Post Sub-Urbanisasi adalah fenomena yang terjadi setelah tahap urbanisasi, di mana sebagian besar penduduk pindah ke luar kota dan memilih untuk tinggal di daerah pinggiran yang lebih tenang dan lebih terjangkau. Hal ini sering kali terjadi karena kota-kota besar menjadi semakin padat dan mahal. Faktor lain yang mendukung yaitu adanya peningkatan mobilitas dan kemajuan teknologi sehingga membuat orang lebih mudah untuk bekerja dari jarak jauh. Dampak dari Post Sub-Urbanisasi pada perumahan dan permukiman (perkim) salah satunya adalah pertumbuhan permukiman di daerah pinggiran. Hal ini menyebabkan perluasan wilayah perkotaan dan peningkatan permintaan terhadap fasilitas publik seperti transportasi, infrastruktur, dan layanan sosial.

Untuk mengetahui dampak lebih lanjut dari Post Sub-Urbanisasi terhadap permukiman, HRC Caritra menyelenggarakan webinar perkim seri ke-36 dengan mengangkat topik “Post Sub-Urbanisasi & Dampaknya pada Perkim”. Webinar yang berlangsung pada hari Kamis, 14 april 2023 pukul 14.00-15.30 WIB melalui zoom meting, menghadirkan 2 narasumber. Pertama, Dr. Ing. Jo Santoso sebagai Peneliti Urban Lab Tarumanagara University. Narasumber kedua yaitu Dr. Erie Sadewo, S.ST, M.Si. selaku staf di Badan Pusat Statistik ( BPS ).

Pemateri pertama Bapak Dr. Ing. Jo Santoso menyampaikan paparan terkait (Post) surbanisasi tantangan pembangunan di Kawasan pinggiran metropolitan yang terdiri dari  beberapa point pembahasan yaitu: 1).  memahami (post) suburbia 2). (Post) suburbanisasi di Indonesia 3). Dalam sudut pandang Kawasan pinggiran. Implikasi dari (post) suburbanisasi dapat meningkatkan pengaruh sektor swasta dalam perencanaan dan pengembangan lahan di kawasan pinggiran. Namun, hal tersebut juga dapat memperkuat fungsi tunggal sektor manufaktur sebagai pusat sub pekerjaan utama dan mengembalikan konsentrasi jasa ke pusat kota.

Bapak Dr. Erie Sadewo, S.ST, M.Si sebagai pemateri kedua menyampaikan tentang Post-Urbanisasi sebagai bagian dari revolusi urban, Post urbanisasi adalah bagian dari sebuah proses transformasi urban yang sangat kompleks yaitu revolusi urban driver dari transformasi urban: global, global market dan neo liberalism, transformasi urban pada kota dan pada cara hidup berkota yang merubah segalanya.

Webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Fenomena pertumbuhan kota di Indonesia berdampak terhadap kebijakan pengaturan perencanaan pembangunan rumah tunggal secara ketat. Bapak Erie Sadewo, dalam tanggapannya mengenai perumahan di kota besar, menyatakan bahwa biaya tinggi dan kesulitan dalam mendekatkan lokasi rumah dengan tempat kerja masih menjadi masalah. Hal ini disebabkan karena banyak orang telah memiliki tempat tinggal atau telah terlanjur menyewa di tempat tertentu dan sulit untuk mengubahnya. Selain itu, masalah lainnya adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan di daerah pinggiran yang berlawanan dengan tempat tinggalnya. Hunian vertikal menjadi solusi terbaik untuk masa depan, karena lahan yang tersedia di kota besar harus dimaksimalkan. Di daerah pinggiran, isu yang berbeda muncul, yaitu kebutuhan akan fasilitas umum.

Sebagai tanggapan atas pertanyaan, mekanisme kepemilikan lahan Singapura dapat diterapkan di Indonesia. Bapak Jo Santoso mengatakan bahwa di Singapura, seluruh tanah di negara tersebut dimiliki oleh pemerintah. Namun, di Indonesia, terutama di Jakarta, hanya sebagian kecil tanah yang dimiliki oleh pemerintah, yaitu hanya sekitar 1-2% saja. Artinya, sebagian besar tanah di Jakarta dimiliki oleh warga masyarakat atau swasta. Beliau juga menambahkan bahwa masalah utamanya adalah kemauan untuk menerapkan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, Bapak Jo Santoso juga menyarankan agar pendekatan tetap menggunakan model rumah sewa.

Pak George, ketua IAP di Sulawesi Utara, mengungkapkan pandangannya bahwa di Cina pembangunan perumahan sedang berjalan pesat.Sementara itu, di Indonesia pertumbuhan sektor ini mengalami perlambatan  kaitannya developer dengan perbankan dalam hal pinjaman. Namun, ia juga menyatakan bahwa setelah pandemi COVID-19, banyak pegawai yang awalnya indekos di sekitar kota Manado kini memilih untuk berangkat kerja dari kampung halaman. Beliau menekankan bahwa keberhasilan pembangunan perumahan sangat bergantung pada kemauan dari para pembuat keputusan, seperti pimpinan daerah, yang mana harus memiliki pandangan jangka panjang untuk pengembangan wilayah dan memastikan diversifikasi ekonomi di setiap wilayah.

Sebagai penutup, dampak dari fenomena ini adalah pertumbuhan permukiman di daerah pinggiran yang menyebabkan perluasan wilayah perkotaan dan peningkatan permintaan terhadap fasilitas publik. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan tata ruang dan penggunaan lahan yang optimal untuk menciptakan perkembangan kota dan pengembangan wilayah yang berkelanjutan (ASA/SA).