Transformasi perkotaan adalah proses perubahan baik dalam bentuk fisik, sosial, ekonomi maupun budaya di suatu kawasan perkotaan. Transformasi perkotaan muncul karena adanya fenomena, isu, dan persoalan yang mempengaruhi perkotaan. Transformasi perkotaan dapat dilihat dalam bentuk renovasi bangunan, pembangunan gedung baru, peningkatan fasilitas publik, perubahan pola ruang, dan perubahan kebiasaan atau kegiatan masyarakat.

Transformasi perkotaan dapat berupa perubahan yang terencana maupun organik (tidak terencana). Transformasi yang tidak terencana umumnya menghiraukan keberlanjutan dan ketangguhan. Hal ini menyebabkan timbulnya potensi perburukan kota yang menyangkut banyak sektor. Karenanya transformasi perkotaan sebaiknya direncanakan agar proses dan hasilnya tidak mengganggu keberlanjutan di masa depan.

Sebagai respon yang spontan atau organik, transformasi perkotaan bisa menimbulkan masalah-masalah baru yang mungkin tidak disadari. Contohnya seperti pencemaran air tanah, perubahan cuaca, peningkatan harga tanah, penambahan angka pengangguran, dan lain-lain. Masalah baru yang ditimbulkan transformasi perkotaan dapat berpengaruh pada kesejahteraan sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, transformasi perkotaan perlu dilakukan bersamaan dengan pengendalian transformasi.

Secara umum, langkah-langkah dalam merencanakan transportasi perkotaan yang disengaja atau terencana terdiri dari 5 tahapan yaitu perencanaan, partisipasi masyarakat, evaluasi konsekuensi, implementasi, monitoring serta evaluasi. Dengan langkah transformasi ini diharapkan pembangunan di Indonesia berjalan ke arah yang lebih baik dan berhasil sesuai dengan visi-misi ataupun tujuan yang ingin dicapai. Transformasi perkotaan juga diharapkan menjadi jawaban bagi fenomena, isu dan persoalan perkotaan. Dengan adanya transformasi perkotaan, kesejahteraan masyarakat diharapkan tetap terjaga bahkan meningkat.

Transformasi perkotaan di Indonesia dimulai sejak era kolonial dengan fokus pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik. Transformasi perkotaan di Indonesia pada masa penjajahan ini lebih banyak terjadi di luar kota lama sebagai tempat bermukim yang baru. Tempat tersebut bersifat fungsional atau memiliki fungsi utama bukan untuk ditinggali secara permanen tetapi untuk kebutuhan perang. Saat itu, transformasi perkotaan di Indonesia  merupakan permintaan penjajah dalam memenuhi kebutuhan perang. Transformasi perkotaan di Indonesia kemudian beralih fokus setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Fokus transformasi perkotaan di Indonesia lebih banyak mengarah pada sosial-politik untuk mencegah perpecahan internal. Walaupun masih rawan akan isu perpecahan, transformasi perkotaan pasca kemerdekaan lebih banyak pada upaya perbaikan lingkungan hidup kota dan kualitas hidup masyarakat. Transformasi perkotaan di Indonesia tersebut juga berlangsung hingga saat ini.

Beberapa contoh bentuk transformasi perkotaan di Indonesia yaitu renovasi Kota Tua Jakarta, pengembangan kawasan bisnis di SCBD dan pembangunan kawasan perumahan baru di Tangerang. Proyek Renovasi Kota Tua Jakarta bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan area Kota Tua Jakarta sebagai kawasan wisata dan budaya yang menarik. Pembangunan Kawasan SCBD Jakarta bertujuan untuk pengembangan kawasan bisnis dan perumahan elit, dengan fasilitas yang lengkap dan lingkungan yang hijau. Sementara, proyek di Bumi Serpong Damai Tangerang bertujuan untuk pembangunan kawasan perumahan baru di Indonesia.

 

Dewasa ini, transformasi perkotaan di Indonesia dihantui oleh beberapa fenomena yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Menurut Setiawan (2023), fenomena tersebut seperti:

  • Peningkatan jumlah penduduk terutama di kawasan perkotaan
  • Peningkatan 1.4% GDP per kapita pada setiap penambahan 1 % penduduk perkotaan
  • 57% penduduk Indonesia bertempat tinggal di kota-kota besar (kawasan metropolitan).
  • Sekitar 90 kota di Indonesia berada di pesisir dan memiliki isu kenaikan air laut
  • Bonus demografi sudah mulai dirasakan di tahun 2020 yaitu 68,75% total populasi Indonesia adalah penduduk usia produktif.

 

Proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan di Indonesia (Sumber: Kemenko PMK, 2016)

Transformasi perkotaan di Indonesia perlu diselenggarakan sebagai solusi untuk menjamin masa depan Indonesia yang sustainable dan unggul. Pemerintah, masyarakat dan swasta perlu bersama-sama berupaya menjamin keberhasilan transformasi perkotaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang komprehensif dan partisipatif, pendanaan yang memadai, koordinasi dan monitoring yang evaluatif untuk mengoptimalkan keberhasilan. Upaya tersebut bisa dilakukan dalam bentuk perencanaan yang matang, partisipasi masyarakat yang proaktif, pendekatan yang berkelanjutan untuk ekonomi dan lingkungan, perluasan kerjasama, pengefektifan pendanaan, dan evaluasi yang membangun. (BAS/OBS)

 

 

Sumber:

Transformasi Perkotaan: Dari Kota Lama ke Kota Baru. Universitas Islam Bandung. 2023/2024 (Transformasi perkotaan dari kota lama ke kota baru – "Transformasi Perkotaan: Dari Kota Lama ke – Studocu)

Setiawan, Bakti. 2023. Transformasi Perkotaan yang Berkelanjutan: Menuju Indonesia Emas 2045. (Webinar Perkim #38 “Transformasi Perkotaan di Indonesia” – YouTube)

Paramita, Mahditia. 2022. Inovasi Kebijakan dan Tata Kelola Perkim. Menuju Indonesia Emas 2045. Yayasan Hunian Rakyat Caritra Yogya: Yogyakarta.

Harry, Sonny. 2016. PENDUDUK INDONESIA. Kemenko PMK. pembangunan keluarga (sonnyharmadi.com)