HRC Caritra pada Kamis, 22 Oktober 2020 pukul 14.00 – 15:30 WIB menyelenggarakan webinar dengan topik “Permukiman di Kawasan Resapan Air” yang diadakan melalui zoom meeting serta dapat diikuti juga secara live streaming Youtube. Webinar ini memiliki tujuan untuk mengulas lebih jauh lagi mengenai penataan permukiman bagi masyarakat yang sesuai.
Webinar Perkim Seri ke 16 ini dapat dilaksanakan dengan kerjasama dari HRC Caritra dengan dua pembicara yang memumpuni di bidangnya yaitu Dr. Mohammad Pramono Hadi, M.Sc (Dosen Fakultas Geografi UGM, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup – PSLH UGM dan M. Nurrochmawardi, ST, MM (Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (DPUPKP Kabupaten Sleman).
Pada sesi pertama, Dr. Mohammad Pramono Hadi, M.Sc menyampaikan pembahasannya tentang proses pengelolaan air dan bagaimana siklus air tersebut berlangsung. Pak Pram melanjutkan, air yang digunakan untuk minum seharusnya kualitasnya lebih dipentingkan daripada untuk kegiatan yang lainnya. Namun terkadang di lingkup masyarakat Indonesia, konsumsi air untuk ‘pangan‘ dan kebutuhan lainnya lebih di dahulukan daripada untuk konsumsi minumnya. Padahal ketersediaan air untuk minum saat ini belum semuanya dapat menjangkau. Oleh karena itu, PUPR telah menyediakan fasilitas air bersih sebanyak 700lt/dt yang di ambilkan dari aliran Kali Progo. Harapannya, air tersebut dapat di manfaatkan oleh PDAM sebagai pengganti air tanah yang digunakan untuk konsumsi. Penggunaan air tanah ini menyebabkan terjadinya permasalahan penurunan muka air tanah di Yogyakarta.
Melanjutkan narasumber yang pertama, narasumber kedua dari webinar perkim seri #16 ini adalah M. Nurrochmawardi, ST., MM. Sebagai pembukaan materi yang akan disampaikan, beliau mengajukan pertanyaan pembuka kepada Pak Pram tentang “apa saja yang bisa disebut resapan air secara alami?”. Tanggapan yang diberikan oleh Pak Pram terkait dengan pertanyaan tersebut adalah bahwa sebenarnya resapan air yang alami itu tergantung pada karakteristik tanahnya. Pak Pram kemudian memberi contoh dengan tanah dengan karakteristik pasiran. Pada saat terjadi limpasan air hujan, tanah dengan karakteristik tersebut akan langsung meresapkan air ke dalam tanah. Air yang tersimpan di dalam tanah tersebutlah yang harus dikonservasi keberadaannya sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Namun jika tanah tidak mampu untuk menyimpan air maka akan mungkin terjadi bencana seperti banjir dan longsor akibat limpasan air di permukaan tanah.
Pak Kelik kemudian menjelaskan, untuk saat ini khususnya di Kabupaten Sleman, investasi perumahan cukup lesu karena terkait harga tanah yang tidak terjangkau. Hal ini menyebakan banyak pengembang yang pergi dari Kabupaten Sleman untuk mencari tanah dengan harga yang lebih rendah. Pemerintah Kabupaten Sleman juga selalu melakukan pemantauan agar pembangunan tidak dilakukan pada kawasan resapan air dan kawasan lereng Gunung Merapi.
Pada pukul 15:20, acara webinar sampai pada sesi tanya jawab. Sesi ini dibuka untuk para peserta zoom metting yang akan mengajukan pertanyaan kepada para pembicara. Acara Webinar ini kemudian diakhiri dengan foto bersama via zoom metting pada pukul 16.00 WIB. (ADT-MG)