Predikat kota pelajar, kota pariwisata, hingga kota warisan dunia ternyata tidak menjadi jaminan atas keteraturan kawasan Kota Yogyakarta. Berbagai isu permasalahan masih banyak yang belum tuntas, salah satunya adalah keberadaan kawasan kumuh. Kata ’kumuh’ sangat identik dengan kawasan yang memberikan kesan berantakan, kotor, dan jorok baik bagi penghuni maupun pengunjungnya. Salah satu kawasan kumuh di Kota Yogyakarta berada di Kemantren Kraton.
Kemantren Kraton merupakan salah satu kemantren di Kota Yogyakarta yang memiliki peran penting sebagai lokasi keberadaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang terbagi menjadi tiga kalurahan, yaitu Kalurahan Patehan, Kalurahan Panembahan, dan Kalurahan Kadipaten.
Tahun 2015, Bappeda Kota Yogyakarta melakukan kajian identifikasi RTLH dan didapatkan hasil bahwa Kota Yogyakarta memiliki 3.194 unit RTLH dan Kemantren Kraton memiliki total 218 unit RTLH. Kalurahan Kadipaten memiliki angka tertinggi yaitu berada di 95 unit, diikuti dengan Kalurahan Panembahan sebesar 67 unit, dan Kalurahan Patehan sebesar 56 unit (Ritohardoyo et al., 2017).
Kemantren Kraton berdasarkan klasifikasi kepadatan penduduk menurut Buku Saku Identifikasi dan Penilaian Lokasi Kumuh PUPR termasuk ke dalam kategori sedang, yaitu berada di angka 150-200 jiwa per ha. Akan tetapi, lokasinya yang berada di kawasan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadikan hal ini sebagai kondisi yang ironis. Seharusnya, sebagai kawasan yang berada paling dekat dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat bisa mendapatkan perhatian lebih jika dibandingkan dengan kemantren lainnya.
Kawasan Padat Penduduk di Kawasan Keraton Yogyakarta
Sumber: Google Street
Keberadaan kawasan kumuh di sekitar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah tingginya angka migrasi penduduk yang berpindah dari kawasan satelit di sekitarnya menuju ke pusat pemerintahan, yaitu Kemantren Kraton. Imigran rela tinggal di Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) maupun kawasan kumuh asalkan memiliki akses yang lebih dekat kepada sumber mata pencaharian. Berdasarkan dokumen “Kecamatan Kraton dalam Angka 2023” dari BPS, jumlah migrasi masuk tercatat sebanyak 340 pada tahun 2022.
RTLH memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kawasan itu sendiri maupun kawasan di sekitarnya. Dampak buruk yang dapat terjadi antara lain, rentan akan bencana banjir, meningkatnya angka kasus kesehatan, memberikan citra buruk kawasan, serta meningkatnya angka kemiskinan. Keberadaan kawasan kumuh ini dapat memberikan citra yang buruk kepada Pemerintahan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Selain itu, kawasan keraton yang merupakan kawasan pariwisata juga akan memberikan kesan buruk kepada wisatawan baik domestik maupun luar negeri.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kawasan kumuh, salah satunya adalah dengan melakukan peremajaan kawasan menggunakan konsep slum tourism. Slum tourism, poverty tourism, atau ghetto tourism adalah jenis wisata yang memanfaatkan kawasan kumuh atau perkampungan sebagai nilai jualnya. Menurut Eveline Dürr and Rivke Jaffe, slum tourism mentransformasikan kemiskinan dan kekumuhan menjadi produk wisata. Konsep wisata ini sudah mulai banyak diterapkan. Istilah slum tourism di Indonesia berkembang menjadi Kampung Heritage. Salah satu kawasan yang berhasil menerapkan konsep ini adalah Kampoeng Heritage Kajoetangan di Kota Malang, Jawa Timur.
Best practice Kampoeng Heritage Kajoetangan sebagai percontohan
Sumber: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama dengan pemerintah daerah Kota Malang melakukan kegiatan peningkatan kualitas permukiman kumuh menjadi objek wisata yang menarik. Selain melakukan peningkatan kualitas, program ini juga turut melibatkan dan memberdayakan masyarakat setempat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan.
Kampoeng Heritage Kajoetangan Malang dapat dijadikan contoh karena memiliki kondisi dan lokasi yang tidak jauh berbeda dengan Kawasan Kraton Yogyakarta. Keduanya memiliki nilai sejarah yang tinggi dan berlokasi di pusat pemerintahan. Kondisi kepadatan bangunan yang tinggi justru dapat menjadi peluang pengembangan kawasan heritage untuk menjadi destinasi wisata dengan konsep slum tourism.
Sumber:
BPS. Kecamatan Kraton Dalam Angka 2023. Diakses dari https://jogjakota.bps.go.id/publication/2023/09/26/83597cdb8be0dd5c48a8746f/kecamatan-kraton-dalam-angka-2023.html pada 6 Maret 2024.
Ritohardoyo, S., & Sadali, M. I. (2017). Kesesuaian Keberadaan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) terhadap Tata Ruang Wilayah di Kota Yogyakarta. TATALOKA, 19(4), 291. doi: 10.14710/tataloka.19.4.291-305
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2022). Buku Saku Identifikasi dan Penilaian Lokasi Kumuh.
Tourism Teacher (2023). Slum Tourism: What is it and how does it work? Diakses dari https://tourismteacher.com/slum-tourism/ pada 14 Maret 2024.
Koran Jakarta (2021). Transformasi Kayutangan dari Kampung Kumuh jadi Tujuan Wisata Heritage. Diakses dari https://koran-jakarta.com/transformasi-kayutangan-dari-kampung-kumuh-jadi-tujuan-wisata-heritage pada 14 Maret 2024.