Belakangan ini isu lingkungan seperti krisis energi semakin muncul dipermukaan. Bumi tengah masuk kedalam masa krisis. Wajar jika isu lingkungan semakin gencar disuarakan karena jika kerusakan lingkungan terjadi secara terus menerus maka bumi beserta isinya akan menderita. Salah satu tanda rusaknya alam adalah tingginya kadar karbondioksida yang berada diudara yang dihasilkan oleh proses industri dan konstruksi.

Padahal gas CO2 merupakan gas yang menghalangi pelepasan panas matahari dari bumi. Kondisi seperti ini disebut dengan efek rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Sejak terjadinya revolusi industri, kadar CO2 semakin meningkat tajam dan terus naik. Hal ini memicu bumi semakin krisis kondisinya.

Selain CO2 yang meningkat, WMO (Organisasi Meteorologi Dunia) juga mengukur kadar gas rumah kaca lain yang meningkat tajam yakni nitrogen oksida. Senyawa tersebut meningkat tajam sejak tahun 1988. Metan, contoh lain lagi menjadi senyawa yang paling tajam peningkatannya sejak dua abad terakhir. Konsentrasi gas-gas tersebut semakin lama semakin meningkat tajam dan terkurung dalam atmosfer bumi sehingga energi tersebut berubah menjadi energi panas. Kondisi ini juga menyebabkan meningkatnya jumlah dan kekuatan badai yang terjadi di bumi.

Pemanasan global juga menyebabkan semakin banyak area es yang melelah di kutub, sehingga meningkatkan ketinggian permukaan air laut.  Dapat dibayangkan jika air laut semakin meningkat maka keberadaan pulau-pulau dan kota dapat terancam tenggelam. Dampak pemanasan global yang paling besar dan berpengaruh dalam kehidupan manusia di bumi adalah perubahan pola iklim yang mengganggu kegiatan pertanian serta memicu penyebaran wabah penyakit ke wilayah-wilayah baru. Kenyataan yang sangat ironis yakni pembangunan yang selayaknya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia justru menjadi penyebab kerusakan alam terbesar. Secara global, kegiatan konstruksi mengkonsumsi sebanyak 50% sumber daya alam, 40% energi, dan 16% air. Aktivitas konstruksi juga akan menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yakni 45%. Jadi saatnya kita arif terhadap bumi ini, agar tidak semakin terpuruk dalam krisis

 

Sumber: Seri Rumah Ide “Sustainable Construction” 2007 Studio Imelda Akmal Architecture Writer.