Manajemen parkir merupakan salah satu faktor penentu dalam mengelola potensi kemacetan di sebuah kota. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari pengembangan kebijakan penggunaan transportasi hingga pembangunan infrastruktur transportasi, salah satunya gedung parkir. Beberapa negara maju sudah memanfaatkan teknologi di gedung-gedung parkir sebagai upaya meningkatkan manajemen parkir di perkotaan. Adanya manajemen parkir yang baik dapat mendorong masyarakat untuk memaksimalkan penggunaan transportasi publik.

Profil Pembicara

Muslich Zainal Asikin

Ir. Muslich Zainal Asikin, M.B.A., M.T. adalah Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia. Beliau merupakan lulusan Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan International Business & International Trade, Pacific Asian Management Institute, University of Hawaii, Amerika Serikat. Beliau aktif sebagai pengurus pada Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Keluarga Alumni UGM dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, terutama pengembangan jaringan usaha UKM. Selain itu beliau juga aktif sebagai trainer asesor kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang kerap mendampingi program-program pemberdayaan masyarakat perdesaan dan perkotaan di bidang perkoperasian, transportasi publik, jaringan ekonomi rakyat, agribisnis, peternakan dan pengembangan kewirausahaan sejak 1975.

Salah satu penyebab belum optimalnya manajemen parkir di Indonesia adalah pemanfaatan sarana parkir dan pajak kendaraan pribadi yang digunakan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun tidak diikuti dengan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitasnya. Hal ini menjadi hambatan ketika pemerintah daerah hendak mengatur tentang pengurangan lahan parkir dan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Apabila lahan parkir semakin bertambah di perkotaan, masyarakat cenderung memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi publik. Di negara-negara Eropa, tarif parkir yang tinggi diterapkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi penggunaan lahan parkir di perkotaan. Dengan begitu, masyarakat lebih memilih berjalan kaki atau menggunakan transportasi publik untuk mencapai tempat tujuan.

Salah satu konsep yang digunakan negara-negara maju adalah park and ride. Seperti di Bangkok, Thailand, masyarakat memarkir kendaraannya di tempat parkir yang disediakan di pinggiran kota, kemudian melanjutkan perjalanan menuju pusat kota menggunakan transportasi publik. Untuk pemenuhan mobilisasi di dalam kota, masyarakat dapat berjalan kaki maupun menggunakan transportasi publik lainnya. Penyediaan sarana pendukung berupa jalur pedestrian yang nyaman di perkotaan juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan jumlah pejalan kaki. Pembayaran parkir dilakukan menggunakan kartu parkir. Untuk sistem parkir di permukiman, konsepnya hampir sama dengan park and ride, yaitu dengan membangun lahan parkir di luar atau di sekitar permukiman sehingga warganya harus berjalan kaki dari tempat parkir ke rumah. Beberapa kota seperti Beijing, China, menyediakan lahan parkir yang dikhususkan untuk wanita demi kemudahan akses parkir kendaraan serta menghindari terjadinya tindak kriminalitas.

Transportasi publik harus didukung oleh fasilitas yang baik dan nyaman untuk digunakan, meliputi jalur pedestrian, halte, stasiun, hingga tempat pembelian atau pemeriksaan tiket. Memperbanyak jumlah pos pembelian dan pemeriksaan tiket merupakan salah satu strategi untuk mempermudah akses masyarakat dalam membeli tiket, sehingga dapat mengurangi adanya oknum/calo. Selain itu, segi arsitektur dan estetika dari elemen pendukung transportasi publik juga perlu diperhatikan, sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Stasiun Avtovo di Saint Petersburg, Rusia, merupakan contoh fasilitas transportasi publik yang sekaligus menjadi tempat wisata.

Stasiun Obvodny Kanal di Saint Petersburg, Rusia

Contoh lain adalah Stasiun Obvodny Kanal di Saint Petersburg, Rusia. Stasiun ini memiliki lorong/terowongan panjang yang menghubungkan stasiun dengan tempat parkir. Adanya terowongan ini meningkatkan kenyamanan pengguna stasiun sehingga terhindar dari cuaca panas maupun dingin. Terowongan ini sekaligus menjadi etalase toko-toko dengan berbagai fasilitas lengkap. Transportasi publik dalam kota yang ada di Rusia antara lain trem yang beroperasi di pusat kota dan kapal feri yang terhubung langsung dengan pelabuhan di Saint Petersburg.

Untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, perlu terbentuk pola pikir di masyarakat bahwa menggunakan transportasi publik akan jauh lebih murah dibandingkan kendaraan pribadi. Lokasi fasilitas transportasi publik perlu direncanakan dengan baik sehingga meningkatkan efektivitas pergerakan seseorang. Sebagai contoh, pemerintah Hongkong menempatkan stasiun MRT dengan jarak antar stasiun adalah 700 meter, dengan asumsi kemampuan berjalan orang di Hongkong dari satu tempat ke tempat yang lain adalah 350 meter. Hongkong merupakan negara yang transportasi publiknya paling banyak menghasilkan profit karena efisiensinya. Pembelajaran yang dapat diperoleh dari Hongkong adalah perlunya profit dalam mengelola transportasi publik, dengan tujuan menjaga keterjangkauan harga transportasi publik. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat efek multiplier, dengan meningkatkan harga jual di kawasan sekitar pusat transportasi. Sebagai contoh, gang-gang di sekitar stasiun dapat dijadikan pusat ekonomi sehingga meningkatkan daya jual lahan dan menambah pemasukan transportasi publik secara keseluruhan.

Inovasi teknologi perlu diterapkan di gedung-gedung parkir untuk mengatasi kebutuhan lahan parkir perkotaan yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan masih perlunya perluasan gedung apabila kapasitasnya sudah tidak mencukupi untuk menampung kendaraan yang ada. Selain itu, cara parkir menggunakan jalur yang melingkar untuk mencapai lantai atas gedung dianggap kurang efektif dan efisien. Salah satu inovasi yang dapat digunakan adalah menggunakan lift. Lift dapat mengangkat kendaraan dari lantai bawah hingga lantai teratas tanpa perlu adanya pengemudi di dalam mobil. Lift meletakkan mobil di tempat parkir yang kosong, kemudian mengirimkan informasi tentang lokasi parkir kepada pemilik mobil. Ketika sudah selesai parkir, pemilik cukup menunjukkan lokasi mobil tersebut pada mesin lift dan lift akan mengambilkan mobil tersebut.

Gedung parkir di Kota Wolfsburg, Jerman

Gambar di atas merupakan contoh gedung parkir di Kota Wolfsburg, Jerman. Manfaat dari penggunaan konsep gedung parkir ini antara lain penghematan lahan dan optimalisasi penggunaan ruang dalam gedung tersebut. Pada gedung parkir dengan jalur melingkar untuk menuju lantai atas, tinggi tiap lantai mencapai 6-7 meter. Pada gedung parkir dengan konsep lift, tinggi tiap lantainya hanya 2,5 meter. Estimasi penggunaan lahan gedung ini hanya sekitar 1 hektar, namun luasan gedung secara vertikal dapat mencapai berkali-kali lipat. Desain gedung parkir yang menarik juga berpengaruh pada minat masyarakat untuk menggunakan fasilitas gedung parkir tersebut.

Taman Parkir Abu Bakar Ali, berlokasi di sebelah utara kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta

Contoh kota yang sudah menerapkan konsep gedung parkir di Indonesia adalah Kota Yogyakarta. Bangunan ini dikenal sebagai Taman Parkir Abu Bakar Ali, berlokasi di sebelah utara kawasan wisata Malioboro. Bangunan ini terdiri dari 3 lantai, lantai pertama digunakan untuk parkir bus dan mobil, sementara lantai kedua dan ketiga digunakan untuk parkir motor. Kapasitas kendaraan di taman parkir ini diyakini mampu menampung kebutuhan parkir di Jalan Malioboro, yaitu sebanyak 18 unit bus, 35 unit kendaraan roda empat, dan 2.800 unit kendaraan roda dua. Akan tetapi, selain dari segi kapasitas, perlu juga memperhatikan segi aksesibilitas dan desain bangunan yang menarik untuk meningkatkan minat masyarakat dalam menggunakan gedung parkir tersebut.

Sesi Diskusi

  • Dalam upaya peningkatan manajemen parkir di perkotaan di Indonesia, perlu adanya edukasi, pemanfaatan teknologi, penyusunan kebijakan,serta sanksi yang diterapkan secara beriringan. Salah satu contoh penerapan peraturan dan sanksi adalah kasus tingginya tingkat perkelahian antar supir bus kota di Yogyakarta pada tahun 1970-an. Sebagai respon, pengurus koperasi bus mengeluarkan peraturan bahwa supir-supir tersebut diperbolehkan berkelahi, namun supir yang pertama kali memukul akan dikeluarkan dari anggota koperasi dan hanya boleh mendaftar kembali 3 bulan kemudian. Peraturan tersebut diterapkan dengan ketat dan tingkat perkelahian menurun drastis. Contoh lain adalah kasus banyaknya kecelakaan bus antar kota yang terjadi di jalan tol di China. Kecelakaan tersebut rata-rata terjadi pada pukul 2-5 dini hari. Pemerintah China kemudian mengeluarkan peraturan bahwa para supir bus harus menghentikan busnya pada waktu tersebut, meskipun sedang berada di jalan tol. Apabila supir bus tetap nekat menjalankan busnya, polisi akan menghampiri bus dan memberikan gunting kepada supir tersebut. Supir bus kemudian dipersilakan untuk menggunting sendiri SIM dan STNK-nya. Tingkat kecelakaan bus antar kota menurun drastis setelah peraturan ini diterapkan.
  • Manajemen transportasi tidak berarti membatasi kepemilikan kendaraan bermotor. Yang perlu dibatasi adalah frekuensi penggunaan kendaraan pribadi yang didukung melalui ketersediaan transportasi publik yang efisien. Melalui kebijakan yang benar, masyarakat dapat menyadari bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan transportasi publik lebih murah dibandingkan kendaraan pribadi, serta lebih efisien dan menghemat waktu, sehingga mereka akan memilih transportasi publik.
  • Untuk meningkatkan penggunaan transportasi publik, perlu diimbangi dengan membatasi parkir. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengurangi lokasi parkir bagi kendaraan pribadi di tengah kota dan menaikkan tarif parkir sehingga orang akan berpikir ulang untuk menggunakan kendaraan pribadi. Parkir di tengah kota sebaiknya diprioritaskan untuk bus.
  • Saat ini, meskipun pajak yang diperoleh pemerintah dari kendaraan pribadi jumlahnya sangat besar, tetapi pajak tersebut dialokasikan ke perawatan infrastruktur jalan dan penghijauan kawasan, bukan untuk pengelolaan transportasi publik. Alternatif yang diusulkan adalah pengelolaan transportasi publik oleh swasta. Transportasi publik harus tetap menghasilkan profit, karena profit ini yang akan digunakan untuk biaya perawatan dan pengelolaan.
  • Dapat dilakukan pemberian subsidi kepada pengusaha transportasi publik, baik berupa pembebasan bea masuk atau gratis biaya pengurusan STNK, dengan syarat kendaraan yang dibeli harus digunakan sebagai transportasi publik.

Foto bersama para peserta dan pembicara public lecture bertema “Transportasi”