Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia selama lebih dari setengah abad. Dalam 56 tahun terakhir, negara ini telah mengalami fluktuasi kasus DBD dengan peningkatan kasus tertinggi yang umumnya terjadi setiap kurang lebih 10 tahun sekali. Bahkan dalam kurun waktu 2016-2020, didapati rata-rata kasus DBD terjadi sebanyak 121.191 setiap tahunnya. Namun apresiasi perlu diberikan untuk Kementerian Kesehatan dan pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan kasus DBD, karena secara signifikan telah terjadi penurunan angka kematian kasus DBD dari 41,3% pada tahun 1998 dan turun menjadi 0,69% pada tahun 2021.
Demam Berdarah Dengue atau DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terdapat dan hidup hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali di dataran tinggi diatas 1000 MDPL (Kurniadi & Sutikno, 2018, 32). Oleh karena itu seluruh wilayah di Indonesia beresiko terjangkit penyakit DBD ini. Tingginya kasus DBD di wilayah-wilayah Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain pertumbuhan nyamuk pembawa virus DBD, faktor lingkungan, iklim, dan juga perilaku manusia yang ditinjau dari aspek spasial.
Penularan penyakit DBD erat kaitannya dengan aspek spasial karena salah satu sumber terjadinya penyakit ini adalah faktor lingkungan (Sekarrini et al. 2022b) (Giofandi et al., 2024, 51). Adanya kemajuan teknologi sistem informasi geografis dapat mempermudah analisis aspek kesehatan yang lebih efektif untuk melakukan perencanaan terhadap penyakit menular seperti DBD. Banyak pola hubungan sebab akibat berkaitan dengan spasial yang dianalisis dengan model regresi spasial melalui metode Geographically Weighted Regression (GWR). Dalam penelitian Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 22, dengan analisis GWR didapatkan 3 faktor yang memengaruhi perkembangan kasus DBD yaitu kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, dan curah hujan.
Daerah kepadatan yang tinggi dengan lingkungan yang padat bangunan akan menjadi sarang untuk nyamuk dewasa berkembang biak. Ditambah dengan kelembaban yang tinggi, daerah padat penduduk memiliki resiko tinggi dalam penularan virus DBD. Hal ini terlihat dari peta sebaran jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2020 yang menunjukkan bahwa daerah dengan jumlah kasus yang tinggi berada di deretan Pulau Jawa, Bali, dan sekitarnya. Di Kota Pekanbaru ada 3 faktor besar yang sangat memengaruhi penularan penyakit DBD, yakni di fasilitas kesehatan, masyarakat berusia 15 tahun ke bawah yang imunnya belum kuat, dan juga faktor tinggi rendahnya dataran.
Cara untuk meminimalisir dan mengendalikan penyakit DBD adalah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) melalui penyuluhan kepada masyarakat yang intensif dengan memperkenalkan gerakan 3MPlus yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas, dan juga menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, serai, dan mint yang memiliki sifat pengusir nyamuk alami. Selain itu, masyarakat juga dihimbau agar dapat mengenali gejala dan tindakan awal pada manusia yang terjangkit virus DBD. Pemerintah dapat menggunakan analisis spasial untuk mengidentifikasi komunitas-komunitas yang rentan terhadap DBD dan merancang kampanye edukasi yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Melalui pemetaan spasial, pemerintah dapat menargetkan upaya edukasi kepada wilayah-wilayah dengan risiko penyebaran penyakit yang tinggi, serta mengidentifikasi pola-pola mobilitas manusia yang berpotensi memperluas penyebaran penyakit. Ayo cegah dan berantas DBD dari rumah dengan gerakan 3 MMPus. Pastikan rumah dan keluarga kita sehat, layak, nyaman, dan bersih !! (ASN)
References
Giofandi, E. A., Purwantiningrum, Madino, F., & Lumbantobing, A. (2024). , Analisis Faktor Spasial Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Menggunakan Pendekatan Geographically Weighted Regression di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. JURNAL ILMU LINGKUNGAN. (1), 50-59. 1829-8907
Kementerian Kesehatan. (2021). DATA DBD INDONESIA. P2PM. Retrieved April 18, 2024, from https://p2pm.kemkes.go.id/storage/publikasi/media/file_1619447946.pdf
Kurniadi, A., & Sutikno. (2018). Analisis Spasial Persebaran dan Pemetaan Kerawanan Kejadian Kasus Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Lumajang dengan Spatial Pattern Analysis dan Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic. JURNAL SAINS DAN SENI ITS, 7(Kesehatan, spasial), 32-39. 2337-3520