Rumah rusak ringan dapat diidentifikasi dari pengamatan terhadap komponen-komponen non-strukturalnya. Beberapa contoh kerusakan ringan pada rumah adalah retak rambut pada tembok, retak atau remuk sebagian pada penutup lantai, perubahan warna pada plafon, dan retak sebagian pada atap.
Rumah rusak sedang dapat diidentifikasi dengan melihat komponen struktural maupun non-strukturalnya. Kerusakan pada komponen yang dapat diamati adalah retakan pada kolom, retak pada pondasi, retakan besar pada dinding, dan kerusakan pada plafon.
Kerusakan berat pada rumah dapat terlihat secara kasat mata. Rumah yang rusak berat akan membahayakan keselamatan penghuni yang tinggal di dalamnya. Tanda-tanda rumah rusak berat dapat diketahui dari retakan besar pada dinding (biasanya lebih dari 2-3 mm), kemiringan yang terjadi pada bangunan, retakan besar pada balok, dan runtuhnya struktur atap.
Kerusakan berat banyak disebabkan oleh kesalahan dalam proses konstruksi, seperti kualitas material yang buruk, metode konstruksi yang tidak tepat, dan penggunaan sistem struktur yang tidak sesuai dengan daya dukung dan fungsi bangunan. Selain karena proses konstruksi, kerusakan berat juga disebabkan oleh proses pascakonstruksi. Adanya kerusakan-kerusakan kecil yang terus dibiarkan akan terakumulasi menjadi kerusakan besar yang merusak komponen struktural. Misalnya, kebocoran pada atap yang dibiarkan akan meningkatkan kemungkinan proses pelapukan kayu yang digunakan sebagai konstruksi. Kayu yang lapuk akan menyebabkan atap bangunan runtuh dalam waktu dua atau tiga tahun.
Kerusakan berat membutuhkan biaya perbaikan yang besar. Kerusakan struktur memiliki cara perbaikan yang lebih rumit. Contohnya perbaikan pada struktur di bawah dinding. Perbaikan pada struktur di bawah tanah semacam itu, jika tidak memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan, akan membuat bangunan menjadi runtuh. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan ahli dalam perbaikan kerusakan kelas berat. Tenaga ahli atau profesional akan menjalankan perbaikan dengan baik dan efektif, sehingga kerusakan tidak meluas dan tidak berbahaya bagi penghuninya.
Identifikasi kerusakan rumah diperlukan untuk memonitor kelayakan dari hunian kita secara berkala. Perincian dari cara penilaian kerusakan rumah dapat dilihat pada Buku Tata Cara Identifikasi dan Verifikasi Kerusakan, yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR. Rumah yang baik adalah rumah yang dapat melindungi dan memberikan rasa nyaman bagi penghuninya. Dengan mengetahui komponen-komponen rumah yang rusak, kita bisa melakukan perbaikan dengan tepat. Kerusakan ringan perlu cepat diperbaiki untuk mencegah perluasan kerusakan, dan menghindari biaya perbaikan yang lebih besar. (UW/PI)
Referensi
BNPB, 2022. Infografis Bencana Tahun 2022. Diakses dari: https://www.bnpb.go.id/infografis/infografis-bencana-tahun-2022 .
Kementerian PUPR, 2020. Tata Cara Identifikasi dan Verifikasi Kerusakan. Jakarta.
Merdeka.com, 2014. Anggota DPRD DKI Was-Was Lantai dan Plafon Gedung Dewan Rusak. Diakses dari https://www.merdeka.com/jakarta/anggota-dprd-dki-was-was-lantai-dan-plafon-gedung-dewan-rusak.html pada 29 Januari 2024.
MitraRenov, 2021. Atap Sudah Diperbaiki Tapi Tetap Bocor? Periksa 5 Penyebabnya. Diakses dari https://www.mitrarenov.com/berita/atap-sudah-diperbaiki-tapi-tetap-bocor-periksa-5-penyebabnya pada 29 Januari 2024.