Apa yang terbayang ketika menyebut area Tempat Pembuangan Akhir (TPA)? Kebanyakan orang akan membayangkan sebuah tempat penuh gunungan sampah yang mengeluarkan aroma tak sedap. Namun kondisi berbeda akan ditemui ketika memasuki area TPA komunal Puuwatu di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, bayangan sebuah tempat kumuh nan bau tidak terbukti. Meski truk-truk pengangkut sampah membawa ratusan kubik sampah rumah tangga dari seluruh wilayah Kota Kendari setiap harinya, tetapi area TPA komunal Puuwatu masih terlalu luas untuk kebanjiran sampah. Apalagi begitu sampah turun dari truk, sudah banyak orang yang datang memilah sampah. Pemulung memilah sampah plastik, botol dan besi untuk diambil dan kemudian ditimbang untuk dijual kembali. Sedangkan sampah-sampah organik berupa sisa makanan rumah tangga dan daun-daunan diproses kembali untuk diubah menjadi gas metana. Pemanfaatan gas metana dari sampah organik sebagai bahan bakar alternatif untuk listrik dan juga bahan bakar pengganti gas elpiji yang digunakan untuk memasak. Gas metana merupakan komponen utama dari biogas. Gas ini dapat menghasilkan energi yang cukup besar karena satu meter kubik gas metana setara dengan energi yang dihasilkan 0,48 kilogram gas elpiji. Upaya terobosan yang dilakukan Dinas Kebersihan Kota Kendari untuk mengubah sampah organik menjadi energi alternatif patut dicontoh dan dikembangkan oleh banyak pihak.
Pemanfaatan energi alternatif yang berasal dari gas metana setidaknya sudah mulai berjalan baik di lingkungan TPA komunal Puuwatu. Lampu-lampu penerangan jalan serta kebutuhan listrik untuk kantor pengelola TPA komunal sepenuhnya menggunakan energi dari gas metana yang dialirkan melalui pipa-pipa. Dalam area seluas kurang lebih 13 hektar itu terdapat juga rumah-rumah keluarga pemulung yang hidupnya bergantung dari sampah. Sekitar 50 KK yang hidup di area tersebut telah memanfaatkan energi gas metana untuk memasak dan kebutuhan listrik. Semuanya gratis disediakan dan mereka tak lagi harus mengeluarkan biaya untuk membeli minyak tanah dan berlangganan listrik. Dinas Kebersihan Kota Kendari menyampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan gas metana bisa berkembang pemanfaatannya. Jika saat ini di seputaran area TPA komunal Puuwatu masih mengandalkan pipa-pipa untuk menyalurkan gas, bukan tidak mungkin di kemudian hari, gas tersebut bisa ditampung dalam kemasan tabung untuk lebih memudahkan masyarakat luas memanfaatkannya. Kemudian tentang pemanfaatan sebagai energi listrik, saat ini di TPA komunal Puuwatu gas metana disalurkan ke sebuah genset yang dimodifikasi. Jadi gas tersebut menggantikan solar yang biasanya menjadi bahan bakar genset. Tentu saja perlu dipikirkan sebuah terobosan untuk membuat semacam pembangkit listrik yang menghasilkan tenaga besar sehingga lebih banyak listrik yang dihasilkan dan lebih luas jangkauannya. Dinas Kebersihan Kota Kendari juga telah menguji coba pemanfaatan gas metana ini untuk bahan bakar kendaraan dan berhasil dikembangkan. Masyarakat sangat diuntungkan dengan keberadaan sampah yang bisa ‘nyetrum’ ini, semoga bisa ditiru oleh kota-kota lain yang masih berkutat dengan permasalahan sampah.
Sumber: green.kompasiana.com