Akhir – akhir ini kita mendengar upaya negara Indonesia dalam membangun green city. Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang telah membawa kita pada kesadaran membangun masa depan manusia yang lebih baik. Konsep Green City sebagai kota yang berkelanjutan atau eco-city merupakan pembangunan kota yang didasarkan pada analisis sosial-spasial, dimana keadaan generasi sekarang dapat mengembangkan kota sehingga tetap bisa ditinggali oleh generasi berikutnya.

Green city telah menjadi angan – angan masa depan manusia, dimana kemajuan teknologi dapat berkembang berbanding lurus dengan kepekaan terhadap kondisi lingkungan sekitar bukan berbanding secara terbalik. Sudah saatnya investasi terhadap edukasi lokal menjadi upaya pembangunan berkelanjutan yang bisa ditinggali oleh generasi berikutnya. Kesadaran ini bisa dimulai dengan memperhatikan hal kecil sekitar kita seperti kebiasaan kita mengolah sampah, hingga bagaimana kita menciptakan energi alternatif.

Seperti yang kita ketahui dampak dari sebuah pertumbuhan wilayah sejalan dengan meningkatnya populasi manusia sebagai penggerak ekonomi. Namun semakin meningkatnya populasi manusia sejalan dengan meningkatnya kebutuhan energi yang selama ini masih menggunakan energi fosil atau tidak terbaharukan. Maka dari itu fungsi edukasi terhadap pembangunan berkelanjutan merupakan investasi penting untuk menciptakan nilai ekonomi secara eco-friendly.

Sebelum jauh membahas green city dan bagaimana cara pengimplementasiannya, kita perlu menilik pada problematika yang dihadapi bersama pada saat ini, yaitu pengurangan emisi karbon yang berperan dalam meningkatnya pemanasan global. Emisi karbon secara sederhana merupakan pelepasan karbon di atmosfer akibat dari pembakaran senyawa karbon yang menghasilkan energi.

Menghadapi Emisi Karbon

Sumber Gambar:  katadata.co.id

 

Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan total emisi karbon dioksida (  mencapai 33,9 gigaton (Gt) sepanjang 2020. sebanyak 13,5 Gt penggunaan listrik dan pemanas, menyumbang lebih banyak emisi karbon ketimbang industri, transportasi, gedung, dan lainnya. Dapat kita simpulkan penyumbang emisi karbon berasal dari kebutuhan rumah tangga pada konsumsi listrik.

Kebutuhan akan energi listrik menjadi kebutuhan primer masyarakat dalam membantu menunjang kebutuhan sehari – hari. Tanpa disadari permintaan terhadap energi listrik semakin tinggi dan telah menyumbang emisi karbon tertinggi juga. Salah satu upaya untuk mengurangi emisi karbon kembali pada edukasi komunitas lokal terhadap pembangunan berkelanjutan.

Edukasi yang tepat diperlukan beberapa pendekatan dan solusi yang tepat agar tersampaikan dengan baik mengenai energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon sehingga dapat tercapai pembangunan berkelanjutan dan green city.

Selain edukasi kepada masyarakat mengenai penggunaan energi karbon, pemerintah juga perlu mengetatkan undang – undang dalam menanggapi tingkat emisi karbon dengan mengalihkan beberapa sumber daya kearah eco-friendly. Hal ini dikarenakan mayoritas industri energi di Indonesia masih berfokus pada pemanfaatan batu bara yang menyumbang polusi terbesar pada beberapa daerah di Indonesia.

Investasi Green City

Sumber Gambar: UNDP.org

 

Green city bertujuan untuk menghasilkan sebuah pembangunan kota yang berkelanjutan dengan mengurangi dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan dengan kombinasi strategi tata ruang, strategi infrastruktur, dan strategi pembangunan sosial. Untuk mencapai Green City dan implementasi pembangunan berkelanjutan green economy memerlukan lima pilar utama yaitu pertumbuhan ekonomi, memajukan kondisi sosial, konservasi biodiversitas dan pengelolaan lingkungan, adaptasi pada perubahan iklim, dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Seperti yang kita tahu pasar secara umum tidak mengalokasikan dananya hanya untuk sebuah ide dikarenakan terjadinya eksternalitas kegiatan research & development pada industri. Namun, inovasi terhadap upaya green economy tidak sebanding dengan dampak yang dihasilkan oleh emisi karbon yang dihasilkan. Hal ini disebabkan dampak dari eksternalitas emisi karbon yang berlebihan memiliki efek domino secara sistemik. Mungkin investasi untuk mendukung green economy belum semenguntungkan industri – industri konvensional lainnya dan tentu memerlukan biaya yang tinggi dalam research & development, berdasarkan analisis secara fundamental dan jangka panjang investasi kepada green economy dapat efisien jika komunitas menyetujui konsensus pembangunan berkelanjutan.

Green city akhirnya dapat diimplementasikan dalam pembangunan berkelanjutan dengan munculnya kesadaran – kesadaran komunitas dan edukasi green economy di masyarakat. Sehingga, paradigma inovasi dan perkembangan teknologi kedepannya bisa berbanding lurus dengan kepekaan terhadap kondisi lingkungan sekitar. (IBPC)