Pada tahun 2022, Pemerintah Kota Surakarta memulai penataan kawasan koridor pedestrian yang dimulai sejak Juni dengan biaya Rp31,6 miliar. Meskipun beberapa trotoar telah diperbaiki, masih ada masalah yang mengganggu kenyamanan pejalan kaki, seperti parkir liar dan penggunaan trotoar sebagai tempat berjualan oleh Pedagang Kaki Lima (PKL). Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang mencapai 5.541.700 orang di tahun 2023, naik signifikan dari 2,5 juta orang pada tahun sebelumnya, trotoar yang ramah pejalan kaki menjadi bagian penting dari wajah perkotaan. Kota Surakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan penataan yang baik dan ramah bagi pejalan kaki. Namun, pertanyaannya adalah, apakah ini sudah cukup, atau masih ada ruang untuk perbaikan lebih lanjut? Mari kita simak dalam paragraf selanjutnya.
Kota Surakarta telah melakukan penataan ulang trotoar di beberapa ruas jalan, seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan Adi Sumarmo, Jalan Letjen Suprapto, Jalan RE Martadinata, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Brigjend Sudiarto, dll. Hal ini untuk menciptakan kota yang lebih nyaman bagi pejalan kaki dan wisatawan. Trotoar di kawasan strategis ini dilengkapi dengan ornamen-ornamen pada paving block, bollard dengan motif-motof batik, patung budaya Jawa, lampu dengan ornamen yang unik, serta dirancang cukup lebar untuk menampung aliran pejalan kaki yang ramai, terutama di dekat pusat perbelanjaan atau wisata.
Pemerintah Kota Surakarta juga berupaya menyediakan trotoar yang ramah disabilitas dengan menambahkan jalur pemandu (guiding block) untuk tunanetra. Namun, tidak semua trotoar dilengkapi fasilitas ini secara merata; beberapa ruas masih kekurangan jalur pemandu yang lengkap atau terputus di tengah jalan.
Kenyamanan pejalan kaki di Kota Surakarta masih menghadapi tantangan, seperti gangguan dari parkir liar dan kendaraan. Penerangan di malam hari juga menjadi masalah di beberapa titik. Beberapa lokasi trotoar masih digunakan oleh PKL untuk berjualan, memaksa pejalan kaki turun ke badan jalan, yang meningkatkan risiko kecelakaan. Keberadaan trotoar sering kali “dikalahkan” oleh kendaraan pribadi, di mana parkir liar di atas trotoar menjadi pemandangan umum.
Meskipun upaya perbaikan trotoar terus dilakukan, tantangan utama adalah penanganan tegas terhadap parkir liar dan kualitas material yang digunakan untuk perbaikan. Banyak trotoar yang telah diperbaiki ternyata cepat rusak, memerlukan perbaikan ulang. Selain itu, keberadaan PKL sering berbenturan dengan kepentingan trotoar, dan upaya relokasi PKL sering tidak berjalan mulus karena keterbatasan lahan di Kota Surakarta dan kebutuhan ekonomi para pedagang.
Pemerintah Kota Surakarta memiliki beberapa program untuk mengatasi masalah ini, seperti program revitalisasi trotoar untuk membuatnya lebih lebar, nyaman, dan ramah disabilitas. Namun, semua upaya ini tidak akan efektif tanpa partisipasi aktif dari warga. Kesadaran masyarakat dan wisatawan untuk menggunakan trotoar dengan benar, menjaga kebersihan, dan menghargai hak pejalan kaki menjadi kunci keberhasilan revitalisasi ini.
Trotoar yang layak bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai warga Kota Surakarta. Dengan menjaga fasilitas ini, bukan tidak mungkin Kota Surakarta bisa menjadi contoh kota dengan trotoar terbaik di Indonesia. Mari kita jadikan Kota Surakarta sebagai kota yang ramah pejalan kaki, karena kota yang baik adalah kota yang memberikan ruang gerak bagi semua, termasuk pejalan kaki! (HPS)
Sumber:
Website Pemerintah Kota Surakarta
https://solopos.espos.id/perbaikan-trotoar-pemugaran-trotoar-di-7-titik-telan-rp4-miliar-44250z