Bencana adalah fenomena yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Setiap wilayah pasti memiliki tantangan kebencanaannya masing-masing. Pada kawasan pesisir misalnya, ancaman kebencanaan datang dari aspek fisik alamnya. Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim dan membawa efek domino di kawasan pesisir, seperti anomali cuaca, naiknya permukaan air laut, hingga bencana banjir rob musiman. Bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir rawan bencana, mereka memiliki dua pilihan antara pindah atau bertahan. Namun, seringkali masyarakat tidak bisa memilih karena kondisi perekonomiannya. Mereka akan kehilangan pekerjaan jika pindah, dan tidak memiliki cukup sumberdaya untuk memulai hidup di lokasi baru yang lebih aman. Untuk itu, ketangguhan diperlukan sebagai salah satu kunci bertahan hidup pada kawasan rawan bencana.

Resilience atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan ketangguhan, merupakan ukuran kemampuan untuk mengantisipasi, mengatasi dan melakukan pemulihan dari gangguan, baik berupa guncangan atau tekanan. Kota Semarang, Jawa Tengah memiliki cerita yang menginspirasi berkaitan dengan upaya membangun ketangguhan. Kota ini merupakan salah satu kota pesisir yang juga tak luput dari ancaman perubahan iklim. Perbedaan Kota Semarang dengan kawasan pesisir lainnya adalah komitmen dan kesungguhan kota untuk membangun ketangguhan fisik dan masyarakat terhadap bencana. Pada tahun 2013, Kota Semarang menjadi salah satu dari 33 kota pertama yang berkesempatan untuk bergabung dalam jaringan 100 kota tangguh dunia (program yang diinisiasi Rockefeller Foundation).

Sumber: https://daerah.sindonews.com/berita/1248312/22/8-negara-asean-belajar-kota-tangguh-di-semarang

Perjalanan menuju kesempatan besar tersebut tentunya tidak mudah. Kota Semarang sadar bahwa membangun ketangguhan kawasan adalah upaya kerja sama antara pemerintah dan semua lapisan masyarakat sebagai suatu sistem. Kesadaran tersebut diwujudkan melalui terbukanya kesempatan untuk berpartisipasi bagi semua masyarakat. Pemkot Semarang mengawali perjalanan ketangguhan kawasannya melalui upaya membangun kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.

 

Lalu, Bagaimana kepercayaan masyarakat dapat berkaitan dengan ketangguhan kawasan? 

Low hanging fruit begitu istilah yang digunakan Ibu Wiwandari+ guna menggambarkan pendekatan yang digunakan Kota Semarang dalam membangun kepercayaan rakyatnya. Perwujudan pendekatan tersebut diantaranya melalui program kecil namun hasilnya nampak secara fisik dan kecepatan respon pemerintah terhadap keluhan serta permasalahan masyarakat. Pemerintah berpandangan bahwa salah satu cara membangun kepercayaan rakyat adalah dengan selalu mendengarkan rakyat, menyelesaikan masalah mereka, dan mewujudkan kebutuhan rakyat. Dengan kepercayaan yang telah terbangun, rakyat akan lebih mudah untuk diajak berpartisipasi dalam merealisasikan program pemerintah.

Sebagai salah satu kota dalam jaringan 100 kota tangguh dunia, Kota Semarang memiliki banyak privilege dalam mengembangkan ketangguhan kotanya. Hak istimewa tersebut berupa kesempatan kemitraan yang terbuka lebar, dukungan pendanaan dari organisasi dunia, hingga dukungan dalam pembuatan rencana ketahanan kawasan. Disamping banyaknya kemudahan yang diterima, Kota Semarang juga memiliki strategi efisiensi anggaran yakni dengan mengkombinasikan secara beriringan pembangunan struktural dan non struktural. Dimana layanan infrastruktur yang baik tetap terus dilakukan secara bertahap, dan dibarengi dengan membangun kesiapan warga. Strategi ini sekaligus merupakan strategi mitigasi yang baik, pasalnya dengan adanya kesiapan warga, ketika bencana terjadi masyarakat tahu apa peran mereka dan apa yang harus mereka lakukan.

Kota Semarang dapat menjadi salah satu kota yang memberikan pembelajaran dalam membangun ketangguhan kawasan. Dimulai dari membangun kepercayaan masyarakat, berkomitmen penuh dalam pelayanan, mengikutkan masyarakat dalam pembangunan, hingga mampu menjadi bagian dari jaringan 100 kota tangguh dunia adalah serangkaian jalan dari perwujudan ketangguhan di Kota Semarang. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk membangun kesiapan infrastruktur dibarengi dengan kesiapan warganya, sehingga dampak negatif bencana dapat diminimalkan. (IA)