Kabupaten Belu merupakan salah satu kabupaten yang posisinya berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste. Kabupaten Belu terdiri dari satu pulau utama dan berada pada koordinat 9º-10º Lintang Selatan dan 124º – 126º Bujur Timur. Kabupaten Belu memiliki luas wilayah sebesar 2.445,57 km2. Kabupaten Belu memiliki batas-batas wilayah geografis sebagai berikut :
- Sebelah timur: berbatasan dengan Timor Leste.
- Sebelah barat: berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara.
- Sebelah utara: berbatasan dengan Selat Ombai.
- Sebelah selatan: berbatasan dengan Laut Timor.
Kabupaten Belu terdiri dari 69 desa dan 12 kelurahan dimana 76 desa dan kelurahannya termasuk ke dalam desa non pesisir. Sungai terpanjang di Kabupaten Belu terdapat di Kecamatan Lamaknen yaitu Sungai Malibaka dengan panjang 50 km.
Luas dan Tinggi Wilayah
Gambaran umum 12 kecamatan yang berada di Kabupaten Belu dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Tabel 1. Ibukota Kecamatan, Luas, dan Ketinggian Kabupaten Belu Per Kecamatan 2020
Kecamatan | Ibukota Kecamatan | Luas Wilayah | Persentase Luas Wilayah | Ketinggian |
[1] | [2] | [3] | [4] | [5] |
Raimanuk | Arekama | 179,42 | 13,96% | 696,00 |
Tasifeto Barat | Kimbana | 224,19 | 17,45% | 467,00 |
Kakuluk Mesak | Umarese | 187,54 | 14,60% | 300,00 |
Nanaet Dubesi | Tete Seban | 60,25 | 4,69% | 760,00 |
Kota Atambua | Tenukiik | 24,90 | 1,94% | 325,00 |
Atambua Barat | Sesekoe | 15,55 | 1,21% | 333,00 |
Atambua Selatan | Asuulun | 15,73 | 1,22% | 360,00 |
Tasifeto Timur | Wedomu | 211,37 | 16,45% | 390,00 |
Raihat | Bei Sari Loo | 87,20 | 6,79% | 350,00 |
Lasiolat | Lafuli | 64,48 | 5,02% | 445,00 |
Lamaknen | Weluli | 105,90 | 8,24% | 740,00 |
Lamaknen Selatan | Pie Bulak | 108,41 | 8,44% | 990,00 |
Kabupaten Belu | 1.284,94 | 100,00% |
Sumber : Badan Pusat Statistik dalam angka, 2021 (diolah)
Sedangkan jarak antar kecamatan terhadap Ibukota Kabupaten Belu (Atambua) dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 1.
Kondisi Fisik
i). Topografi
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Belu merupakan daerah datar berbukit-bukit hingga pegunungan. Keadaan kemiringan lahan wilayah Kabupaten Belu dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelas dengan masing-masing lokasi sebagai berikut:
- Kemiringan lereng 0-8 %, yang merupakan dataran landai, terdapat di pesisir pantai Utara dan sekitar Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Kota Atambua, Atambua Selatan dan Atambua Barat.
- Kemiringan lereng 8-15%, merupakan daerah datar yang meliputi sebagian Kecamatan Tasifeto Barat.
- Kemiringan lereng 15-25%, yaitu daerah landai atau bergelombang yang meliputi daerah lembah yang terletak diantara pegunungan, terdapat di Kecamatan Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Raimanuk dan bagian Timur Kecamatan Tasifeto Barat.
- Kemiringan lereng 25-40%, yaitu daerah yang bergelombang dan berbukit terdapat di Kecamatan Tasifeto Timur, Nanaet Duabesi, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Lasiolat, dan kemudian di bagian tengah kabupaten yang terdapat di Kecamatan Raimanuk.
- Kemiringan lereng di atas 40%, terdapat di sebagian Kecamatan Nanaet Duabesi, Lasiolat dan sebagian besar di Kecamatan Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
ii). Geologi dan Morfologi
Jenis batuan yang dijumpai di Kabupaten Belu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Kompleks Mutis di Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Lamaknen.
- Kompleks Maubesi di Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Tasifeto Barat.
- Formasi Bisene di Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Lamaknen.
- Formasi Aitutu di Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Tasifeto Timur. Bagian bawah terdiri dari selang-seling batu dengan Nepal dan batu gamping. Bagian atas terdiri dari pergantian pelapisan kalsilutit (batu gamping serpihan).
- Kompleks Bobonaro di Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Tasifeto Barat. Terdiri dari dua satuan batuan yaitu lempung serpihan dan bongkahan-bongkahan asing yang bermacam-macam jenis dan ukuran.
- Formasi Manamas di Kecamatan Tasifeto Barat.Formasi ini mempunyai struktur geser dan patahan naik.
- Formasi Viqueque di Kecamatan Tasifeto Barat, Lamaknen, Raihat, dan Tasifeto Timur.
- Endapan Alluvial dijumpai di sepanjang sungai di Kabupaten Belu berupa gosong-gosong pasir. Endapan aluvial pantai dijumpai sepanjang pantai utara berupa pasir pantai, sedangkan endapan teras-teras tua merupakan endapan purba dari sungai-sungai purba.
- Satuan Morfologi Datar-Agak Datar : Satuan ini terletak di bagian selatan Kabupaten Belu memanjang sampai tenggara pada pesisir laut Timor dengan kemiringan kurang dari 2 %.
iii). Klimatologi
Jika dilihat dari sisi iklim, rata-rata suhu udara di Kabupaten Belu tahun 2020 berkisar antara 29,31˚C sampai dengan 31,39˚C dengan kelembaban udara rata-rata tahunan 69,7. Curah hujan tertinggi di Kabupaten Belu pada bulan Desember sebanyak 305 mm dan yang terendah di bulan Juli-September yaitu 0 mm dengan total hari hujan sebanyak 113 hari.
iv.) Kerawanan Bencana
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Belu, jumlah kejadian bencana di Kabupaten Belu sebanyak 108 kejadian (tahun 2021), 85 kejadian (tahun 2020), dan 54 kejadian (tahun 2019). Berdasarkan data BPS, bencana alam yang tercatat dalam kurun waktu 2018-2020 adalah banjir dan longsor. Berdasarkan RTRW Kabupaten Belu 2011-2031, perincian daerah rawan bencana adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Belu
No. | Kawasan | Lokasi |
1 | Kawasan Rawan Bencana Longsor | Kobalima, Kobalima Timur, Malaka Timur, Raimanuk, Nanaet Duabesi, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Atambua Barat, Tasifeto Timur, Lasiolat, Kecamatan Raihat, Lamaknen, dan Lamaknen Selatan; |
2 | Kawasan Rawan Bencana Banjir | Kobalima, Malaka Tengah, Malaka Barat, Wewiku, dan Weliman |
3 | Kawasan Rawan Abrasi Pantai | Desa Silawan (Tasifeto Timur) dan Desa Jenilu (Kakuluk Mesak) |
Sumber : RTRW Kabupaten Belu Tahun 2011-2031
Demografi
i.) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Belu pada tahun 2020 adalah sebanyak 217.973 Jiwa dengan RJK (Rasio Jenis Kelamin) sebesar 100,6. Jumlah penduduk tersebut mengalami penurunan sebesar 3,56% dari tahun 2019. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2014-2020 adalah sebesar 1,3 %. Kabupaten Belu memiliki kepadatan penduduk sedang yaitu 170 jiwa/Km2.
Angka kepadatan penduduk Kabupaten Belu adalah 176,74 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi ada di Kecamatan Atambua Selatan sebanyak 1.677,81 jiwa/km2. Persebaran kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Angka Kepadatan Penduduk Kab. Belu per Kecamatan Tahun 2020
No | Kecamatan | Jml. Penduduk (Jiwa) | Luas (km2) | Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) |
1 | Lamaknen | 13.465 | 105,9 | 127,15 |
2 | Tasifeto Timur | 27.212 | 211,37 | 128,74 |
3 | Raihat | 15.281 | 87,2 | 175,24 |
4 | Tasifeto Barat | 26.248 | 224,19 | 117,08 |
5 | Kakuluk Mesak | 22.964 | 187,54 | 122,45 |
6 | Kota Atambua | 31.582 | 24,9 | 1.268,35 |
7 | Raimanuk | 17.872 | 179,42 | 99,61 |
8 | Lasiolat | 7.440 | 64,48 | 115,38 |
9 | Lamaknen Selatan | 9.059 | 108,41 | 83,56 |
10 | Atambua Barat | 24.441 | 15,55 | 1.571,77 |
11 | Atambua Selatan | 26.392 | 15,73 | 1.677,81 |
12 | Nanaet Duabesi | 5.141 | 60,25 | 85,33 |
Jumlah | 227.097 | 1.284,94 | 176,74 |
Sumber: Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Belu Tahun 2020
ii.) Jumlah Rumah Tangga
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Belu pada tahun 2020 sebanyak 58.330 KK. Rumah tangga terbanyak ditemukan di Kecamatan Kota Atambua (7.806 KK), sedangkan jumlah rumah tangga paling sedikit ada di Kecamatan Nanaet Dubesi (1.178 KK).
Tabel 4. Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Belu, Tahun 2019-2020
Kecamatan | Jumlah KK | |
2019 | 2020 | |
Raimanuk | 4.130 | 4.337 |
Tasifeto Barat | 6.205 | 6.594 |
Kakuluk Mesak | 5.972 | 6.285 |
Nanaet Dubesi | 1.178 | 1.252 |
Kota Atambua | 7.806 | 8.119 |
Atambua Barat | 6.119 | 6.422 |
Atambua Selatan | 6.487 | 6.692 |
Tasifeto Timur | 6.912 | 7.232 |
Raihat | 3.792 | 3.913 |
Lasiolat | 1.726 | 1.798 |
Lamaknen | 3.405 | 3.535 |
Lamaknen Selatan | 2.058 | 2.151 |
Total | 55.790 | 58.330 |
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belu, 2021; Disdukcapil Kabupaten Belu, 2021
iii.) Piramida Penduduk
Pada piramida jumlah penduduk, berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Belu memiliki kelompok usia tertinggi pada usia 15-19 tahun (12,03%). Hal ini dimungkinkan karena tingkat fertilitas yang masih tinggi dan juga angka harapan hidup yang masih tergolong rendah, sehingga penduduk usia muda lebih banyak dibandingkan usia tua. Selanjutnya, berdasarkan komposisi jenis kelamin diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Belu lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.
Gambar 2.
iv.) Proyeksi Penduduk
Berdasarkan proyeksi penduduk yang telah dilakukan, pada tahun 2041 penduduk Kabupaten Belu meningkat dari 217.973 jiwa (tahun 2020) menjadi 285.815 jiwa. Proyeksi tersebut menggunakan data jumlah penduduk dari tahun 2014 hingga 2020, karena adanya pemekaran di tahun 2013. Jumlah penduduk Kabupaten Belu pada tahun 2014 adalah 201.734 jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 2010-2020 adalah 1,3% sehingga didapatkan hasil proyeksi seperti pada tabel berikut :
Tabel 5. Proyeksi Penduduk Kabupaten Belu
Tahun | 2014 | 2015 | 2020 | 2021 | 2025 | 2030 | 2035 | 2041 |
Jumlah Penduduk (jiwa) | 201.734 | 204.541 | 217.973 | 220.804 | 232.500 | 247.994 | 264.522 | 285.815 |
Sumber : Badan Pusat Statistik dalam angka (diolah), 2021
v.) Kemiskinan
Gambaran kemiskinan di Kabupaten Belu selama tahun 2013-2021 dapat dilihat pada grafik di bawah. Jumlah penduduk miskin mengalami perkembangan fluktuatif namun besarannya tidak signifikan dimana jumlah penduduk miskin paling besar pada tahun 2014 mencapai 54.450 jiwa kemudian pada tahun 2021 mencapai 35.410 jiwa. Kemudian pada garis kemiskinan di Kabupaten Belu terus mengalami kenaikan dari tahun 2013-2021 mencapai angka 379.280 jiwa pada tahun 2021.
Gambar 3.
Indeks keparahan dan kedalaman kemikinan di Kabupaten Belu selama tahun 2013-2021 dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Indeks kedalaman kemiskinan cenderung fluktuatif, angka terendah ditunjukkan pada tahun 2013 dengan angka 1,9 sementara angka tertinggi ditunjukkan pada tahun 2021 dengan angka 3,13. Indeks keparahan kemiskinan juga cenderung fluktuatif dengan angka terendah ditunjukkan pada tahun 2013 dengan angka 0,37, sementara angka tertinggi ditunjukkan pada tahun 2021 dengan angka 0,96.
Gambar 4.
Perumahan dan Kawasan Permukiman
i.) Gambaran Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman
Jumlah rumah di Kabupaten Belu sebanyak 47.550 unit pada tahun 2019. Jumlah rumah terbanyak berada di Kecamatan Atambua Selatan (6.274 unit) dan Kota Atambua (6.153 unit). Adapun jumlah rumah paling sedikit berada di Kecamatan Nanaet Dubesi (1.165 unit).
Tabel 6. Jumlah Rumah di Kabupaten Belu, Tahun 2021
Kecamatan | Jumlah Rumah (unit) | Rumah Tidak Layak Huni |
Raimanuk | 3188 | – |
Tasifeto Barat | 5.015 | – |
Kakuluk Mesak | 3139 | 1.182 |
Nanaet Dubesi | 1.165 | 1.527 |
Kota Atambua | 6.153 | 1.265 |
Atambua Barat | 5.678 | 491 |
Atambua Selatan | 6.274 | 385 |
Tasifeto Timur | 5.797 | 1.648 |
Raihat | 2988 | 1.979 |
Lasiolat | 1216 | 2.125 |
Lamaknen | 2.776 | 956 |
Lamaknen Selatan | 1479 | 486 |
Total | 44.868 | 13.503 |
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belu, 2021
Permukiman tradisional di Belu dibangun di atas bukit dan gunung dengan pola mengelompok atau klaster. Sedangkan budaya bermukim masyarakatnya secara modern yang tersebar di perkotaan, termasuk di bantaran sungai. Tipologi perumahan dan permukiman yang terdapat di Kabupaten Belu diantaranya perumahan umum, rumah khusus, rumah susun, dan kawasan permukiman transmigrasi. Rumah khusus sebanyak 485 unit, tersebar di Desa Silawan Kecamatan Tasifeto Timur (100 unit), Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk Mesak (135 unit), Desa Fatuketi Kecamatan Kakuluk Mesak (50 unit), dan Desa Tohe Kecamatan Raihat (200 unit).
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kabupaten Belu sebanyak 13.503 unit pada tahun 2020 yang tersebar di 12 kecamatan. Kecamatan dengan jumlah RTLH terbanyak adalah Kecamatan Tasifeto Timur (2.125 unit) dan Kecamatan Atambua Selatan (1.979 unit), sedangkan jumlah RTLH paling sedikit terdapat di Kecamatan Kota Atambua (385 unit).
Penanganan RTLH antara rentang tahun 2017 – 2020 di Kabupaten Belu sebanyak 4.613 unit dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum (DAU), APBD I, dan APBN. Jumlah penanganan terbanyak tahun 2017 – 2020 yaitu di Kecamatan Kota Atambua (1.305 unit).
ii.) Status Penguasaan Bangunan
Status penguasaan bangunan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk di bidang perumahan. Semakin banyak penduduk yang mempunyai rumah sendiri maka semakin banyak juga masyarakat yang tergolong mapan dan sejahtera terutama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan data pada buku statistik kesejahteraan Nusa Tenggara Timur tahun 2020, persentase kepemilikan bangunan tertinggi di Kabupaten Belu adalah milik sendiri yaitu sebesar 90,96%. Berikut merupakan tabel persentase status penguasaan bangunan tahun 2018-2020 di Kabupaten Belu :
Tabel 7. Persentase Status Penguasaan Bangunan Kabupaten Belu
Status Penguasaan Bangunan | Persentase (%) | ||
2018 | 2019 | 2020 | |
Milik Sendiri | 85,27 | 86,87 | 90,96 |
Kontrak/Sewa | 5,37 | 3,19 | 0,38 |
Bebas Sewa | 7,54 | 8,58 | 2,93 |
Dinas/lainnya | 1,82 | 1,36 | 5,21 |
Sumber : Buku Statistik Kesejahteraan Prov NTT 2018-2021
iii.) Luas Lantai Bangunan Setiap Rumah
Luas lantai bangunan merupakan indikator lain yang menunjukkan kesejahteraan penduduk. Idealnya, sebuah keluarga harus menempati rumah dengan luas lantai minimal 8 kali jumlah anggota keluarganya. Di Kabupaten Belu, luas lantai yang mendominasi adalah 20-49 m2 yaitu 48,07%. Akan tetapi masih terdapat 2,83% bangunan yang memiliki luas lantai di bawah 20 m2. Berikut merupakan tabel persentase jumlah bangunan berdasarkan luas lantai di Kabupaten Belu tahun 2018-2020 :
Tabel 8. Persentase Jumlah Bangunan berdasarkan Luas Lantai Kab. Belu
Luas lantai (m²) | Persentase (%) | ||
2018 | 2019 | 2020 | |
<19 | 4,36 | 2,85 | 2,83 |
20-49 | 48,79 | 49,09 | 48,07 |
50-99 | 40,59 | 42,29 | 43,41 |
100-149 | 5 | 5,66 | 5,43 |
150+ | 1,26 | 0,11 | 0,26 |
Sumber : Buku Statistik Kesejahteraan Prov NTT 2018-2021
iv.) Jumlah Bangunan Berdasarkan Luas Perkapita
Luas perkapita merupakan salah satu kriteria rumah layak huni. Berdasarkan publikasi BPS, luas perkapita minimal agar sebuah rumah dikatakan layak huni adalah ≥ 7,2 m2. Di Kabupaten Belu, luas perkapita yang mendominasi adalah ≥ 10 m2 yaitu 57,51%. Berikut merupakan tabel persentase jumlah bangunan berdasarkan luas perkapita di Kabupaten Belu pada tahun 2018-2020:
Tabel 9. Persentase Jumlah Bangunan berdasarkan Luas Perkapita Kab. Belu
Luas Perkapita (m²) | Persentase (%) | ||
2018 | 2019 | 2020 | |
7,2 m² | 22,66 | 23,9 | 20,7 |
7,3 – 9,9 m² | 20,77 | 19,53 | 21,79 |
≥ 10 m² | 56,57 | 56,57 | 57,51 |
Sumber : Buku Statistik Kesejahteraan Prov NTT 2018-2021
v.) Jumlah Bangunan Berdasarkan Jenis Atap Terluas
Bangunan berdasarkan atap terluas adalah klasifikasi bangunan yang berdasarkan penutup bagian atas sebuah bangunan, sehingga anggota rumah tangga yang berada di rumah tersebut dapat terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Pada Kabupaten Belu, sebanyak 96,11% menggunakan seng sebagai atap. Berikut merupakan persentase bangunan berdasarkan jenis atap terluas di Kabupaten Belu tahun 2018-2020:
Tabel 10. Persentase jumlah bangunan berdasarkan Jenis Atap Terluas Kab. Belu
Jenis Atap | Persentase (%) | ||
2018 | 2019 | 2020 | |
Beton/Genteng/Asbes | 0,1 | 1,07 | 1,99 |
Seng | 96,41 | 93,89 | 96,11 |
Bambu/Kayu/Sirap | N/A | 1,33 | 0,42 |
Jerami/Ijuk/ Daun/Rumbia/Lainnya | 3,49 | 3,71 | 1,48 |
Sumber : Buku Statistik Kesejahteraan Prov NTT 2018-2021
vi.) Jumlah Bangunan Berdasarkan Jenis Dinding Terluas
Bangunan berdasarkan dinding terluas adalah klasifikasi bangunan berdasarkan sisi luar/batas/penyekat dari suatu bangunan dengan bangunan lain. Pada Kabupaten Belu, sebanyak 56,67% rumah menggunakan batang kayu/bambu/lainnya sebagai dinding bangunan. Berikut merupakan tabel persentase jumlah bangunan berdasarkan dinding terluas di Kabupaten Belu pada tahun 2018-2020.
Tabel 11. Persentase Jumlah Bangunan berdasarkan Jenis Dinding Terluas Kab. Belu
Jenis Dinding | Persentase (%) | ||
2018 | 2019 | 2020 | |
Tembok/ Plesteran Anyaman Bambu/Kawat | 29,15 | 35,68 | 41,77 |
Kayu/papan | 2,62 | 1,06 | 1,37 |
Anyaman bambu | 0,28 | 3,41 | 0,19 |
Batang Kayu/ Bambu/Lainnya | 67,95 | 59,84 | 56,67 |
Sumber : Buku Statistik Kesejahteraan Prov NTT 2018-2021
vii.) Jumlah Bangunan Berdasarkan Jenis Lantai Terluas
Bangunan berdasarkan jenis lantai terluas adalah klasifikasi bangunan berdasarkan bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer, keramik, granit, tegel/teraso, semen, kayu, tanah dan lainnya seperti bambu. Pada Kabupaten Belu, kebanyakan bangunan menggunakan semen/bata merah sebagai lantai yaitu 54,21% dari total bangunan. Berikut merupakan tabel persentase jumlah bangunan berdasarkan jenis lantai terluas di Kabupaten Belu pada tahun 2018-2020:
Tabel 12. Persentase Jumlah Bangunan berdasarkan Jenis Lantai Terluas Kab. Belu
Jenis Lantai | Persentase (%) | ||
2018 | 2019 | 2020 | |
Marmer/Granit/Keramik/ Parket/Vinyl/ Karpet | 19,8 | 20,95 | 25,13 |
Ubin/tegel/teraso | 0,67 | 0,32 | 0,43 |
Kayu/papan | 1,65 | 0,89 | 0,42 |
Semen/bata merah | 45,31 | 56,62 | 54,21 |
Bambu/Tanah/ Lainnya | 32,58 | 21,21 | 19,82 |
Sumber : Buku Statistik Kesejahteraan Prov NTT 2018-2021
viii.) Backlog Perumahan
Backlog perumahan di Kabupaten Belu sebanyak 5.274 unit pada tahun 2019, kemudian bertambah menjadi 6.202 unit per Juni 2020, serta terakhir pada tahun 2021 meningkat kembali menjadi 7.362. Jumlah backlog terbanyak terdapat di Kecamatan Tafiseto (999 unit), sedangkan paling sedikit terdapat di Kecamatan Nanaet Dubesi (142 unit).
Tabel 13. Backlog Perumahan Kabupaten Belu, Tahun 2019
Kecamatan | Backlog (unit) |
Raimanuk | 731 |
Tasifeto Barat | 995 |
Kakuluk Mesak | 970 |
Nanaet Dubesi | 142 |
Kota Atambua | 478 |
Atambua Barat | 709 |
Atambua Selatan | 550 |
Tasifeto Timur | 999 |
Raihat | 614 |
Lasiolat | 439 |
Lamaknen | 340 |
Lamaknen Selatan | 395 |
Total | 7.362 |
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belu, 2021
ix.) Rumah Tidak Layak Huni
Jumlah Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Kabupaten Belu sebanyak 13.503 unit pada tahun 2020 yang tersebar di 12 kecamatan. Kecamatan dengan jumlah RTLH terbanyak adalah Kecamatan Tasifeto Timur (2.125 unit) dan Kecamatan Atambua Selatan (1.979 unit), sedangkan jumlah RTLH paling sedikit terdapat di Kecamatan Kota Atambua (385 unit).
Penanganan RTLH antara rentang tahun 2017 – 2020 di Kabupaten Belu sebanyak 4.613 unit dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum (DAU), APBD I, dan APBN. Jumlah penanganan terbanyak tahun 2017 – 2020 yaitu di Kecamatan Kota Atambua (1.305 unit).
Tabel 14. Rumah Tidak Layak Huni Kabupaten Belu Tahun 2020
Kecamatan | Jumlah Penanganan 2017-2020 | RTLH 2020 (unit) | Jumlah Penanganan 2017-2021 | RTLH 2021 (unit) |
Raimanuk | 317 | 1.182 | 317 | 1648 |
Tasifeto Barat | 316 | 1.527 | 316 | 1356 |
Kakuluk Mesak | 818 | 1.265 | 918 | 1198 |
Nanaet Dubesi | 21 | 491 | 21 | 114 |
Kota Atambua | 1.305 | 385 | 1.305 | 410 |
Atambua Barat | 405 | 1.648 | 405 | 371 |
Atambua Selatan | 266 | 1.979 | 266 | 448 |
Tasifeto Timur | 576 | 2.125 | 546 | 1425 |
Raihat | 170 | 956 | 171 | 1440 |
Lasiolat | 61 | 486 | 81 | 474 |
Lamaknen | 171 | 901 | 171 | 646 |
Lamaknen Selatan | 187 | 558 | 187 | 493 |
Total | 4.613 | 13.503 | 4.704 | 10.023 |
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belu, 2021
x.) Kawasan Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni yang ditandai dengan ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat (UU No.1 Tahun 2011 tentang PKP). Berdasarkan SK Bupati Belu nomor 205/HK/2020, terdapat dua kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Belu seluas 25,45 Ha. Berdasarkan luasnya (kurang dari 10 ha dan lebih dari 15 ha), keduanya bukan merupakan kewenangan pemerintah provinsi. Persebarannya adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Lokasi Permukiman Kumuh di Kabupaten Belu
Lokasi | Luas (Ha) | Kelurahan | Kecamatan |
Raimaten Fohomea | 4,31 | Manumutin | Kota Atambua |
Fatubenao | 21,14 | Fatubenao | |
Total | 25,45 |
Sumber : SK Bupati Belu Nomor 205/HK/2020
xi.) Kampung Adat
Terdapat 33 kampung tua dan rumah adat dengan potensi daya tarik wisata tersebar di 8 kecamatan: Raimanuk (2 lokasi), Lamaknen (8 lokasi), Lamaknen Selatan (3 lokasi), Kakuluk Mesak (5 lokasi), Lasiolat (4 lokasi), Raihat (3 lokasi), Tasifeto Barat (7 lokasi), dan Nanaet Dubesi (3 lokasi).
Tabel 16. Persebaran Kampung Tua dan Tradisional dengan Potensi Wisata di Kabupaten Belu, 2019
No. | Kecamatan | Nama Obyek | Desa/Kelurahan |
I | Raimanuk | 1. Rumah Adat Klau Hane | – |
2. Rumah Adat Kabu Rai | – | ||
II | Lamaknen | 3. Rumah Adat Loe Gatal | Desa Kewar |
4. Rumah Adat Mone Walu Nigi Boqa | |||
5. Rumah Adat Kmane | |||
6. Rumah Adat Loos | |||
7. Rumah Adat Siri Gatal | |||
8. Kampung Adat Kewar | Desa Kewar | ||
III | Lamaknen Selatan | 9. Rumah Adat Mone Sogo | |
10. Rumah Adat Uma Metan | |||
11. Kampung Adat Nualain | Nualain | ||
IV | Kakuluk Mesak | 12. Rumah Adat Kaliduk Manekiik | Jenilu |
13. Rumah Adat Bitin Berek Hali Taek | Kabuna | ||
14. Rumah Adat Bundao | Desa Kenebibi | ||
15. Rumah Adat Susun Kutorang | Desa Jenilu | ||
16. Rumah Adat Atok Bau | Desa Kenebibi | ||
V | Lasiolat | 17. Rumah Adat Leoklaran | – |
18. Rumah Adat Leo We | – | ||
19. Rumah Adat Astalin | – | ||
20. Ksadan dan Rumah Adat Fatulotu | – | ||
VI | Raihat | 21. Kampung Lama Asueman | – |
22. Rumah Adat Astalin | – | ||
23. Rumah Adat Lia Nain | – | ||
VII | Tasifeto Barat | 24. Rumah Adat Dikur War | – |
25. Rumah Adat Rai Oan | – | ||
26. Rumah Adat Labo’i | – | ||
27. Rumah Adat Asuna | – | ||
28. Rumah Adat Niki Asan | – | ||
29. Rumah Adat Tabeasa | – | ||
30. Rumah Adat Manraeak | – | ||
VIII | Nanaet Dubesi | 31. Rumah Adat Laho Oan | – |
32. Rumah Adat Akas | – | ||
33. Rumah Adat Matabesi | Kel. Umanen |
Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Belu, 2019
Kampung adat lainnya di Kabupaten Belu adalah Fatuketi (Kec. Kota Atambua) dan Kampung adat Duarato.
Prasarana dan Sarana Umum
i.) Prasarana Jalan
Prasarana jalan di Kabupaten Belu berdasarkan data BPS memiliki ruas jalan sepanjang 383,76 km, dengan 57,50% nya merupakan jalan negara. Sebagian besar jalan sudah menggunakan aspal namun masih terdapat jalan kerikil, tanah, dan lainnya sebesar 30,10%. Jika ditinjau dari kondisi jalannya, terdapat 35,77% jalan yang masuk kategori rusak-rusak berat. Rincian kondisi, jenis, dan tingkat kewenangan jalan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 17. Tingkat Kewenangan, Kondisi, dan Jenis Jalan di Kabupaten Belu
No. | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | Negara | 278,15 | 57,50% |
2 | Provinsi | 42,25 | 8,73% |
3 | Kabupaten | 33,34 | 6,89% |
Jumlah | 483,76 | 100,00% | |
No. | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | Baik | 278,15 | 57,50% |
2 | Sedang | 42,25 | 8,73% |
3 | Rusak | 33,34 | 6,89% |
4 | Rusak Berat | 130,02 | 26,88% |
Jumlah | 483,76 | 100,00% | |
No. | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | Aspal | 338,14 | 69,90% |
2 | Kerikil | 136,39 | 28,19% |
3 | Tanah | 9,24 | 1,91% |
4 | Lainnya | – | 0,00% |
Jumlah | 483,76 | 100,00% |
Sumber : BPS Kabupaten Dalam Angka, 2021. (Diolah)
ii.) Prasarana Drainase
Sistem pengelolaan drainase sebagai saluran pembuangan limbah cair pada kota-kota dalam wilayah Kabupaten Belu telah berjalan, meskipun belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada kawasan kota Atambua, sistem pembuangan limbah rumah tangga pada saluran drainase yang ada, telah berjalan, namun pada kawasan ibukota kecamatan hal ini belum nampak. Hal tersebut dikarenakan sistem drainase yang ada hanya efektif pada musim hujan saja, sebagai saluran pembuangan limpasan air hujan.
Kawasan perbatasan turut menjadi perhatian dan prioritas dalam pengembangan prasarana drainase mengingat kawasan tersebut diproyeksikan untuk pengembangan permukiman. Sistem drainase yang ada saat ini merupakan sistem drainase jalan, belum merupakan sistem jaringan drainase perkotaan. Sebagian besar jalur jalan utama kota sudah dilengkapi dengan saluran drainase, umumnya dengan konstruksi pasangan batu kali dengan lebar saluran berkisar 40-60 cm, kedalaman 50-70 cm. Kondisi saluran drainase tersebut sebagian masih bagus sebagian lainnya telah rusak dan tertimbun tanah.
Pada masa mendatang seluruh sistem jaringan jalan dan kawasan-kawasan fungsional wilayah harus dapat terhubungkan dengan sistem drainase yang kemudian dialirkan ke instalasi pengolahan sebelum dibuang ke badan air penerima. Saluran drainase buatan yang permanen di Kabupaten Belu hanya terdapat di Kota Atambua. Sedangkan di daerah lainnya masih berupa saluran drainase alamiah. Karena keterbatasan data, gambaran kondisi pengembangan drainase Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 18. Kondisi dan Pengelolaan Drainase di Kabupaten Belu
No. | Uraian | Satuan | Besaran | ||
Data Pengelolaan Drainase | 2010 | 2011 | 2012 | ||
1 | Cakupan Pelayanan | % | – | – | – |
2 | Cakupan penduduk | Jiwa | – | – | 34.701 |
3 | Stasiun Pompa Air | Unit | – | – | – |
Data Saluran Drainase | |||||
1 | Curah Hujan | mm/tahun | – | – | – |
2 | Panjang Saluran Primer | Km | – | – | 3.069 |
3 | Panjang Saluran Primer | Km | – | – | 0,100 |
4 | Panjang Saluran Sekunder | Km | – | – | 3.069 |
5 | Panjang Saluran Tersier | Km | – | – | – |
6 | Kondisi Saluran Baik | Km | – | – | 60 |
7 | Kondisi Saluran Sedang | Km | – | – | 30 |
8 | Kondisi Saluran Rusak | Km | – | – | 10 |
Sumber : RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Belu Tahun 2013. (Diolah)
Total pekerjaan pembangunan drainase lingkungan oleh Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2009 – 2017 sepanjang 5.839 meter. Adapun capaian pembangunan drainase lingkungan pada tahun 2018 sepanjang 300 meter dan pekerjaan pada tahun 2019 sepanjang 2.045 meter, sehingga total pekerjaan pembangunan drainase Kabupaten Belu 2018 – 2019 adalah 2.345 meter. Belum ada pekerjaan pembangunan drainase lingkungan setelah tahun 2019.
Tabel 19. Program Pembangunan Saluran Drainase di Kabupaten Belu, 2018 – 2019
Tahun | Nama Pekerjaan | Lokasi | Volume |
2018 | Drainase/Gorong – gorong Kel. Manumutin | Kel. Manumutin, Kec. Kota Atambua | 300 meter |
Drainase/Gorong – gorong Tulamalae, Tenukiik, Lolowa | Kec. Atambua Barat, Kec. Kota Atambua, Kec. Atambua Selatan | 1 paket | |
Pengadaan Bangunan Pembuang Saluran Drainase Dusun Motamauk Desa Mandeu | Desa Mandeu, Kec. Raimanuk | 1 paket | |
Total Panjang Pekerjaan TA 2018 | 300 meter | ||
2019 | Drainase/Gorong -gorong Kelurahan Beirafu Kec. Atambua Barat (Cor Beton) | Kel. Beirafu, Kec. Atambua Barat | 250 meter |
Drainase/Gorong -gorong Kelurahan Beirafu (Belakang Puskot Lama) Kec. Atb Barat (Precast) | Kel. Beirafu, Kec. Atambua Barat | 500 meter | |
Drainase/Gorong-gorong Kelurahan Fatubenao | Kel. Fatubenao, Kec. Kota Atambua | 400 meter | |
Drainase/Gorong-gorong Tenukiik | Kel. Tenukiik, Kec. Kota Atambua | 895 meter | |
Total Panjang Pekerjaan TA 2019 | 2.045 meter | ||
Total Panjang Pekerjaan TA 2018 – 2019 | 2.345 meter |
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belu, 2021
iii.) Prasarana Persampahan
Pengangkutan sampah ke TPA dilakukan 2 kali sehari oleh 5 truk yang tersebar di Kota Atambua dan Betun, dengan kapasitas satu truknya 4 m3. Prasarana yang digunakan dalam pengangkutan sampah yaitu gerobak dorong sebanyak 6 buah, truk sebanyak 5 buah dan kontainer sebanyak 8 buah. Selain itu TPA ini dimaksudkan untuk menampung sampah untuk seluruh masyarakat Kota Atambua dan luas dari TPA ini sekitar 7 Ha dan dilengkapi dengan IPAL serta kantor pengawasan. Luas unit pengelolaan sampah 2 Ha dengan kapasitas 98,92 m3/hari.
Tabel 20. Kondisi Prasarana Persampahan di Kabupaten Belu
No. | Uraian | Satuan | Besaran | ||
Data Pengumpulan Sampah | 2010 | 2011 | 2012 | ||
1 | Jumlah Penduduk | Jiwa | 252.400 | 357.650 | – |
2 | Asumsi Produksi Sampah | Lt/Orang/hr | 2 | 2 | 2 |
3 | Asumsi Produksi Sampah | M3/hari | 52 | 131 | 131 |
4 | Cakupan Layanan Geografis | Ha | 4.563 | 4.563 | 4.563 |
5 | Cakupan Layanan penduduk | Jiwa | 1.137 | 1.197 | 1.197 |
Data Transportasi Sampah | |||||
1 | Jumlah Pelayanan Terangkut | m3/hr | 52 | 83 | 131 |
2 | Jumlah Truk | Unit | 5 | 5 | 5 |
3 | Gerobak | Unit | 6 | 6 | 6 |
4 | Container | Unit | 16 | 8 | 8 |
5 | Jumlah TPS | Unit | 30 | 30 | 42 |
Sumber : RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Belu Tahun 20. (Diolah)
Kabupaten Belu pun juga memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yaitu TPA Lelowai milik Pemerintah Daerah Kabupaten Belu dengan luas 5,9 Ha. Sistem pengolahan sampah adalah open dumping dengan jarak dengan permukiman terdekat adalah 1 Km. Sistem jaringan pengelolaan sampah Kabupaten Alor berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Alor terdiri dari:
- Penetapan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Kakuluk Mesak sebagai TPA untuk penanganan sampah Perkotaan Atambua dan sekitarnya;
- Penetapan lokasi TPA di Kecamatan Malaka Tengah sebagai TPA untuk penanganan sampah Perkotaan Betun dan sekitarnya;
- Penambahan jumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan perluasan jangkauan pelayanan; dan
- Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah dengan menggunakan sistem controlled landfill dan sanitary landfill.
Tabel 21. Data Persampahan di Kabupaten Belu
1. Volume Sampah Rumah Tangga** | m3 | |||
1. Sampah yang dihasilkan Rumah Tangga | 85,339 | m3/Tahun | ||
2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga | 12,934 | m3/Tahun | ||
2. Volume Sampah Rumah Tangga yang Terolah | 40,668 | m3/Tahun | ||
3. Volume Sampah yang Mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun | m3 | |||
4. Volume Sampah yang Mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun yang Terolah | m3 | |||
5. Volume Sampah yang Mengandung Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun | 32,49 | m3/Tahun | ||
6. Volume Sampah yang Mengandung Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang Terolah | 0 | m3/Tahun | ||
7. Alat Angkut sampah** | Unit | |||
1. Jumlah Truk Pengangkut Sampah | 5 | Unit | ||
2. Jumlah Gerobak Pengangkut Sampah | Unit | |||
3. Jumlah Motor Pengangkut Sampah | 15 | Unit | ||
4. Jumlah Pickup Pengangkut Sampah | Unit | |||
5. Jumlah Excavator | 1 | Unit | ||
6. Jumlah Buldozer | 1 | Unit | ||
8. Jumlah Tempat Pengolahan Sampah** | Unit | |||
1. Jumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS)** | 110 | Unit | ||
1). Lamaknen | Unit | |||
2). Tasifeto Timur | Unit | |||
3). Raihat | Unit | |||
4). Tasifeto Barat | 10 | Unit | ||
5). Kakuluk Mesak | Unit | |||
6). Kota Atambua | 28 | Unit | ||
7). Raimanuk | Unit | |||
8). Lasiolat | Unit | |||
9). Lamaknen Selatan | Unit | |||
10). Atambua Barat | 42 | Unit | ||
11). Atambua Selatan | 30 | Unit | ||
12). Nanaet Duabesi | Unit | |||
2. Jumlah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)** | Unit | |||
1). Lamaknen | Unit | |||
2). Tasifeto Timur | Unit | |||
3). Raihat | Unit | |||
4). Tasifeto Barat | Unit | |||
5). Kakuluk Mesak | Unit | |||
6). Kota Atambua | Unit | |||
7). Raimanuk | Unit | |||
8). Lasiolat | Unit | |||
9). Lamaknen Selatan | Unit | |||
10). Atambua Barat | Unit | |||
11). Atambua Selatan | Unit | |||
12). Nanaet Duabesi | Unit | |||
3. Jumlah Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)** | Unit | |||
1). Lokal | 1 | Unit | ||
2). Regional | Unit | |||
9. Persentase Penanganan Sampah (perkotaan) | 41,38 | % |
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belu
iv.) Prasarana Telekomunikasi
Jumlah Akses Internet (AI) dan Base Transceiver Station (BTS) Sinyal yang sudah On Air menurut data kecamatan adalah terdapat 100 AI dan 67 BTS dengan jumlah terbanyak berada di Kecamatan Tasifeto Timur.
Tabel 22. Jumlah AI dan BTS di Kabupaten Belu
Kecamatan | Realisasi | |
AI On Air | BTS On Air | |
Raimanuk | 6 | 1 |
Tasifeto Barat | 11 | 1 |
Kakuluk Mesak | 10 | – |
Nanaet Dubesi | 9 | 2 |
Kota Atambua | 5 | – |
Atambua Barat | 1 | – |
Atambua Selatan | 1 | – |
Tasifeto Timur | 22 | 1 |
Raihat | 8 | – |
Lasiolat | 11 | 2 |
Lamaknen | 7 | – |
Lamaknen Selatan | 9 | 2 |
Belu | 100 | 67 |
Sumber : Profil Kemendesa Kabupaten Belu Tahun 2020
v.) Jaringan Listrik dan Penerangan
Berikut adalah profil prasarana listrik di Kabupaten Belu sebagai berikut.
Tabel 23. Profil Kelistrikan di Kabupaten Belu
Tahun | Daya Terpasang (KW) | Produksi Listrik (KWh) | Listrik Terjual (KWh) | Dipakai Sendiri (KWh) | Susut/Hilang (KWh) |
2020 | 4.230.250 | – | – | – | – |
Sumber : BPS Kabupaten Dalam Angka, 2021. (Diolah)
Sedangkan bila kita meninjau jaringan penerangan, sumber penerangan masyarakat Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 24. Data Sumber Penerangan di Kabupaten Belu
No. | Jenis | Perkotaan | Pedesaan | Total |
1 | Listrik PLN dengan Meteran | 88,86% | 68,51% | 73,26% |
2 | Listrik PLN Tanpa Meteran | 10,89% | 18,22% | 16,51% |
3 | Listrik Non PLN | 0,00% | 0,98% | 0,75% |
4 | Bukan Listrik | 0,25% | 12,29% | 9,48% |
Jumlah | 100,00% | 100,00% | 100,00% |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Provinsi NTT, 2020
vi.) Jaringan Air Bersih dan Air Minum
Sumber air minum di Kabupaten Belu sebagian besar berasal dari sumur terlindung (35,29%) dan mata air terlindung (26,83%). Perincian sumber air minum dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 25. Sumber Air Minum di Kabupaten Belu
No | Jenis | Perkotaan | Pedesaan | Total |
1 | Air Kemasan | 3,49% | 0,00% | 0,59% |
2 | Air Isi Ulang | 7,63% | 2,57% | 3,59% |
3 | Ledeng Meteran | 6,06% | 7,54% | 6,93% |
4 | Sumur Bor | 15,77% | 16,82% | 16,49% |
5 | Sumur Terlindung | 51,64% | 29,25% | 35,29% |
6 | Sumur Tak Terlindung | 5,48% | 2,73% | 3,11% |
7 | Mata Air Terlindung | 3,72% | 33,52% | 26,83% |
8 | Mata Air Tak Terlindung | 0,00% | 2,68% | 2,20% |
9 | Air Permukaan, Hujan dan Sumber Tidak Terlindung | 6,21% | 4,89% | 4,97% |
10 | Air Hujan | 0,00% | 0,00% | 0,00% |
Jumlah | 100,00% | 100,00% | 100,00% |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Provinsi NTT, 2020
Untuk kualitas air minum, sebanyak 68,82% penduduk mengakses air minum bersih sehingga prasarana air minum menjadi salah satu prasarana yang perlu ditingkatkan di Kabupaten Belu.
vii.) Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi Kabupaten Belu dapat ditinjau dari jenis tempat pembuangan akhir tinja serta kepemilikan fasilitas pembuangan akhir tinja. Di Kabupaten Belu, dominasi jenis tempat pembuangan akhir tinja adalah IPAL/ Septic Tank sebesar 81,89%. Perinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 26. Jenis Tempat Pembuangan Akhir Tinja Kabupaten Belu
No | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | IPAL/ Septic Tank | – | 81,89% |
2 | Lubang Tanah | – | 17,08% |
3 | Lainnya | – | 1,03% |
Jumlah | 100,00% |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Provinsi NTT, 2020
Sedangkan berdasarkan kepemilikannya, sebanyak 79,39% telah memiliki fasilitas BAB sendiri, namun masih terdapat 3,93% masyarakat yang tidak memiliki fasilitas BAB.
Tabel 27. Kepemilikan Fasilitas BAB di Kabupaten Belu
No. | Jenis | Perkotaan | Pedesaan | Total |
1 | Sendiri | 81,78% | 78,66% | 79,39% |
2 | Sendiri namun Bersama | 14,21% | 16,09% | 15,65% |
3 | Komunal | 2,65% | 0,54% | 1,03% |
4 | Tidak Ada Fasilitas | 1,36% | 4,71% | 3,93% |
Jumlah | 100,00% | 100,00% | 100,00% |
Sumber : Statistik Kesejahteraan Provinsi NTT, 2020
Pekerjaan pembangunan sanitasi lingkungan oleh Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah melayani 16 KK (tahun 2013), 351 KK (2014), 504 KK (2015), 3.136 KK (2016). Sedangkan, capaian pembangunan sanitasi lingkungan pada tahun 2019 sebanyak 705 unit melayani 3.525 jiwa dan pembangunan sanitasi lingkungan pada tahun 2020 sebanyak 791 unit melayani 3.955 jiwa. Total volume pekerjaan 2019 – 2020 sebesar 1.496 unit dan melayani 7.480 jiwa.
Tabel 28. Program Pembangunan Sanitasi Lingkungan, 2019 – 2020
Tahun | Nama Pekerjaan | Lokasi | Volume (unit) | Jumlah Terlayani (jiwa) |
2019 | Sanitasi Individual
|
Kelurahan Kota Atambua Kec. Kota Atambua | 114 | 570 |
Kelurahan Rinbesi Kec. Atambua Selatan | 114 | 570 | ||
Kelurahan Tenukiik Kec. Kota Atambua | 114 | 570 | ||
Desa Baudaok Kec. Lasiolat | 91 | 455 | ||
Desa Bauho Kec. Tasifeto Timur | 91 | 455 | ||
Desa Duarato Kec. Lamaknen | 91 | 455 | ||
Desa Tohe Leten Kec. Raihat | 90 | 450 | ||
Total Panjang Pekerjaan TA 2018 | 705 | 3.525 | ||
2020 | Sanitasi Individual | Desa Sarabau Kec. Tasifeto Timur | 152 | 760 |
Kelurahan Berdao Kecamatan Atambua Barat | 100 | 500 | ||
Desa Lakmaras, Kecamatan Lamaknen Selatan | 104 | 520 | ||
Desa Leowalu Kecamatan Lamaknen | 109 | 545 | ||
Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak | 112 | 560 | ||
Desa Lasiolat Kecamatan Lasiolat | 107 | 535 | ||
Desa Rinbesihat Kecamatan Tasifeto Barat | 107 | 535 | ||
Total Panjang Pekerjaan TA 2019 | 791 | 3.955 | ||
Total Panjang Pekerjaan TA 2018 – 2019 | 1.496 | 7.480 |
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2021
viii.) Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan di Kabupaten Belu adalah masjid, musholla, gereja protestan, gereja katolik, pura, dan vihara. Jumlah sarana peribadatan di Kabupaten Belu terangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 29. Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Belu
No | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | Masjid | 10 | 6,13% |
2 | Musholla | 3 | 1,84% |
3 | Gereja Protestan | 38 | 23,31% |
4 | Gereja Katolik | 108 | 66,26% |
5 | Puta | 3 | 1,84% |
6 | Vihara | 1 | 0,61% |
Jumlah | 163 | 100% |
Sumber : BPS Provinsi NTT Dalam Angka, 2021
ix.) Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan di Kabupaten Belu terdiri dari SD, SMP, SMA, SMK, dan universitas. Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Belu terangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 30. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Belu
No | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | SD | 76 | 47,50% |
2 | SMP | 48 | 30,00% |
3 | SMA | 22 | 13,75% |
4 | SMK | 11 | 6,88% |
5 | Universitas | 3 | 1,88% |
Jumlah | 160 | 100,00% |
Sumber : BPS Provinsi NTT Dalam Angka, 2021
x.) Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan terdiri dari rumah sakit, rumah sakit bersalin, poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, dan apotek. Jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Belu terangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 31. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Belu
No | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | Rumah Sakit | 5 | 10,42% |
2 | Rumah Sakit Bersalin | 1 | 2,08% |
3 | Poliklinik | 7 | 14,58% |
4 | Puskesmas | 16 | 33,33% |
5 | Puskesmas Pembantu | 11 | 22,92% |
6 | Apotek | 8 | 16,67% |
Jumlah | 48 | 100,00% |
Sumber : BPS Provinsi NTT Dalam Angka, 2021
xi.) Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan terdiri pasar, toko, kios, dan warung. Jumlah sarana perdagangan di Kabupaten Belu terangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 32. Jumlah Sarana Perdagangan Kabupaten Belu
No | Jenis | Jumlah | Persentase |
1 | Pasar | 20 | 0,91% |
2 | Toko | 1.901 | 86,96% |
3 | Kios | 19 | 0,87% |
4 | Warung | 246 | 11,25% |
Jumlah | 2.186 | 100,00% |
Sumber : Kabupaten Dalam Angka, 2020