Permukiman padat di kota-kota besar masih menghadapi tantangan serius dalam hal sanitasi, ventilasi, dan kualitas bangunan. Kondisi ini berdampak langsung terhadap penyebaran penyakit menular, gangguan pernapasan, serta menurunnya kualitas hidup masyarakat. Data Kementerian Kesehatan (2023) menunjukkan bahwa 42% kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di daerah perkotaan berkaitan dengan kualitas hunian yang buruk, termasuk ventilasi yang tidak memadai dan kelembapan tinggi.
Permukiman padat memilik tantangan tersendiri terhadap kesehatan masyarakat sekitar, banyak kawasan permukiman yang berkembang secara organik tanpa perencanaan matang, menyebabkan lingkungan yang kurang layak huni. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2023), sekitar 30% penduduk perkotaan di Indonesia tinggal di hunian yang tidak memenuhi standar rumah sehat. Beberapa masalah utama yang sering ditemukan antara lain:
- Ventilasi buruk, yang meningkatkan risiko penyakit pernapasan akibat udara lembap dan minimnya sirkulasi udara.
- Sanitasi tidak memadai, dengan lebih dari 25% rumah tangga di kawasan padat penduduk masih menggunakan sistem pembuangan air limbah yang tidak memenuhi standar kesehatan.
- Kepadatan hunian tinggi, yang mengakibatkan terbatasnya ruang gerak serta meningkatnya stres dan gangguan psikososial bagi penghuninya.
Konsep rumah sehat, seperti yang diuraikan dalam buku Klinik Rumah Sehat karya Dr. Ir. Mahditia Paramita, M.Sc., dapat menjadi solusi konkret dalam meningkatkan kualitas hunian di daerah padat penduduk. Pendekatan ini menggabungkan arsitektur, teknik sipil, dan kesehatan lingkungan untuk menciptakan rumah yang lebih layak huni.
Solusi Rumah Sehat bagi Permukiman Padat
- Ventilasi dan Pencahayaan Alami
Penerapan ventilasi silang dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan mengurangi kelembapan. Studi Kemenkes (2022) mencatat bahwa rumah dengan ventilasi alami yang cukup dapat menurunkan risiko ISPA hingga 35%. Selain itu, pencahayaan alami yang optimal mampu mengurangi ketergantungan pada listrik dan meningkatkan kesejahteraan psikologis penghuni.
- Sistem Sanitasi yang Lebih Baik
Berdasarkan survei Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2022), sekitar 21% rumah tangga di kota besar masih menghadapi keterbatasan akses air bersih. Oleh karena itu, penerapan septic tank standar dan teknologi sanitasi berbasis komunitas, seperti biofiltrasi dan pengolahan limbah skala kecil, menjadi solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan.
- Material Bangunan yang Sehat dan Ramah Lingkungan
Penggunaan material bangunan yang tidak mengandung zat berbahaya, seperti cat berbasis air dan panel antibakteri, dapat membantu mengurangi risiko kesehatan akibat paparan bahan kimia. Laporan Pusat Studi Perumahan Indonesia (PSPI, 2023) menunjukkan bahwa penggunaan material ramah lingkungan dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan hingga 28%.
- Pemanfaatan Ruang Hijau dalam Hunian
Menambahkan elemen ruang hijau, seperti taman vertikal atau rooftop garden, dapat membantu menyaring polusi udara dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat. Penelitian LIPI (2022) menemukan bahwa kawasan dengan ruang hijau yang cukup memiliki tingkat polusi udara yang lebih rendah hingga 15% dibandingkan kawasan tanpa ruang hijau.
- Perencanaan Tata Ruang yang Lebih Baik
Konsep rumah tumbuh yang memungkinkan pengembangan bertahap tanpa mengorbankan aspek kesehatan menjadi solusi bagi masyarakat dengan keterbatasan lahan dan ekonomi. Skema ini telah diterapkan dalam beberapa program perumahan di Jakarta dan Bandung, yang berhasil meningkatkan kualitas hidup penghuninya secara signifikan.
Upaya meningkatkan kualitas permukiman padat harus menjadi prioritas dalam kebijakan perumahan perkotaan. Dengan menerapkan konsep rumah sehat yang berfokus pada ventilasi, sanitasi, pemilihan material, dan keberadaan ruang hijau, lingkungan hunian dapat menjadi lebih layak. Pemerintah perlu memperkuat regulasi serta berkolaborasi dengan sektor swasta dan masyarakat dalam mewujudkan hunian sehat bagi semua. Dengan pendekatan ini, diharapkan setiap warga kota memiliki akses terhadap rumah yang tidak hanya sebagai tempat berteduh, tetapi juga mendukung kesehatan dan kesejahteraan mereka. (ASa)
Sumber
Paramita, M. (2020). Klinik Rumah Sehat. Yayasan Hunian Rakyat Caritra Yogya. ISBN 978-602-74261-4-6.
Amalia, A., Fahdhienie, F., & Fadhlullah. (2024). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita (1-4 Tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah Tahun 2023. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 14(1), 72-81.
Perkim.id. (2024). 36,85% Rumah Tangga Indonesia Masih Hidup dalam Kondisi Tidak Layak. Diakses dari https://perkim.id/kawasan-kumuh/3685-rumah-tangga-indonesia-masih-hidup-dalam-kondisi-tidak-layak/ pada tanggal 21 Februari 2025.