Terletak hanya sekitar satu kilometer dari Istana Negara, Kelurahan Tanah Tinggi di Kota Jakarta Pusat menyimpan realitas kehidupan yang mungkin tak terduga. Berdasarkan data BPS DKI Jakarta tahun 2022, wilayah ini dihuni oleh sekitar 45.892 orang yang tinggal di area padat seluas 0,62 km². Dengan jumlah penduduk tinggi di ruang terbatas, banyak keluarga di Kelurahan Tanah Tinggi menghadapi keterbatasan ruang tinggal yang parah. Rumah-rumah sempit di kawasan ini sering kali ditempati oleh beberapa keluarga sekaligus, sehingga mereka harus tidur bergantian karena terbatasnya tempat tidur dan ruangan.

 

Situasi semakin memprihatinkan terutama di RW 12, salah satu wilayah terpadat di Kelurahan Tanah Tinggi, di mana terdapat rumah-rumah berukuran hanya 2×3 meter. Di wilayah ini, satu rumah bisa dihuni hingga empat kepala keluarga, sehingga mereka terpaksa mengatur waktu tidur secara bergiliran. Banyak dari rumah-rumah ini termasuk kategori rumah tidak layak huni, tanpa pencahayaan alami yang memadai dan kondisi ruang yang sangat terbatas.

 

Selain keterbatasan ruang, Kelurahan Tanah Tinggi juga menghadapi masalah lingkungan serius, seperti kebersihan yang kurang terjaga akibat sampah. Kesadaran warga terhadap kebersihan lingkungan masih rendah, dan sebagian dari mereka kerap membuang sampah sembarangan, sehingga sampah menumpuk di rumah kosong dan area terbengkalai. Kondisi ini diperburuk oleh kurangnya fasilitas pengelolaan sampah, yang menyebabkan tumpukan sampah semakin mengganggu, terutama bagi warga yang tinggal di dekat area tersebut.

 

Kelurahan Tanah Tinggi memang menyimpan beragam cerita yang tak pernah habis dibahas, mulai dari penyalahgunaan narkoba, rumah-rumah tanpa septic tank, hingga tawuran antarwarga. Fenomena tawuran antarkelompok menjadi salah satu masalah yang mencolok, terutama melibatkan pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetap, pelajar, dan putus sekolah. Kurangnya lapangan pekerjaan dan fasilitas kegiatan produktif bagi anak muda dianggap sebagai penyebab utama dari konflik ini. Beberapa perusahaan bahkan mem-blacklist wilayah ini karena tingkat kriminalitas yang tinggi, sehingga semakin banyak pemuda yang mencari pelampiasan di jalanan, dan sering kali berujung pada bentrokan.

 

Namun, di tengah segala tantangan tersebut, Kelurahan Tanah Tinggi tetap memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik. Organisasi masyarakat, pemerintah, dan LSM telah menginisiasi program pemberdayaan dan pelatihan keterampilan untuk membuka peluang ekonomi baru bagi warga, terutama para pemuda. Beberapa inisiatif seperti pelatihan operator komputer, pengolahan hasil pertanian, program perbaikan rumah, dan konsolidasi tanah vertikal oleh pemerintah diharapkan dapat mengubah wajah Kelurahan Tanah Tinggi. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya perhatian pada kawasan padat penduduk di pusat kota, tepat di bawah bayang-bayang kemegahan Istana Negara. Mari bersama-sama mendukung perubahan positif bagi Kelurahan Tanah Tinggi dan menjadikannya kawasan yang lebih layak huni bagi setiap warganya. (HPS)

 

Sumber:

BPS, Kecamatan Johar Baru Dalam Angka 2024

https://www.suara.com/news/2023/09/16/000500/kisah-tawuran-di-johar-baru-ketua-rt-berawal-dari-ledek-ledekan-bocah-hingga-orang-dewasa-ikutan

https://www.beritajakarta.id/read/140545/10-warga-tanah-tinggi-ikut-pelatihan-operator-komputer

https://m.beritajakarta.id/read/61308/30-warga-tanah-tinggi-ikut-pelatihan-pengolahan-hasil-pertanian

https://pusat.jakarta.go.id/news/2024/program-perbaikan-rumah-dan-konsolidasi-tanah-vertikal-di-tanah-tinggi-diresmikan

https://megapolitan.kompas.com/read/2023/09/21/14071561/tawuran-kembali-pecah-di-johar-baru-remaja-bawa-sajam-hingga-bom-molotov

https://www.youtube.com/watch?v=M0sehW6ft8M&t=75s

Sujawro; Solikha, A. (2019). Fenomena Tawuran Antar Warga : (Studi Kasus Di Kramat Pulo Gundul Johar Baru Jakarta Pusat). Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 18(2), 225–241. Retrieved from http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmb/article/view/11802