Pada era globalisasi, banyak desa yang mulai kehilangan identitasnya karena kegiatan penduduk dan pembangunannya kurang memperhatikan prinsip keberlanjutan. Dalam memperkenalkan kembali identitas desa suatu daerah, diperlukan adanya branding. Kegiatan branding desa sering ditemui kesan yang memaksa desa untuk memiliki citra yang baik. Branding desa sebaiknya mempertahankan identitas harfiahnya sebagai wilayah yang memiliki lingkungan yang alami dengan aneka ragam sumber daya lokalnya.
Branding desa adalah perencanaan dan perancangan pembangunan desa dan produk turunannya di bidang ekonomi, budaya dan pariwisata (Paramita, 2023). Branding dari suatu kawasan akan mendukung promosi desa yang telah dilakukan sebelumnya, serta mampu meningkatkan kesadaran (awareness) terkait dengan desanya. Menurut Paramita (2023) branding desa bertujuan untuk menciptakan sarana dalam memperkenalkan potensi desa, memberikan kesadaran kepada masyarakat terkait dengan potensi yang dimiliki oleh desa, meningkatkan citra yang positif terhadap produk yang diberikan desa, dan menciptakan posisi desa dalam mempertahankan upaya pemberdayaan masyarakat.
Dalam melakukan branding desa, terdapat 8 (delapan) dimensi pendukung kegiatan branding desa. Dimensi-dimensi tersebut yaitu pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, aksesibilitas, pelayanan publik, tata kelola pemerintahan, produk, budaya desa, serta destinasi (Paramita, 2023). Dengan mengenali setiap dimensi pendukung, masyarakat desa bisa terbantu dalam melakukan kegiatan branding untuk daerahnya. Hal lain yang mempengaruhi branding desa antara lain adalah figur aktor desa, ikon kawasan, aktivitas kekhasan desa, program desa, capaian/keberhasilan desa, dan kekayaan alam desa (Paramita, 2023). Dari sekian banyak contoh penerapan branding desa, salah satu yang menarik adalah konsep branding dari Kampung Warna-Warni.
Kampung Warna-Warni terletak di daerah Desa Jodipan, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Kampung Warna-Warni merupakan salah satu desa yang sukses dalam melakukan branding-nya. Kampung ini terletak di pinggiran sungai yang dulu sempat terancam digusur oleh pemerintah Kota Malang. Sekarang, kampung ini terkenal dengan bersih dan sejuk, sehingga tidak mengherankan kampung warna-warni dijadikan tempat wisata. Wisatawan dalam negeri maupun luar negeri suka berkunjung ke kampung tersebut. Padahal, dahulu Kampung Warna-Warni dikenal kumuh dan kotor.
Dapat dilihat bahwa sebelum menjadi tempat wisata, Kampung Warna-Warni disebut sebagai kampung kumuh. Kondisi kumuh ini disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang rendah terkait pengelolaan sampah dan sanitasi. Kondisi kumuh tersebut menyebabkan kampung ini dijuluki sebagai kampung kumuh, yang membuat masyarakat yang tinggal di daerah tersebut mendapatkan pandangan negatif. Dalam menangani permasalahan tersebut, kelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang beserta perusahaan PT Inda Paint turun tangan (Humas UMM, 2023). Pihak perusahaan PT Inda Paint memberikan bantuan dana dan cat untuk memperindah Kampung Warna-Warni. Saat ini, kampung tersebut sukses menghilangkan premis negatif masyarakat dan membangun branding yang positif.
Branding merupakan upaya menunjukkan jati diri suatu produk/jasa kepada masyarakat luas. Branding yang sangat kuat akan mempermudah promosi dan memperluas pengenalan produk kepada masyarakat. Branding sangat penting dilakukan agar desa memiliki identitas yang berdaya saing dan dapat dikenal oleh masyarakat luas. Di lain sisi, meskipun Kampung Warna-Warni sukses dengan branding-nya, identitas dari masyarakat tidak hilang dan tetap dijaga.
DAFTAR PUSTAKA
Humas. (2023). Kampung Unik Kampung Warna-Warni Jodipan di malang,Dahulu Kumuh Penuh sampah Dan Kini Jadi Desa Wisata. Berita UMM. https://www.umm.ac.id/id/arsip-koran/radar-tegal/kampung-unik-kampung-warnawarni-jodipan-di-malangdahulu-kumuh-penuh-sampah-dan-kini-jadi-desa-wisata.html
Paramita, M. (2023). Masterplan Desa. Yayasan Hunian Rakyat Caritra Yogya: Yogyakarta.
Ramadhian, N. (2020). Kampung Warna-Warni Jodipan, Tempat Wisata hits di Kota Malang Halaman all. KOMPAS.com. https://travel.kompas.com/read/2020/09/02/101000627/kampung-warna-warni-jodipan-tempat-wisata-hits-di-kota-malang?page=all
Sutowo, R. (2017). Ketika Kampung Jodipan Tak Lagi Kumuh: Partisipasi dan Perubahan Sosial Masyarakat dalam Pengelolaan Kampung Jodipan Malang. Skripsi.
Widianto, E. (2016). “Kampung Warna-Warni” Malang, dulu ‘kumuh’ Sekarang Jadi Tempat Wisata. BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/10/161016_majalah_kampung_warna_warni_malang