Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan ekonomi menjadi faktor utama yang menyebabkan semakin meluasnya permukiman kumuh di perkotaan. Persentase Rumah Tangga (RT) kumuh pada tahun 2018 mencapai 7,45%. Persentase tersebut meningkat menjadi 13,86% pada tahun 2019. Namun, pada tahun 2020 persentase RT kumuh mengalami sedikit penurunan menjadi 8,34% (Kusnandar, 2022). Dalam situasi ini, keluarga yang tinggal di kawasan kumuh harus menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Adakah harapan bagi mereka untuk meningkatkan kualitas lingkungannya?
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh keluarga di kawasan kumuh adalah bagaimana meningkatkan kulitas hidup dengan memperhatikan lingkungan yang bersih dan sehat. Bangunan pada permukiman kumuh kebanyakan dalam kondisi yang padat dengan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memadai (Bahfein,2022). Kondisi ini mengakibatkan banyak keluarga harus tinggal dalam rumah yang sempit dan kurang memiliki sirkulasi udara yang baik.
Selain itu, masalah sanitasi dan saluran air juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga di kawasan kumuh. Kawasan tersebut seringkali tidak memiliki sistem sanitasi yang memadai. Akibatnya, keluarga di sana seringkali hidup dengan kondisi lingkungan yang kotor dan berbau tak sedap. Air yang menggenang juga seringkali menjadi sarang penyakit dan membuat lingkungan menjadi tidak sehat (Laily, 2022).
Melihat permasalahan yang ada, keluarga di kawasan kumuh memang memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan upaya memperbaiki kondisi lingkungan di sekitar mereka. Contohnya seperti di Kelurahan Suryatmajan, Yogyakarta dimana mereka melakukan berbagai upaya seperti memperbaiki jalan inspeksi antara sungai dan permukiman, merehabilitasi rumah, membuat saluran air hujan, saluran dan pengolahan limbah, pagar dan tanggul sungai, dan sebagainya. Dengan upaya tersebut, rumah-rumah mereka kini memilik kondisi lingkungan yang nyaman untuk ditinggali (Nurbayyanti,2021)
Meskipun dihadapkan dengan banyak kesulitan dan keterbatasan, namun berbagai upaya adaptasi dapat dilakukan oleh keluarga di kawasan kumuh untuk memperbaiki kondisi lingkungan mereka. Harapannya, upaya tersebut dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman untuk ditinggali. Semua itu dilakukan agar generasi saat ini dan yang akan datang dapat menikmati lingkungan yang lebih baik dan berkelanjutan (ASA/SA).
Sumber :
Bahfein. 2022 “Apakah Rumah yang Anda Tempati Masuk Kawasan Kumuh? Cek di Sini” dalam https://www.kompas.com/properti/read/2022/05/18/123000821/apakah-rumah-yang-anda-tempati-masuk-kawasan-kumuh-cek-di-sini Di akses pada tanggal 18 Mei 2023
BPS. 2019. “Persentase Rumah Tangga Kumuh Perkotaan (40% Ke Bawah) Menurut Provinsi (Persen) 2017-2019” dalam https://www.bps.go.id/indicator/23/1561/1/persentase-rumah-tangga-kumuh-perkotaan-40-ke-bawah-menurut-provinsi.html. Diakses pada tanggal 19 Mei 2023
Laily. 2022. “Pentingnya Air Bersih dan Sanitasi Wilayah Kumuh (Slum Area) Surabaya” dalam https://kumparan.com/alfianinurlaily/pentingnya-air-bersih-dan-sanitasi-wilayah-kumuh-slum-area-surabaya-1zMvSbre5FL/4. Di akses pada tanggal 18 Mei 2023
Nurbayyanti.2021 “Riset: ini dua cara mengubah pemukiman kumuh menjadi layak huni di Yogyakarta” dalam https://theconversation.com/riset-ini-dua-cara-mengubah-pemukiman-kumuh-menjadi-layak-huni-di-yogyakarta-160535. Di akses pada tanggal 19 Mei 2023
Kusnandar.2022 “Rumah Tangga Kumuh Perdesaan Berkurang Lebih Cepat Dibanding Perkotaan” dalam https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/19/rumah-tangga-kumuh-perdesaan-berkurang-lebih-cepat-dibanding-perkotaan. Di akses pada tanggal 19 Mei 2023