Kampung Nelayan Kuta adalah salah satu desa yang terletak di Mandalika, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kampung Nelayan Kuta terkenal dengan keindahan alamnya yaitu pantai dan laut yang cantik karena wilayahnya berada tepat menghadap ke Samudra Hindia. Adanya potensi tersebut, menjadikan Kampung Nelayan Kuta termasuk ke dalam sepuluh Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) untuk mendukung destinasi pariwisata unggulan Mandalika di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Salah satu wisata yang terletak di Kampung Nelayan Kuta adalah wisata Pantai Kuta Mandalika. Pantai Kuta Mandalika memiliki ombak yang besar sehingga sering digunakan oleh wisatawan sebagai tempat untuk berselancar maupun snorkeling. Kampung Nelayan Kuta juga memiliki potensi yang sangat besar berdasarkan lokasinya yang strategis, yaitu dekat dengan Bandara Internasional Lombok. Potensi lainnya terletak pada budaya masyarakat yang dominan bermata pencaharian sebagai nelayan, bentang laut yang indah, serta masih dilestarikannya Adat Bau Nyale.
Sebagai bagian dari kawasan ekonomi khusus Mandalika dalam pembangunan pariwisata, keberadaan pemukiman Kampung Nelayan Kuta harus terintegrasi dengan rencana pengembangan kawasan wisata secara luas. Lalu bagaimana kondisi permukiman di Kampung Nelayan Kuta ?
Kondisi Kampung Nelayan Kuta berkembang semakin padat karena pertumbuhan penduduk dan urbanisasi. Hal tersebut menyebabkan kepadatan antar bangunan tinggi dan jarak antar bangunan rapat, sehingga memberikan kesan kumuh, tidak teratur, dan kotor. Pesatnya pertambahan penduduk juga menyebabkan meningkatnya jumlah rumah yang berada pada kawasan ilegal. Perkembangan hunian cenderung menempati ruang-ruang di atas air yang merupakan lahan terbuka pesisir.
Selain itu, sarana prasarana yang ada di Kampung Nelayan Kuta masih belum berkembang secara maksimal. Kondisi jalan lingkungan masih banyak yang belum memenuhi standar lebar jalan, serta belum mengalami perkerasan sehingga menyebabkan genangan air pada saat musim hujan. Di samping itu, jalan lingkungan yang seharusnya menjadi penghubung antara kawasan internal terhambat karena banyaknya jalan buntu atau jalan yang tidak tersambung antara satu kawasan dengan yang lain.
Kondisi prasarana lain seperti drainase lingkungan, pengolahan air limbah, dan pengelolaan sampah juga masih belum terpenuhi. Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan serta pengelolaan air limbah khususnya kloset belum tersambung dengan tangki septic. Kesadaran lingkungan masyarakat Kampung Nelayan Kuta yang masih rendah, terlihat dari tidak adanya sistem pengelolaan sampah seperti tempat sampah dan TPS sehingga masyarakat cenderung membuang sampah secara sembarang di tempat terbuka.
Permukiman kampung nelayan juga rawan terhadap bencana alam seperti abrasi dan air pasang. Lokasi hunian yang sangat dekat dengan laut menyebabkan ketika air pasang sering terjadi luapan air di dalam hunian nelayan.
Sejak tahun 2017, penataan yang dilakukan di Kampung Nelayan Kuta oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya adalah membangun landmark Kampung Nelayan Kuta dengan desain patung peselancar sebagai area wisata yang baik untuk berselancar. Selain itu, akses 6 ruas jalan lingkungan, pedestrian, dan saluran drainase juga dibenahi sehingga memperlancar konektivitas ke lokasi wisata.
Gambar 2. Ilustrasi tampak rumah terkait program sarana hunian pariwisata Sumber gambar : ANTARA/Dokumentasi Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR
Pada pertengahan tahun 2020, Pemerintah NTB meluncurkan Program Sarhunta (Sarana Hunian Pariwisata) yang merupakan bantuan untuk masyarakat miskin yang tinggal di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Program Sarhunta merupakan program bantuan stimulan perumahan swadaya untuk 500 unit rumah tidak layak huni yang ada di Lombok agar bisa menjadi homestay. Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan dan Pemerintah NTB juga memberikan stimulan melalui sosialisasi agar masyarakat mendapatkan pengetahuan cara mengelola homestay dan apa saja pelayanan yang dibutuhkan oleh pengunjung atau wisatawan. Masyarakat penerima bantuan program ini akan dibantu oleh tiga tenaga ahli yakni pemberdayaan, sipil, dan arsitektur.
Pada tahun 2021, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan telah menyelesaikan pembangunan sebanyak 300 unit rumah melalui Program Sarhunta. Rumah-rumah masyarakat yang dulunya tidak layak huni, berubah menjadi lebih rapi, nyaman, dan dapat digunakan sebagai tempat penginapan para wisatawan. Melalui Program Sarhunta ini, permasalahan permukiman di Kampung Nelayan Kuta secara bertahap dapat diatasi. (MY)
Sumber :
Kustiani, R. Ada Sarhunta di NTB, Bisa Jadi Rumah Tinggal Bisa Jadi Homestay. Diakses melalui https://travel.tempo.co/read/1359846/ada-sarhunta-di-ntb-bisa-jadi-rumah-tinggal-bisa-jadi-homestay
Pengarusutamaan Gender – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUG-PUPR). 2018. Kementerian PUPR Lakukan Penataan Kawasan di Desa Kuta dan Gerupuk, KSPN Mandalika. Diakses melalui https://pug-pupr.pu.go.id/home/headline/77/kementerian-pupr-lakukan-penataan-kawasan-di-desa-kuta-dan-gerupuk-kspn-mandalika.
PUPR. 2021. Bangun Sarhunta, Kementerian PUPR Lengkapi Fasilitas Penginapan Di Sekitar Sirkuit Mandalika. Diakses melalui https://perumahan.pu.go.id/news/bangun-sarhunta-kementerian-pupr-lengkapi-fasilitas-penginapan-di-sekitar-sirkuit-mandalika.
Rahman, M. R. 2020. Kementerian PUPR ajak warga dukung program sarhunta di NTB. Diakses melalui https://www.antaranews.com/berita/1583258/kementerian-pupr-ajak-warga-dukung-program-sarhunta-di-ntb.
Saptaningtyas, R. S., Hilyana, S., Utomo, P. K., & Hadi, A. P. (2018). Penataan Permukiman Pesisir Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Di Provinsi NTB. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 1, 1691-1699.
Yasa, Agne. 2020. “Pembangunan Infrastruktur di 5 KSPN Tetap Berjalan”. Diakses melalui https://ekonomi.bisnis.com/read/20200630/45/1259582/pembangunan-infrastruktur-di-5-kspn-tetap-berjalan.