Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 3,50 persen. Kebijakan ini diharapkan bisa mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, sekaligus mendongkrak pertumbuhan bisnis properti yang sedang mengalami stagnasi di tengah pandemi.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan pelaksanaan dari kebijakan ini merupakan faktor paling penting. Karena terlihat secara historis, langkah BI menurunkan suku bunga acuan tidak langsung diikuti perbankan dengan menurunkan suku bunga kredit khususnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). Jadi, meski suku bunga BI sudah turun namun industri properti tidak bisa segera langsung merasakan dampaknya.
Selama beberapa bulan terakhir, penurunan suku bunga acuan BI7DRR hanya sedikit mendorong turunnya suku bunga kredit properti. Berdasarkan data BI, suku bunga KPR mengalami penurunan tipis dari 8,67 persen menjadi 8,26 persen dan KPA dari 8,63 persen menjadi 8,22 persen. Kendati demikian, menurut Marine, situasi pasar properti saat ini memang terlihat semakin kondusif bagi konsumen. “Apalagi dalam dua kuartal terakhir terjadi penurunan harga properti, kenaikan suplai, dan turunnya permintaan secara nasional,” ujar Marine. Marine menjelaskan, harga rumah di kota-kota satelit Jakarta relatif stabil dan hanya mengalami kenaikan atau penurunan secara tipis pada Kuartal I-2021 dibandingkan Kuartal IV-2020. Di wilayah Provinsi Banten, indeks harga properti Kota Tangerang mengalami kenaikan tipis dari 119,6 poin menjadi 122,3 poin. Sebaliknya indeks harga property Kabupaten Tangerang justru mengalami penurunan tipis dari 116,8 poin menjadi 114,3 poin atau turun 2,1 persen.
Ini merupakan pertama kalinya harga properti di kawasan sunrise properti tersebut mengalami penurunan secara kuartalan dalam satu tahun terakhir. Menurut Marine, turunnya harga properti di Kabupaten Tangerang ini masih dalam batas yang wajar. Sedangkan Kota Tangerang Selatan stabil pada posisi 114 poin. Sementara di wilayah Provinsi Jawa Barat, indeks harga properti Kota Depok mengalami kenaikan secara drastis dari 128,9 poin menjadi 138,2 poin, dan Kota Bekasi naik tipis dari 119,2 poin menjadi 122,2 poin. Kemudian Kabupaten Bekasi naik dari 109,4 poin menjadi 116,5 poin, Kota Bogor naik tipis dari 110,3 menjadi 110,8 poin. Adapun Kabupaten Bogor justru mengalami penurunan dari 128,4 poin menjadi 125,6 poin.
Di sisi suplai properti, kota-kota di Jabodetabek mengalami kenaikan, hanya Kota Bogor saja yang mengalami penurunan.
Indeks suplai properti Kota Bogor turun dari 120,5 menjadi 112,5 poin, sedangkan Kabupaten Bogor naik dari 123,5 poin menjadi 143,9 poin. Kota Depok mengalami kenaikan dari 106,4 poin menjadi 116,1 poin, Kota Bekasi naik drastis dari 138,7 poin menjadi 175,8 poin dan Kabupaten Bekasi juga naik drastis dari 240,5 poin menjadi 285,6 poin. Sedangkan di wilayah Provinsi Banten, indeks suplai properti Kota Tangerang naik dari 135 poin menjadi 157,6 poin, Kabupaten Tangerang naik dari 202,7 poin menjadi 227,3 poin, dan Kota Tangerang Selatan naik dari 97,9 poin menjadi 113,7 poin. Menurut Marine, kenaikan suplai properti di wilayah satelit Jakarta ini menjadi indikasi bahwa para pengembang fokus pada pembangunan hunian untuk kelas menengah dan menengah atas di kawasan-kawasan alternatif dengan harga yang lebih terjangkau. (EDF)
Sumber : Kompas.com